CHAPTER 002

51.5K 1.4K 8
                                    

MALAM INI ADALAH yang terburuk setelah malam-malam Jared mencampakkanku.

Gaun termahalku rusak dan yang merusak-lelaki berkemeja hitam-terlihat tidak ingin bertanggung jawab, atas perlakuannya tersebut.

Atau lebih tepatnya, merasa tidak bersalah sedikit pun.

"Menginjak, merobek, dan merusak gaunku, lalu kau masih mengatakan 'Untung'? Oh, Sir, are you serious?!"

Setelah diam sejenak akibat terlalu terkejut, aku akhirnya mampu berbalik. Sekadar memberikan tatapan tajam, sembari mengepalkan tangan, aku ingin sekali memukuli lelaki di hadapanku ini dengan hand bag yang sedari tadi masih melekat erat di genggamanku.

Tidak ada alasan agar aku tidak merasa murka pada lelaki berpakaian elegan di hadapanku ini. Aku ingin sekali mencabik-cabik pakaiannya agar ia tahu bagaimana perasaanku. Bahkan jika ia orang penting sekalipun, aku tidak peduli.

"Maaf jika ucapanku melukaimu, tapi itu hanya gaun, Nona. Tidak terlalu berharga, jika dibandingkan dengan keselamatanmu."

Hanya gaun dan tidak berharga katanya? Oh, dia terlalu berani untuk meremehkan hal itu, tanpa tahu bagaimana aku mendapatkannya.

Hei, Tuan! Aku perlu memangkas separuh uang gajiku, melakukan diet ketat, bahkan meminjam sedikit uang Veronica untuk mendapatkannya dan kau mengatakan ... sial! Aku benar-benar marah pada lelaki itu.

Aku menggeram pelan, berusaha agar tidak memukul dan menjadi pengacau seperti yang dikhawatirkan Veronica. Namun, tidak bisa. Tanganku refleks mencengkram kerah kemeja lelaki itu kemudian dengan kekuatan penuh merobeknya hingga kancing-kancing tersebut terlepas.

Teriakan histeris terdengar di sekeliling kami, begitu pula dengan Veronica. Dia memanggilku berulang kali, meminta agar aku menenangkan diri dan meminta maaf. Namun, kuabaikan karena buat apa meminta maaf pada orang yang telah berbuat salah? Aku tidak akan melakukan hal tersebut.

TIDAK AKAN PERNAH!

"Sialan kau! Sekarang rasakan bagaimana perasaannya saat ... ah, lepasin! Aku belum selesai bicara." Petugas brengsek! Ucapanku terpaksa diputus, saat dua petugas keamanan menghampiriku, menyeretku untuk menjauhi lelaki itu, dan I don't know why mereka meminta maaf atas perbuatanku.

Dunia benar-benar gila! Apa sekarang zamannya terbalik, ya? Berulang kali kukatakan bahwa dialah yang bersalah, dialah yang memulai kekacauan ini. Namun, para petugas itu tidak mau mendengarkanku, bahkan cenderung membela si pria kurang ajar tersebut.

Hingga ketika aku benar-benar berada di tepi karpet merah, lelaki kurang ajar itu berdeham, memanggil kedua petugas keamanan tersebut, dan mengisyaratkan agar mereka menghampirinya.

Aku memutar kedua mataku. Masih mendesis penuh makian, ketika kulihat betapa santai wajahnya setelah merusak gaunku dan setelah aku merobek kemejanya.

"Bawa wanita ini ke ruanganku. Dia memiliki sifat pendemdam dan aku harus bertanggung jawab, sebelum dia membunuhku."

"Oh, tentu aku akan melakukannya tanpa diminta!" Sengaja kunaikan nada suaraku dan kupelototi lelaki kurang ajar itu, tapi dia malah membalasku dengan senyuman.

Freak!

"Harding Lindemann," ujarnya memperkenalkan diri dan aku semakin berpikir, bahwa dia aneh.

"I don't care."

"Well, nice to meet you."

Aku mencibir jijik. "It's so bad to meet you."

***

Ruangan ini terlampau megah, meski dominan kayu aku tahu mereka memiliki harga yang 'tak main-main. Sekali petugas itu mengantar dan mengunciku di sini, aku sempat melupakan Veronica bahkan pesta pertunangan Jared saking kagumnya atas keindahan interior tersebut.

The Hottest Night With You [END]Where stories live. Discover now