Chapter 5 | The Initial Steps

160 46 18
                                    

GADIS itu menelan salivanya. Hatinya benar-benar berdetak dengan tidak normal. Ia tak percaya jika dalam keadaan sadar, ia mengirim pesan terlebih dahulu kepada seorang laki-laki.

Fajar

Tapi bakalan di save, kan?

Siapa dulu

Janji dulu bakalan di save

Ya

Gue Cheryl
(Read)

Cheryl melongo ketika pesannya hanya dibaca oleh Fajar. Ia tak percaya jika laki-laki itu hanya membaca pesannya. "Dia lagi save nomor hp gue, kan?" Gumamnya bermonolog dengan wajah yang harap-harap cemas.

Lo udh save nomor gue, kan?
(Read)

Cheryl berdesis ketika pesannya tak kunjung dibalas oleh Fajar.

Fajar!

Apaan sih?

Udh ssave nomor gue belum?

Dh

Singkat amat

Bdmt

Cheryl menggeram kesal melihat layar ponselnya. Benar-benar laki-laki yang menyebalkan. Itu yang ada dipikirannya. "Tunggu aja, Jar. Gue yakin lo bakalan anggap gue kayak lo anggap Raffa."

**

Kring...

Suara nyaring dari jam bekernya terdengar memekakkan telingan. Jam yang baru menunjukkan pukul 04.25 itu, langsung dimatikan oleh uluran tangan dibalik selimut.

Cheryl menyibak selimutnya dan mengeliat. Matanya melirik jam. "Anjir! Kenapa alarmnya nyala jam segini, sih?" Keluhnya. Ia memejamkan matanya kembali. Namun, tak lama kemudian ia membuka kembali matanya. "Gue inget!" Ia dengan segera langsung beranjak dari posisi tidurnya keluar kamar.

Kakinya melangkah menuju dapur, lebih tepatnya ke arah wastafel, menghiraukan pandangan ibunya yang tengah memotong sayuran di dekatnya. Ia menyalakan keran dan membasuh wajahnya.

"Kamu kesambet setan apaan jam segini udah bangun?" Tanya Nita sambil mengerutkan keningnya. Pasalnya, Cheryl akan bangun saat pukul lima tepat. Dan sekarang pukul lima pun belum, tapi anaknya sudah bangun.

"Astagfirullah!" Seru Cheryl kaget karena melihat ibunya yang berada tak jauh dari dirinya. "Ibu ngapain di sini?" Ia malah bertanya balik sambil memegangi dadanya yang sempat berdetak random akibat kaget.

"Yeh, ditanya malah tanya balik." Nita melanjutkan lagi kegiatannya. "Kamu ngapain subuh-subuh gini?"

"Bu, aku pengen ngasih sesuatu sama temen aku. Kayaknya makan siang boleh juga, deh."

"Temen? Temen yang mana? Ibu yakin bukan Karin." Mata Nita langsung menyipit tanda selidik. "Cowok yang waktu itu nganterin kamu, ya?"

Cheryl nyengir. "Iya."

Nita tersenyum melihat anaknya ini. "Lagi kasmaran ceritanya?" Godanya.

Cheryl langsung cemberut. "Ail gak kasmaran, Bu. Dia cuma temen aku. Eh, tapi cuma aku yang mau jadi temennya. Dianya cuek," adunya.

FAJAR √ [REVISI]Where stories live. Discover now