21. Rengekan Anak

84 11 0
                                    


•••
Mentari pagi mulai mengintip menghangatkan hamba di bawah sinarnya. Udara pagi begitu segar, embun-embun masih membasahi dedaunan taman, burung terbang begitu girang berlarian dengan suara kicauan yang saling bersautan. Begitu harmonis dan menenangkan jiwa dan pikiran. Berjalanlah dua insan Tuhan yang tak saling kenal menyusuri taman, sang kakak berjalan dengan malas sambil menggandeng anak yang lebih muda darinya itu

"Kak Lekha..
Kumohon menikahlah dengan kakakku kak.. !! Aku janji deehh akan jadi anak baik kaya Imam, kumohon ka'.. !!! mau ya jadi kakak iparku"

Rengek Ayas memelas sambil menarik-narik tangan Lekha yang menggandengnya ketika berjalan menyusuri pinggiran taman

"Aku tau kau ini masih kecil..
Tapi apa kau tidak bisa berpikir sedikit masuk akal?? Kakak mu itu masih umuran SD dan aku sudah kuliah semester akhir de' !"

Balas Lekha pada anak yang belum dia ketaui nama aslinya itu. Lekha benar-benar tak memiliki pengalaman sama sekali untuk menghadapi anak kecil, maka wajar saja Lekha tak menahan tempramennya walau sedikit. Untung Ayas anak bandel, jadi kebal dengan nada tinggi Lekha. Dengan asap yang mulai mengepul di atas kepalanya, amarah Ayaspun akhirnya meledak.

"Maksudku bukan kakak ku Imam kak !!! TAPI KAKA'KU MAS CANDRA !!"
•••

--- JellegggGGeEERRRRRRRR ---

Lekha bangun dari mimpinya setelah mendengar sambaran petir dekat kosnya. Lekha menatap jam di dinding
menunjukkan pukul 13.15.

Lekha baru sadar tadi dia membaringkan tubuh di atas kasur kos kecilnya karena kelelahan. Hari ini Lekha berjalan menyusuri mall yang begitu besar dan kepalanya terasa berat karena memikirkan banyak hal, mata Lekha perlahan terpejam sampai tak sadar ketiduran.

Lekha begitu cemas, beberapa hari telah berlalu setelah insiden sengitnya dengan Candra di depan mall waktu itu, Lekha benar-benar tidak pernah melihat batang hidung Candra sama sekali.

Lekha berpikir sangat marahkah Candra pada Lekha,, apa jangan-jangan Candra mengajukan pergantian sift agar tidak bertemu dengan Lekha lagi atau lebih buruknya Candra keluar dari mall

Pikiran-pikiran negatif selalu saja bermuncul di kepala Lekha. Sampai-sampai untuk memastikah prasangkanya itu benar atau tidak akhirnya tadi Lekha pergi ke mall. Hari ini dia libur kerja, jika benar Candra ganti sift seharusnya pagi ini Candra ada di mall tapi faktanya tetap saja tidak ada tanda-tanda keberadaan Candra disana.

'Ya Allah... Apa yang telah hamba lakukan? Kemana hamba harus mencarinya, hamba harus minta maaf padanya, bagaimana kalau dia benar-benar mengundurkan diri dari mall,, apa hamba harus membawa rasa bersalah ini selamanya ??'

Batin Lekha sendu sambil tengkurap di atas kasur tipisnya itu. Agak lama dadanya jadi mulai sesak, jadi dia bangkit dari posisinya.

Sudah siang tapi hujan masih saja turun begitu deras, rintik hujan yang jatuh bersamaan memberi lamunan baru pada Lekha yang kini menyangga kedua pipinya malas, sambil menatap dedaunan pohon yang basah di depan jendelanya yang terbuka sebagai pijakan kedua sikunya.

'Langit menangis begitu lama.. Apa dia sedang meratapi hati seseorang yang sedang sedih? Mendung itu juga tak kunjung hilang, matahari tak mampu bersinar jika berada di belakang awan itu.. Mana mungkin matahari bahagia.'

[Mungkin Lekha sedang menggambarkan isi hatinya sendiri]

Sambil menatap keluar jendela Lekha melihat ada anak-anak yang bercanda di tengah derasnya hujan, anak-anak yang besarnya hampir sama seperti Ayas. Lekha menegakkan tubuhnya namun langsung terduduk lemas di sisi kasurnya, sekilas Lekha teringat dengan mimpinya.

MENDADAK JADI FUJOSHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang