CHAPTER 020

15K 705 7
                                    

APA YANG DIKATAKAN Harding dan yang dikhawatirkan Mrs. Robinson akhirnya terjadi. Aku mengendap-endap keluar dari pintu belakang saat salah seorang security memberitahuku, bahwa ada seseorang yang ingin menemuiku.

Seseorang itu Felix Hilton.

Aku tidak mengenalnya. Sungguh.

Dan jadi menaruh curiga bahwa dia seorang wartawan yang menyamar, adalah dari usahanya agar bisa bertemu denganku. Meskipun sudah kukatakan melalui security bahwa aku tidak ada di sini (rasanya masih enggan untuk mengatakan dipecat karena Mrs. Robinson mengatakan cuti sementara).

Yaitu dengan alasan ingin menggunakan toilet, Felix Hilton menerobos masuk ke dalam ruang guru. Membuat semua orang kebingungan (bahkan tidak sedikit dari mereka mengira, bahwa lelaki itu adalah pacarku yang lainnya) sehingga adegan kejar-kejaran secara anggun pun terjadi. Lalu kehadiran Sabina membantuku, ia membukakan pintu ruang fotocopy—membiarkanku bersembunyi—dan menyesatkan Felix Hilton.

Oh, aku tidak akan pernah melupakan jasa berartinya hari ini dan berjanji akan mentraktirnya sate kambing suatu saat nanti.

Selesai dengan adegan kejar-kejaran bersama Felix Hilton dan keluar meninggalkan tempat atau bekas tempat kerjaku melalui pintu belakang, sambil mengendap-endap kini yang harus kulakukan adalah pergi ke parkiran, mengendarai audi pemberian Harding menuju apartemen.

Tidak perlu masuk apartemen, hanya perlu menunggu di luar karena Veronica sudah menanti dengan sejuta panggilan suara di telepon.

Aku memacu kecepatan, berkendara dengan sesekali melihat kaca spion sekadar memastikan tidak ada yang mengikutiku. Rasanya seperti buronan, hidupmu jauh dari kata aman dan ponselku berdering lagi.

Tanpa nama.

Tapi aku tahu siapa pemiliknya.

Sial! Aku masih hapal dengan nomor itu.

Dan rasanya seperti menelan lahar hidup-hidup.

"Persetan, sekarang apa lagi?!" Aku berbicara pada ponselku, tidak akan mengangkat panggilan itu dan memutuskan untuk me-reject-nya.

Panggilan kedua terdengar lagi sampai akhirnya panggilan kelima.

Aku masih keras kepala, hingga memutuskan untuk mengubah ponselku menjadi mode senyap. Ketenangan pun akhirnya menyapa, meski tidak dengan hatiku.

Brengsek!

Audi-ku sampai di depan gedung apartemen. Veronica sudah menunggu di sana dan kau tidak akan percaya dengan penampilannya yang hanya mengenakan piyama baby doll plus muka bantal tanpa make up.

Wajah Veronica kusut masai, menatapku garang, menjadikanku berpikir bahwa mungkin hidungku akan mampu mencium aroma pizza yang mengudara dari mulutnya, karena semalam ia lupa sikat gigi.

"Hi, Veronica. Kau bisa masuk ke dalam, tanpa mengatakan apa pun dulu, bukan?" Aku mengedipkan sebelah mataku, saat Veronica memberikan pandangan terkejut sambil menggerakkan bibir mengucapkan 'Oh my God!'

Ya, aku tahu dia akan terkejut. Sebab sepulang dari Seattle aku tidak mampir ke apartemen, melainkan dari tempat Harding kuputuskan untuk langsung ke tempat kerja.

"Kau bisa simpan rasa kagummu nanti. Aku punya berita buruk dan baik," kataku lagi, sambil menampilkan ekspresi kesedihan yang tidak dibuat-buat.

Veronica menurut lalu segera masuk ke dalam mobil dan aku pun segera menjalankannya sebelum, security memberikan peringatan bahwa parkir lebih dari lima menit sebaiknya menggunakan parkiran.

Sayangnya untuk kali ini aku menjauhi area parkir.

"Aku tidak percaya kau terlibat dalam skandal orang-orang terkenal itu," ucap Veronica membuka pembicaraan di antara kami. Ia terdengar antusias dan juga emosi tingkat tinggi. Bahkan sampai rela mengubah posisi duduknya agar bisa berhadapan denganku. "Kau sungguh kacau! Tidak puas dengan aksi ranjang Harding, eh?"

