Chapter 12 | His Eyes On Me

138 31 13
                                    

CHERYL merasakan rasa dingin menyergap kulitnya. Ia langsung nyengir kikuk melihat Fajar. Tatapan laki-laki itu sungguh datar. "Lo nguping, ya?" Selidiknya untuk menghilangkan kesalah tingkahan nya.

"Gue mau pulang," ujar Fajar.

"Gue tanya apa, lo jawab apa. Gak nyambung tau!" Protes Cheryl.

"Apa gue peduli?"

Cheryl menghela napas, menahan agar amarahnya tidak menyeruak dan membuatnya kehilangan kendali membenturkan kepala Fajar ke pilar. Entahlah, mungkin membenturkan kepala Fajar akan menjadi wishlist-nya. Ia kemudian tersenyum terpaksa menatap Fajar. "Ya udah, kalo lo mau pulang, silahkan. Jalanan masih luas."

"Lo pulang sama siapa?"

"Ngapain lo nanya-nanya?" Berenggut Cheryl.

"Nanya doang."

"Terserah guelah, mau gue naik angkot, jalan kaki atau ngesot sekalipun, gak akan ada hubungannya sama lo!" Ujar Cheryl. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dan membuang pandangannya.

"Gue nanya serius." Fajar memasang wajah serius ke arah Cheryl.

Cheryl langsung menoleh dan menatap tepat di manik mata hitam milik laki-laki itu. Waktu seakan berjalan dengan lambat, bahkan gadis itu menyangka jika waktu tak bergerak sama sekali. Jantungnya berdetak tak karuan dengan tatapan yang seakan menembus mata dan hatinya. Tatapan tajam namun teduh tadi Fajar mampu membuatnya seketika kehilangan kewarasannya.

"Jangan liatin gue kayak gitu. Nanti lo suka sama gue," ujar Fajar dengan percaya dirinya.

Cheryl langsung membelalakan matanya mendengar perkataan yang keluar dengan percaya dirinya dari laki-laki di depannya ini. "Sumpah demi apa lo se-pd ini?" Ujarnya dengan tak percaya.

"Karena gue ganteng," ujar Fajar dengan senyum miringnya.

Deg!

Sumpah demi apa Fajar tersenyum?! Cheryl tak percaya jika ia telah merasakan senyum laki-laki itu, walau bukan senyum yang ia lihat saat Fajar tersenyum pada Mentari. "Lo gila, ya?"

Fajar langsung mengangkat sebelah alisnya. "Bukannya lo yang gila?"

Mendengar itu, Cheryl langsung mendengkus. "Lo sebenernya mau ngapain, sih?!" Tanyanya dengan nada naik satu oktaf.

"Gue Cuma mau lewat, lo aja yang ngalangin jalan," jawab Fajar sambil membenarkan letak tasnya yang ia sampirkan di bahu kanannya.

Ya ampun, Fajar itu cool dan ganteng. Andai tak memiliki sifat menyebalkan yang hanya ditujukan pada Cheryl, atau Fajar bersikap biasa seperti ia bersikap pada yang lain mungkin Cheryl sudah menjadi salah satu pengagum laki-laki itu.

"Kalo lewat, lewat aja. Jangan nyari alesan kalo gue ngalangin jalan lo," balas Cheryl sambil menunjuk jalan di sebelahnya yang masih luas. "Kalo lo nguping, ngomong aja. Karena gue selalu baik hati sama orang yang kepo," lanjutnya.

"Lo emang sakit," gumam Fajar dengan wajah datarnya.

"Iya, gue sakit kalo liat lo!" gerutu Cheryl dengan kesal dan langsung berjalan sambil menghentakkan kakinya meninggalkan laki-laki itu. Tadinya ia tidak berniat bertengkar dengan Fajar, namun sepertinya laki-laki itu tidak akan tenang jika tidak berdebat dengannya atau melihatnya naik darah.Kelelahannya karena mendengar ocehan Cindy seakan lenyap ketika ia berbicara dengan Fajar. Bawaannya ia selalu ingin marah-marah. Apa Fajar memiliki aura negatif?

Cheryl mengatur napasnya agar tidak semakin ingin mengamuk. Ia kemudian berhenti di gerbang sekolah, berniat menyebrang namun terlonjak ketika suara klakson mobil di belakangnya. "Astagfirullah!" Dengan segera ia menoleh dan mengerutkan keningnya ketika sebuah mobil berhenti di dekatnya. Tak lama, kaca mobil itu turun dan menampakkan seorang laki-laki yang sering mengajaknya ribut.

FAJAR √ [REVISI]Where stories live. Discover now