17. Mengigau

94 10 3
                                    

" Kalian tadi bilang apa.. IBU SAKIT !! ??"

Teriak Candra pada adik-adiknya.

Imam menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan sang kakak, tangannya yang hendak menyuapkan nasi kedalam mulutnyapun ia urungkan dan menaruhnya kembali di atas piring.

"Iyaa mas, ibu ingin satu atau dua diantara kita bisa pulang menjenguk ibu secepatnya !"

"Tapi kalian sekolah ! Dan aku bekerja.. Jadi siapa yang akan menjenguk ibu?"

Teriak Candra dengan penekanan kata di setiap ucapannya itu, namun tak di tanggapi serius oleh adik bungsunya. Sambil mengunyah makanannya kini Ayas yang berkomentar dengan santuynya.

"Mas belum ambil liburkan? Aku juga pengen banget pulang !!!"

Singkat namun tepat. Candra sedikit memikirkan usulan Ayas padanya. Sepertinya masuk akal jika dia dan Ayas saja yang pulang menjenguk ibu mereka. Imah dan Imam sudah mendekati kelulusan jadi mereka tidak boleh sering ijin tidak masuk sekolah.

Baiklah Candra sudah putuskan, ia langsung berdiri.

"Imam lanjutkan makanmu dan jaga Ayas. Setelah makan kalian harus pulang sebelum gelap. Aku akan minta ijin sekarang. Jadi, jaga diri kalian baik-baik! Aku pergi dulu"

Kedua adiknya mengangguk faham. Setelah berpamitan pada mereka, Candra meninggalkan adik-adiknya yang masih asik makan. Saat berbalik Candra baru sadar jika ada Lekha yang dari jauh memperhatikan mereka.

'Sejak kapan dia disana?'

Satu langkah maju, Candra menoleh dan menatap adik-adiknya terlebih dahulu. Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal Candra sedikit mempertimbangkan sesuatu.

'Sepertinya aku tak tega meninggalkan mereka ! Ibu pasti akan marah jika sampai tau kalau mereka tersesat nanti.'

Kembali ia memandang Lekha sambil berpikir dan mulai melangkahkan kakinya menjauh dari adik-adiknya. Namun bukan ke kantor atasannya Candra malah berjalan menghampiri Lekha.

'Apa dia berjalan ke arahku ?'

Batin Lekha sambil menoleh ke kanan dan kiri karena panik, berharap jika bukan dia lah yang dituju oleh Candra.

Tidak butuh waktu lama. Candra benar-benar menghentikan langkahnya dan berdiri tepat beberapa centi saja di hadapan Lekha. Badan Lekha mulai memanas, jantungnya berdebar sangat kencang namun Lekha hanya mampu menelan ludah sambil memandang kancing baju di dada bidang Candra yang setara dengan pandangan matanya itu.

Lekha hanya sanggup mematung saat Candra memulai pergerakan. Dengan sedikit membungkuk Candra mendekatkan wajahnya di telinga Lekha. Suaranya begitu lembut dan lirih namun tegas, Candra membisikkan sesuatu di telinganya yang tertutup jilbab hitam itu.

"Ikutlah denganku Lekha !"

".............. !!!! "

~~~~~~~~~~

Pukul 16.05
Dikediaman Wijaya Ananta

Masih terdengar isak tangis sang bibi dengan air matanya yang hampir kering didalam kamar sang majikan. Matanya merah dan bengkak karena sejak siang bibi menangisi tuan muda yang amat sangat ia sayangi itu.

"Tuan, tuan muda
saya mohon tuan muda bangunlaah.. !
Setelah itu hukum saya tuan, maaf kan saya yang ceroboh pada kondisi tuan muda hiks
Tuan Adge maafkan saya tuan.. Hiks hiks
Saya gagal menjaga tuan muda ..."

Rengek bibi sambil menggerak-gerakkan lengan Jay yang lunglay. Sudah hampir dua hari satu malam Jay belum sadarkan diri di atas tempat tidur, bibi khawatir dengan kondisi Jay, benarkah dia pingsan? atau hanya tidur? kenapa tak bangun-bangun. Bibi begitu takut, padahal kemarin dokter sudah memeriksa keadaannya dan dokter bilang Jay baik-baik saja hanya sedikit tertekan.

MENDADAK JADI FUJOSHIWhere stories live. Discover now