CHAPTER 034

10.4K 523 1
                                    

"BAGAIMANA KAU BISA tahu aku ada di sini?" Kalimat itu adalah awal dari semua pertanyaan yang terlintas di kepalaku, ketika kami; aku dan Vektor berhasil menemukan tempat persembunyian dari kejaran anak buah Jared.

Sebuah jalan kecil seluas satu langkah kaki orang dewasa yang terhimpit antara gedung ansuransi dan toko bunga, aku baru menyadari keberadaan mereka. Namun, tidak banyak bicara mengenai tempat ini karena ada hal terpenting untuk dipikirkan sekarang, yaitu bagaimana cara keluar dari sini tanpa ketahuan para preman itu dan bagaimana Vektor mengetahui keberadaan, serta penampilanku saat ini.

Kupikir mustahil jika kebetulan terjadi untuk saat ini.

Vektor menoleh ke arahku karena aku berdiri di belakangnya. "Well, because I'm genius," katanya sambil mengedipkan sebelah matanya dan kembali membawaku semakin masuk ke dalam jalan kecil. "Lewat sini lalu kita akan bicara."

"Kau yang akan menjawab semua pertanyaanku," ralatku dan mengikutinya menaiki tangga, memanjat dinding.

Oke, ini pengalaman pertamaku memanjat dinding menggunakan tangga seperti ini dan ....

... kuakui kakiku gemetar hingga melihat ke bawah pun tak berani. Tapi tidak ada cara lain, kami berdua terjebak dan jika bertahan di tempat persembunyian, maka tak menutup kemungkinan kita akan tertangkap dan mungkin parahnya menjadi bulan-bulanan Jared.

Setelah memanjat puluhan tangga yang menempel pada dinding, usaha kami pun berakhir di rooftop. Vektor duduk bersandar di pagar beton rooftop, meluruskan kedua kaki, mengembuskan napas naik turun dengan cepat seolah habis melakukan aktivitas lari jarak jauh. Ia menyeka keringat di kening yang sebenarnya tidak seberapa banyak, sedangkan aku ....

... kurasa tidak terlalu kelelahan. Mungkin karena sisa-sisa masa remaja masih tersimpan pada diriku.

Mengikuti duduk bersandar di sebelah Vektor, aku merogoh saku celana dan menemukan sebungkus permen karet yang berbentuk pipih persegi panjang serta meninggalkan rasa menthol jika dikunyah. Ketika kusodorkan benda tersebut tanpa bicara, sebelah alis Vektor terangkat.

"Bukan dari mencuri dan kalau pun iya, Josh tidak akan tahu," kataku melakukan klarifikasi, sambil mengedikkan bahu dan membukakan sebungkus untuk Vektor ingin menyuapi, tapi niat baikku malah ditolak dengan Vektor yang mengambil sendiri sebungkus permen karet di tangan kiriku.

Oke, dia menolakku dan aku baik-baik saja. Ha-ha.

"Aku menolak berurusan dengan pacar, apalagi dengan mantanmu," kata Vektor yang membuatku menoleh sambil ternganga.

Oh, my ... bagaimana dia bisa sejenuis itu?

"Be honest, I'm free woman."

"Yeah, tapi kau masuk ke lingkaran mereka."

Sekejap kedua alisku mengerut. "What do you mean?"

Vektor mengembuskan napas lalu menoleh ke arah pintu rooftop. "Pertemuan kita bukan sesuatu yang direncanakan. Asal kau tahu, Harding serius denganmu dan tidak pernah kulihat dia memperlakukan pacarnya, seperti dia memperlakukanmu."

"Vektor, go away from me!" Berdiri di hadapan Vektor, apa yang dia katakan sangat mengejutkanku. Kupikir perlakuannya selama ini adalah pure karena takdir dan pure karena kita teman lama. Namun, bagaiamana Harding ....

Seriously, I no idea.

"Katakan padanya bahwa apa pun itu anggap saja seperti tidak pernah terjadi." Membalikkan tubuh, aku segera melangkah ke arah pintu rooftop. Mustahil jika harus kembali melewati tangga darurat karena jika dalam keadaan seperti ini ....

... sial! Kenapa mereka berdua tidak mau membiarkanku hidup tenang?!

"Dan kau jangan lagi menunjukkan batang hidungmu di hadapanku lagi," ujarku, sambil berjalan mundur, memberikan tatapan kecewa untuk Vektor. "When I'm alone, think you are my bestie."

"Yes, he's your bestie, Barbara."

The Hottest Night With You [END]Where stories live. Discover now