CHAPTER 032

10.3K 514 8
                                    

"Tapi aku tidak mengenalmu," kataku sambil menatap Jared kurang dari lima detik dan segera berpaling, mencari siapa saja yang bisa menemukanku dengan boss supermarket Cassio. "Excuse me. I have to go."

"Hai." Jared menarik lenganku lagi, seolah tidak ingin membuatku pergi dan sungguh, itu membuatku merinding karena teringat perangai buruknya terhadapku. "Seriously, apa kita pernah bertemu? Aku yakin, kau tampak tak asing."

Tentu saja tidak asing, Brengsek! Kau bahkan tidur di ranjangku, mengkhianatiku, kemudian mempermalukanku di hadapan publik, hingga berakhir dengan drama kacangan yang menyakitkan dan mengubah kehidupanku.

"Seharusnya, kaulah yang disalahkan," bisikku nyaris tak bersuara dan ingin sekali menampar wajah Jared ketika ia berani menyentuhku.

"Hai, Jared Stephen." Lelaki itu melepaskan tangannya di lenganku, mengubah sikap menjadi bagaimana manusia normal melakukan perkenalan. "Jika kau tidak tertarik pada seni, mungkin kau tidak akan mengenaliku. Namun, jika kau suka, maka aku lebih menarik dari yang mereka pikirkan.

"Seperti saat pertama aku melihatmu. Terasa tidak asing karena pesona dalam—"

"Tidak ada waktu untuk meladeni godaanmu, Tuan," sergahku, sambil mendorong—menjauhkan—menurunkan tangan Jared yang sama sekali tidak kusambut. "Sekali lagi, excuse me."

Melangkah cepat, kucoba untuk segera menjauh dari Jared tanpa harus menoleh ke belakang. Satu tujuanku saat ini adalah menuju kasir kemudian bertanya di mana atau kapan aku bisa menemui bos mereka. Apa saja, selama tidak berlama-lama dengan Jared.

Kehadiran Jared, jika aku meladeninya maka akan merusak rencana untuk menata kembali kehidupanku. Dan perubahan ini; rambut dirty blonde yang dipotong pixie, penggunaan piercing—yang luar biasa sakitnya saat pertama kali tertanam di kulit alis—lima hari lalu, dan tattoo hasil seniman jalanan berupa sepasang sayap berukuran kecil di tengkuk, serta pakaian ala boyish yang seumur hidup baru kali ini kulakukan pun akan menjadi sia-sia.

Jadi sebelum awal terbaik ini rusak semudah membalikkan telapak tangan, segera kuhampiri seorang kasir yang baru saja melayani pelanggan dan kuletakkan satu bungkus permen karet di atas meja pembayaran. Aku tidak benar-benar membeli, hanya basa-basi dan segera berkata, "Aku melihat iklan lowongan pekerjaan di koran dan supermarket ini membutuhkannya, di mana aku bisa menemui bos-mu untuk—"

"Kau bisa mengepel lantai?" potong si penjaga kasir—lelaki paruh baya berperut buncit—sambil menatap ke bagian belakangku. Oh, mungkin membuat seseorang menunggu dan dia bukanlah tipe pedaganng yang mau membuat sang raja menunggu, sehingga tanpa disuruh aku menggeser tubuhku. "Tanyakan apa yang lelaki itu butuhkan dan layani dia."

Menoleh mengikuti arah dagu lelaki itu, refleks kedua netraku melebar. Apa kali ini Tuhan benar-benar sedang bercanda?! Setengah mati kuhindari masa laluku, tapi seseorang malah menggiringku untuk kembali mendekati.

"Jika kau benar-benar ingin pekerjaan, kau pasti sudah siap untuk membantuku," kata lelaki itu lagi, tanpa kutahu jabatannya apa sampai berani menyuruh sebelum lamaranku benar-benar diterima.

Menaikkan sebelah alisku, aku merasa tak harus melakukan hal tersebut. Namun, lima detik kemudian ....

... ok, fine. He's the boss and I have to do everything he want.

"Dasar berandal sampah masyarakat." Sayup-sayup kudengar ucapan tersebut ketika langkahku masih tidak terlalu jauh dari meja kasir dan serius. Aku tahu siapa yang mengatakan itu. Namun, tidak perlu marah atau membuat keributan karena tersinggung sebab sekarang, aku memang nyaris menjadi sampah masyarakat jika tidak memiliki penghasilan.

Bagaimana pun makiannya, seperti inilah kehidupan baru yang kuinginkan.

Sayangnya, keinginan tersebut ternyata tidak berjalan mulus saat Jared menatapku dengan tatapan jahat.

Tatapan jahat karena aku bisa melihat keangkuhannya sebab mampu membuatku kembali.

"Aku sedang mencari sesuatu yang praktis, cepat saji, lezat untuk dinikmati kapan saja. Namun, tidak memiliki kalori tinggi," kata Jared berdiri di depan rak snack, berbicara seolah ia tahu apa tujuanku menghampirinya. "Apa kau memiliki rekomendasi?"

"Yes. Kau hanya butuh snack diet dan itu ada di ...."

"Kedua benjolan di tubuhku yang menantang untuk disantap sebagai sesuatu yang menyehatkan kaum pria," kata Jared tepat di telingaku, saat aku lengah dengan mengedarkan pandangan mencari makanan diet. "I want to fuck you and I'll give you 1000$. What do you—"

"Shut up your fucking mouth, Sir!"



The Hottest Night With You [END]Where stories live. Discover now