Chapter 9 | Why She?

140 37 3
                                    

SETELAH Fajar berjalan ke kamarnya, Cheryl lebih memilih menaruh tasnya di kursi makan dan menghampiri Mega yang tengah memotong sayuran. "Cheryl bantu, Tan," tawar Cheryl.

"Kamu bisa masak?" Tanya Mega.

"Dikit, Tan, gak terlalu bisa. Tapi seenggaknya bisa juga," jawab Cheryl sambil nyengir.

Mega tertawa mendengar ucapan Cheryl. Ia mengacak lembut puncak rambut Cheryl. Ia merasa gemas dan sangat senang dengan kehadiran gadis itu. "Ya udah, coba potong capcay ini," ujarnya.

Cheryl mengangguk. "Mau bikin apa, Tan?" Tanyanya sebelum memotong. Ia takut salah jika memotong dengan sebarangan.

"Tante mau bikin tumis capcay," jawab Mega sambil mengambil daging di dalam kulkas.

"Berarti potongnya sedeng aja ya, Tan?"

"Iya."

"Hhmm, kalo Fajar suka apa, Tan?" Tanya Cheryl dengan nada ragu.

Mega tersenyum. "Fajar itu suka sama rendang," jawabnya.

"Suka sama rendang? Kalo sama goreng ayam, Tan?" Tanya Cheryl lagi.

Mega tampak berpikir diiringi dehaman. "Kayaknya enggak terlalu. Soalnya kalo Fajar keseringan, dia suka langsung batuk," jawabnya dan seketika ia tertarik dengan pertanyaan dari Cheryl. "Kenapa emang?"

"Kata ibu, kalo gak bisa goreng ayam karena takut kalo minyaknya nyiprat, jangan cari suami yang suka sama ayam atau ikan asin," jawab Cheryl dengan polosnya, masih memotong capcay dengan pisau yang dipegangnya.

Mega menyunggingkan senyumnya ketika mendengar perkataan yang begitu polosnya dari bibir gadis yang baru ia kenal itu. "Kamu niat buat jadiin Fajar suami kamu?"

"Eh?" Cheryl langsung berhenti memotong setelah mendengar perkataan Mega. "Hah?" Ia dengan polosnya menoleh pada Mega dengan bingung. "Maksudnya, Tan?"

Mega terkekeh. "Enggak," jawabnya melanjutkan kembali pekerjaannya.

Cheryl memgerutkan keningnya. Ia bahkan lupa dengan apa yang ia ucapkan barusan pada Mega. Ia kemudian melanjutkan kembali memotong capcay dengan pikiran yang memikirkan ucapan Mega barusan. Menjadikan Fajar suaminya? Astaga, pikiran yang terlalu jauh!

***

"Ma, udah ngomong sama ibunya Cheryl?" Tanya Alam ketika selesai menyantap hidangan makan malam.

"Udah, Pa. Katanya Cheryl diizinin. Tapi jangan kemaleman pulangnya," jawab Mega sambil membereskan meja makan membantu Bi Lilis, asisten rumah tangganya.

"Nah, bagus deh. Om pengen ngobrol banyak sama kamu," ujar Alam sambil beralih pada Cheryl yang duduk di sebelahnya.

Fajak mencebik.

"Ini anak satu gak pernah ngajak pacarnya ke sini," ledek Alam sambil geleng-geleng.

"Fajar gak punya pacar," tegasnya dengan sebal. Ketika orang tua yang lain melarang anaknya pacaran, mengapa orang tuanya malah menanyakan pacar kepadanya. Ia beranjak dan berjalan menuju depan.

"Mau kemana kamu?" Tanya Alam.

"Rumah Raffa," jawab Fajar. Ia melanjutkan langkahnya tak memperdulikan papanya yang mendesis karena ia pergi.

"Jangan pulang malem-malem! Kamu harus anterin Cheryl!" Teriak Alam, mengingatkan.

Fajar hanya berdeham sebagai jawaban. Cheryl hanya memandangi punggung cowok itu menghilang dipersimpangan tangga.

"Maafin Fajar ya, Ryl. Dia anak tunggal, jadi kayaknya kesepian," ujar Alam.

Cheryl mengangguk, perkataan sesuai dengan perkataan Mega tadi. Dan detik selanjutnya, Mega bergabung kembali dengan mereka.

FAJAR √ [REVISI]Where stories live. Discover now