T-tunggu! Aksi ranjang katanya? Apa Veronica mengetahuinya? Kurasa aku belum menceritakan hal itu pada siapa pun.

Aku melirik ke arahnya. Lalu mengedikkan bahu dan memberikan benda persegi yang sebelumnya kuubah menjadi mode silent.

"Kau bisa lihat, apa aku yang menginginkan ini atau dia-lah orang sinting sesungguhnya."

Veronica membuka ponselku, menggerakan jemarinya di atas layar seolah benda tersebut merupakan lantai dansa terbaik di dunia. Sesekali bibir terbuka, sesekali lagi tertutup seperti ikan yang ada di akuarium.

"Kau gila!" jerit Veronica, sambil memukul bahuku.

"Shit, bukan aku, tapi dia."

"Kau dipecat hanya karena skandal itu?!"

Oh, ternyata Veronica lebih tertarik dengan karirku, daripada skandal sampah itu.

Aku mengangguk.

"Goddammed! Kau sepenuhnya pengangguran kaya raya." Veronica menepuk-nepuk pundakku, seolah pemecatanku merupakan prestasi tingkat alam semesta. "Tapi bodoh."

Dan dua kata itu menjatuhkanku.

"Kau tidur dengan Jared di saat terikat kontrak dengan Harding. Bahkan kuyakin kau tidak akan lupa, bagaimana ia mencampakkanmu."

Well, aku menyetujui seluruh ucapan Veronica barusan. "Kupikir aku telah menjadi budak cinta."

Veronica menaikkan sebelah alisnya. "Dan itu Jared?"

Aku mengangguk lagi.

"Sial! You ... double idiot. Lalu bagaimana dengan Harding?"

"Dia tidak membatalkan kontrak."

"Tapi nama baikmu tercoreng dengan cara yang menjijikan."

Mengembuskan napas kasar, aku setuju lagi dengan perkataan Veronica. Namun, bagaimana pun aku memercayai Harding—kami pasti bisa mengembalikan nama baikku.

Veronica hanya belum mengetahui rencana kami dan kupikir memberitahunya serta Kate, bukanlah masalah. Justru jika mereka tahu, mereka bisa menjadi peran pendamping yang menguntungkan.

Melirik ke arah Veronica, aku membelokkan mobil ke arah kanan menuju pusat perbelanjaan tempat restoran Kate berada.

"Kau sudah selesai mengomel, Veronica? Aku akan menceritakan semuanya, tapi terlebih dahulu kita harus bertemu Kate."

"Aku tidak mengomel," kata Veronica. Tangannya masih menggenggam ponselku dengan mata serta jemari yang berfokus pada benda tersebut.

Aku penasaran dengan apa yang dilakukan Veronica.

Dan jika tidak sedang menyetir, aku pasti akan merebut ponselku kemudian mencari tahu apa yang dilakukannya.

"Jared itu benar-benar sinting," kata Veronica. "Aku mengiriminya pesan untuk berhenti menghubungimu, tapi dia malah memohon dan mengancam untuk bunuh diri jika kau tidak mau bersamanya."

What?! Demi Tuhan, rahangku benar-benar jatuh setelah mendengar komentar Veronica. Jika Veronica mengatakan double idiot, maka aku akan menyebutnya sejuta kali idiot! Apa yang dipikirkan Jared?! Apa dia gegar otak? Atau tidak tahu malu?!

Jelas-jelas mencampakkanku, mempermalukanku, dan kini memintaku untuk kembali dengan ancaman.

Shit, he's so fucking insane!

Aku memakirkan mobil dengan terburu-buru kemudian merebut ponselku, dan segera mengambil screenshoot pesan-pesan Jared untuk diberikan kepada Harding. Sebelum berpisah di apartemen Harding, kami berdua memang sepakat untuk saling bertukar informasi hal itu sengaja dilakukan, agar dalam penyusunan strategi nanti kami akan kompak membalik situasinya.

Akan tetapi, sepertinya kemenangan dari membuat skenario ini berpihak padaku.

"Jared akan benar-benar malu dengan semua ini," kataku kemudian menatap Veronica dan mengecup kening wanita itu. "C'mon kau tidak akan kutinggalkan dalam drama murahan ini."

The Hottest Night With You [END]Where stories live. Discover now