57. Jadi Ibu

73 6 0
                                    


Pukul 06.15
Di kediaman Wijaya Ananta

Suara grumpyang-grumpyang terdengar riuh di suatu dapur karena ulah si pemilik rumah, kita sebut saja pemilik rumah tersebut adalah Nyonya Nicolas yaitu istri dari pria bernama legkap Adge Irkhan Nicolas.

Yaa.. Pria yang bernama asli Wijaya Anata itu kini mendalami perannya sebagai prempuan sejak melahirkan si kembar, Nathan dan Nasha. Bagi yang bertanya keadaannya seperti apa sekarang, maka akan kami kabarkan bahwa dia sekarang sudah sangat baik.

Tak heran dengan uang yang dia miliki dan perawatan khusus dari dokter-dokter spesialis yang sangat profesional, tentu memberikan kemudahan bagi Jay untuk segera pulih dari kelemahan fisik yang dia alami.

Hampir 2 bulan berlalu, perpindahan gender Jay itu memberikan dampak yang positif pada susunan tubuhnya. Jay merasa dia semakin sehat dan perawakannya semakin terlihat anggun dan cantik, dominan yang dia miliki saat ini membuatnya nyaman, dia rasa ini memang jati dirinya yang sebenarnya.

Menjadi seorang ibu dan seorang istri 'tulen' memberikan rasa lega yang teramat sangat. Bagaimana tidak? Karena perubahan gendernya itu, pernikahan mereka menjadi sah di mata negara, bukan hanya itu bahkan di mata orang awampun mereka sudah tak khawatir di cibir lagi. Kelak saat kedua putranya sudah bersekolah, dia akan memiliki satu ibu dan satu ayah, tidak membingungkan bukan? Haah... Memang ini yang selama ini Jay harapkan dalam hidupnya.

Walaupun sudah mengurus status kedudukannya sebagai warga negara, tapi Jay enggan mengganti nama prianya itu menjadi nama yang lain. Entahlah sebab apa, tapi dari nama itu terdapat kenangan banyak sekali, sangat banyak.

Masa bodo dengan nama, pikirannya begitu sederhana dan ringan sekarang, hidupnya selalu berlimpah dengan kebahagiaan.

Wanita dengan dua mata sipit perbulu mata lentik itu terlihat begitu menikmati pelajarannya merajang bawang merah bersama Bibi sebagai coachnya.

Berhiaskan celemek dan pisau tajam di tangannya, terlihat Jay sedikit menunduk, fokus pada objek yang membuat mata tiap orang yang memandangnya itu menangis.

Jay begitu sabar dan antusias.

Dia bahkan masih dapat berkonsentrasi dengan baik di dapur yang udaranya cukup panas dan semprawut itu, dapat di lihat wajah putih Jay dari samping ada beberapa butiran keringat yang menepel di GODEK perkasanya yang siap jatuh kapan saja, namun tiba-tiba ...

"Akh?"

"Nyonya!!"

"Bi... Tanganku berdarah"

Tutur Jay mengadu pada Bibi sambil memegangi tangannya yang berdarah, sifat manjanya pada Bibi sama sekali tak berubah meski sudah berstatus menjadi seorang ibu dengan dua anak.

"Lebih baik Nyonya kembali istirahat biar saya saja yang masak, haduuuh kenapa darahnya tidak mau berhenti?"

Tangan Bibi sampai gemetar saat mengelap ujung jari telunjuk Jay yang berdarah itu dengan selembar tisu, pelayan yang mulai menua itu langsung panik melihat darah Jay yang mengalir tanpa jeda dari jari majikannya.

Akan tetapi Jay memiliki respon yang berbeda dari Bibi. Bukannya panik, Jay hanya berdiri diam seperti orang terhipnotis.

"Tunggu bentar Bi!!"

Ucap bibir tipis Jay begitu lirih masih dengan tatapan kosongnya. Saat Bibi sudah lebih tenang, Jay langsung mendekat kearah jari telunjuknya yang berdarah itu lalu sedikit menekan lukanya, membuat darah segar itu kembali mengalir dengan sendirinya

"Aah Nyo-nyonya ??"

Arrrh.. Bibi ingin sekali bilang 'Jangan lakukan itu!' tapi entah sebab apa suaranya tertahan di dadanya, tak mau keluar. Kedua mata Jay melotot memperhatikan aliran darahnya turun dari atas ke bawah, hidungnya kempas-kempis mencoba mendeteksi bau amis dari darah yang keluar itu. Bibi yang melihat wajah penasaran Jay yang imut itu masih terdiam, kepalanya juga heran, kenapa lagi majikannya itu?

MENDADAK JADI FUJOSHIWo Geschichten leben. Entdecke jetzt