CHAPTER 031

10.5K 543 15
                                    

Satu minggu berlalu, tanpa terasa. Kalimat pemercepat yang terdengar klise dan terdengar sederhana, di mana seseorang pun terlalu malas untuk mengetahuinya.

Katakan hal itu pada Kate yang terus-menerus meneleponku, hanya demi mendapatkan kabar. Dan katakan juga pada Veronica yang mencariku di segala media sosial serta pada Harding dengan segala ketenarannya mengumumkan pemberitahuan di salah satu acara talkshow, bahwa di mana pun aku berada kita pasti akan bertemu.

Satu minggu menghilang dan menjadi orang yang berbeda bukanlah hal mudah bagiku, hingga kalimat 'Tak terasa' itu mustahil untuk disematkan. Faktanya, ruangan seluas 4,5 kali 3,5 meter ini adalah saksi hidup dari keputusasaanku. Seolah hidup malas mati pun segan, pertama kali mencoba menghisap ganja, merupakan keputusan terburuk dalam hidupku.

Kepalaku terasa pening luar biasa di setiap saat kembali ke kenyataan, setelah sebelumnya tenggelam dalam halusinasi menenangkan jiwa. Berjalan pun seolah tidak menapak bumi, hingga pandangan mengabur seperti memiliki ribuan bakteri perusak saraf mata aku hampir mencelakai diri dengan terjatuh akibat menginjak sabun, sampai membuat kapak-sungguhan-berperan sebagai hiasan dinding-jatuh tepat di sisi kanan kepala dengan hanya berjarak tiga inchi. Tuhan masih ingin aku hidup dan sejak hari itu, tidak ada lagi aktivitas menghisap ganja.

... tapi tidak juga. Ganja telah digantikan dengan sebatang rokok dan memulai dengan cara sama payahnya seperti pertama kali menghisap ganja.

Aku terbatuk-batuk seperti bengek. Mematikan rokok yang belum separuh terbakar, kemudian mengambil remote TV mengganti tayangan, menghindari acara gosip. Tujuh hari delapan malam, menyaksikan acara gosip dan talk show seputar seleberiti adalah hal paling memuakan karena beritanya tidak pernah jauh dari 'Tunangan Harding yang menghilang, di mana lelaki itu sedang gencar-gencarnya mencari keberadaanku.'

Beberapa kali mengganti siaran TV, tidak ada yang lebih menarik daripada film animasi Rango. Sehingga meski telah menontonnya berulang kali selama masa liburan, kuputuskan untuk menyaksikannya sekali lagi.

Sekali lagi dalam keadaan yang berbeda.

Tidak ada lagi Barbara Holder, si gadis seksi dengan rambut cokelat tergerai indah serta kesukaannya berpenampilan feminin.

"Sial! Tidak ada kesempatan hidup, jika hanya berdiam diri di sini tanpa melakukan apa pun." Kuhempaskan remote TV di atas kasur, mengambil mangkuk sereal di atas meja kemudian memakannya dengan suapan besar menggunakan sendok. "Harus bekerja apa saja, demi bertahan hidup," kataku lagi, sembari kembali membaca iklan lowongan kerja di koran-koran hasil jarahan dari lobby motel.

Mengangguk-angguk, sambil melingkari pekerjaan yang kuminati sesekali kupandangi pantulan diriku pada cermin usang di dekat jendela. Serius. Jika dad hidup dan dia mengetahui anak gadisnya berakhir seperti ini, maka dad pasti akan mengunciku di dalam kamar hingga penampilan benar-benar kembali normal.

Dad benci perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki. Namun, bukan berarti ia pembenci kelompok LGBTQ. Dad hanya beralasan konyol bahwa jika seluruh perempuan berpakaian seperti laki-laki, maka tidak ada lagi harga diskon untuk mereka sebab terlebih dahulu sudah diborong oleh kaum perempuan.

Aku tertawa sejenak. Apa pun kondisinya, alasan dad akan selalu terdengar konyol. Benar-benar konyol seperti perlakuanku sekarang hanya karena teramat patah hati.

Kehilangan rambut cokelat panjang, memiliki piercing di alis, dan mengubah selera pakaian hingga 360 derajat hanya demi menghindari tatapan publik. Ini sungguh tindakan seorang pengecut serta semakin menjadi penakut sebab tidak pernah sekali pun aku keluar dari motel sampai-sampai tabunganku hanya tersisa seratus dollar.

"Tidak akan ada yang mengenaliku, meski jika kuberitahu bahwa namaku adalah Barbara Holder." Melipat koran berisi beberapa lingkaran merah, segera kubangkit menuju kursi dekat nakas. Mengambil sepatu kets bekas kemudian pergi meninggalkan motel setelah memeriksa penampilanku untuk terakhir kalinya.

For the first time after seven days in broken heart effect, meski berat kuputuskan untuk keluar dari penjara tersebut dan pergi ke suatu tempat.

Supermarket Cassio adalah pilihanku. Mereka memerlukan karyawan tanpa syarat yang terlalu sulit dan aku tertarik mendapatkannya demi bertahan hidup dan benar-benar meninggalkan Manhattan. Oh, jika kalian bertanya di mana aku sekarang berada, maka jawabannya adalah Rooselvet. Dua puluh tujuh menit perjalanan dari Manhattan menggunakan mobil dan hanya Vektor yang mengetahui keberadaanku.

Berjalan kaki sepanjang seratus meter, Supermarket Cassio akhirnya tampak berdiri kokoh di hadapanku dan tanpa ragu segera memasuki bangunan tersebut hingga ketika mendorong pintu kaca, tangan lain-entah sengaja atau tidak-menyentuh tanganku.

"Sorry," katanya dan itu membuatku menoleh, hampir menjatuhkan kedua bola mataku.

Jared Stephen.

Dari semua lelaki di dunia, kenapa harus dia??

Dan semoga dia tidak mengenaliku.

"It's ok," bisikku kemudian langsung masuk ke dalam supermarket, tanpa perlu mengulang drama murahan seperti di masa lalu.

Namun, belum sempat melangkah jauh tangan kekar itu menahan lenganku.

"I think I know you."

Oh, holly shit!!

***

741 kata, sorry pendek karena aku punya kabar baik dan buruk.

Baiknya, salah satu naskah aku di acc di platform lain yaitu dreame. Nanti bakal aku share 5 chapter awal di sini kalau kalian tertarik bisa baca kelanjutannya di sana yaa ^^

Buruknya, jadwal update Harding-Barbara terpaksa aku ubah lagi jadi seminggu sekali karena di dreame, aku diharuskan up setiap hari.

Mohon pengertiannya dan trims buat masih bertahan di sini, yaa. I luv ya.

Mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari raya idul fitri.

Ig. Augustin.rh

The Hottest Night With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang