CHAPTER 019

14.8K 736 12
                                    

DUA HARI TIDAK bekerja karena weekend, ruangan Mrs. Robinson mengalami perubahan. Vas bunga berukuran cukup besar di dekat pintu, berubah menjadi patung keramik berbentuk gajah putih bertuliskan bahasa Thailand, lalu cat dinding yang notabane-nya berwarna ungu pastel kini menjadi lebih seksi dengan warna maroon, dan terakhir tidak ada lagi gaya rambut ala gipsy cut di kepala Mrs. Robinson karena saat pertama aku memasuki ruangannya, dia menyambutku dengan rambut bob sebahu plus poni yang dibuat miring serta bando merah sebagai pemanis.

How sweet is she?

Aku tersenyum-senyum melihat penampilan wanita itu dengan segala perubahannya, hanya dalam sekali lihat.

Mrs. Robinson tampak lebih muda dengan penampilan tersebut. Tubuhnya yang kecil bersama rambut bob serta segala aksesoris itu, ternyata berhasil membuat wanita berusia tiga puluh tujuh tahun tersebut menjadi seperti berumur dua puluhan tahun. Kupikir ambisinya kini telah berhasil, di mana teman-teman se-profesiku sejak awal jam kedatanganku terus bergosip bahwa Mrs. Robinson akhirnya mendapatkan cinta dari berondong Thailand.

Akan tetapi, apa pun itu tentang kisah cinta Mrs. Robinson, aku sama sekali tak memedulikannya sebab Mrs. Robinson, tetaplah Mrs. Robinson. Dari sikap dan sifatnya ia sama sekali tidak berubah karena sekarang aku berada di ruangannya akibat masalah yang menurutku terlalu personal.

Hhh ... dia memang sangat menjaga peforma lembaga dan untuk saat ini cukup menyulitkan bagiku.

"Langsung saja, Miss Holder."

Aku menyatukan kedua lututku, merapatkannya, menyembunyikan rasa ingin mengetuk-ngetuk kaki saat kecemasan melanda. Menatap Mrs. Robinson, kuputuskan untuk tidak mengatakan apa pun dan cukup menunggu lanjutan dari ucapannya.

Sebenarnya, sebagian besar aku sudah mengetahui apa yang dikatakan Mrs. Robinson, tapi berpura-pura bodoh lebih manusiawi daripada mengakui masalahnya. Sebab aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini dan aku masih memiliki amunisi untuk membela diri.

"Sebenarnya ini masalah kehidupan pribadimu, tapi kau adalah seorang pengajar."

Yeah, aku tahu itu. Berhentilah berbasa-basi.

"Seorang pengajar adalah pengaruh terbesar untuk setiap anak muridnya." Mrs. Robinson mengembuskan napas, seolah semua yang ia katakan begitu melelahkan.

Sedangkan aku, semakin tak sabar ingin mengetuk-ngetukkan kaki. Pasalnya, aku belum mengetahui bagaimana akhirnya.

"Ambillah cuti kerjamu, hingga masalahmu benar-benar mereda," kata Mrs. Robinson yang refleks membuat ketukan kedua kakiku tidak lagi bisa ditahan.

"W-what?"

"Ya, Barbara."

"No way."

"I'm so sorry." Mrs. Robinson menggeleng pelan.

Aku tersenyum tak percaya. Menyandarkan punggungku di sandaran kursi, sambil merentangkan tangan—mengisyaratkan kalimat seperti 'What the hell going on!'

Bagaimana bisa cuti di saat bukan musim liburan?! Kuyakin Anda sedang bercanda, Mrs. Robinson.

Aku menatap Mrs. Robinson. Tidak ada reaksi apa pun di wajahnya. High heels-ku akhirnya mengetuk-ngetuk lantai, menimbulkan irama khas yang menjadi salah satu suara dari semua suara di ruangan Mrs. Robinson seperti; lantunan musik klasik bertempo pelan dengan nada rendah dari piringan hitamnya, detik jam di dinding di atas akuarium, dan rintik hujan menerpa jendela kaca di belakang kursi Mrs. Robinson.

Demi apa pun, aku belum ingin mengambil cuti.

"Aku butuh alasan yang konkrit sebelum menyetujui keputusan Anda, Mrs. Robinson," kataku dengan penuh tekanan seolah semua ucapan wanita itu merupakan hal paling tidak masuk akal.

Mrs. Robinson mengembuskan napas panjang. "Sebenarnya aku tidak peduli dengan pemberitaan mengenai dirimu yang—kebetulan—menjadi trending."

And then? Aku akan menunggu kau melanjutkannya.

"Tentang kisah cinta, perselingkuhan atau drama apa pun yang kalian ciptakan aku tidak peduli. Tapi ...." Menggantungkan kalimatnya, kuputuskan untuk menunggu—lagi—seolah itu adalah hobi baruku.

"Allright, Barbara. Aku bukan mereka."

"Mereka? Siapa?"

"Wartawan, para orang tua, dan murid-murid di lembaga kita."

Aku menaikkan sebelah alisku. Apa skandal ini terlalu menyeramkan, hingga menjadi seorang guru adalah hal terlarang? Demi Tuhan, aku tak habis pikir.

"Skandal yang kau buat, para orang tua mengetahuinya dan mereka khawatir hal itu akan berdampak negatif pada anak-anak mereka. Lalu wartawan-wartawan itu, jika mereka tahu kau bekerja di sini, maka mereka pasti akan datang berbondong-bondong dan ketenangan para murid pun akan terganggu. Jadi, sebelum yang terakhir itu terjadi ....

"Kumohon, ambillah cuti. Ini bukan pemecatan, tapi istirahat untuk beberapa waktu yang belum ditentukan."

Oh, shit! Aku sungguh tak mampu memercayai ini. Hanya karena kebrengsekan Jared, kini aku pun kehilangan pekerjaan.

"Tidak, Mrs. Robinson, kau memecatku secara halus. Bagaimana bisa aku memercayai kalimat 'sampai waktu yang tidak ditentukan' itu?"

"Aku tidak meminta kau percaya atau tidak, tapi aku tahu kau cerdas dalam menyikapi semua ini. Jadi kupikir kau bisa memahaminya, Miss Holder."

Sial! Hanya itu yang terlintas di kepalaku sebelum pergi dari ruangan Mrs. Robinson dan mengemasi barang-barangku.

Ponselku berdering ketika barang-barangku baru selesai dikemas dan itu adalah telepon dari Harding.

Aku ber-oh ria, sebelum mengangkat teleponnya dan teringat janji kecil sebelum kami berpisah di apartemen Harding tadi pagi, yaitu akan menelepon saat aku sampai di lembaga bimbingan belajar tambahan sekadar memberi tahu bahwa aku sampai dengan selamat.

Yeah, sampai dengan selamat sebelum Mrs. Robinson memecatku secara halus dan sekarang aku resmi sebagai pengangguran bermodal freelance.

Aku mengangkat teleponnya dan suara bariton milik Harding menyapa telingaku.

"Apa kau sampai dengan selamat, Barbie?" tanya Harding melalui telepon dengan suara yang kurindukan. "Jauhi keramaian atau jika kau harus keluar apartemen, maka jangan terlalu mencolok karena beberapa wartawan akan mengganggumu untuk hari ini."

***

Chapter ini emang biasa aja, tapi chapter ini memiliki alasan mengapa harus dipublikasikan. ^^

The Hottest Night With You [END]Where stories live. Discover now