58. Setelah 4 Tahun😚

68 5 0
                                    


Hari ini begitu cepat berlalu, jam tetap berdetik setiap saatnya. Kini malampun datang, terangnya sinar rembulan dan menurunnya suhu udara sebagai ukuran larutnya malam. Namun di suatu tempat yang tertanam kokoh sebuah bangunan megah tanpa tetangga itu, terdapat sepasang suami istri yang masih terjaga.

Jika di lihat dari gerbang masuk rumah Jay, kamar sepasang Kakek dan Nenek itu amat menonjol menampakkan cahayanya di tengah-tengah kegelapan.

Apa yang terjadi?

Terlihat biasa memang dari luar, tapi saat berada di dalam, seperti ada tekanan yang sedang menyiksa kedua orang itu.

Gio dan Nita duduk di tepi tepat tidur dari sisi yang berbeda, saling memunggungi. Sang suami terduduk lesu menatap koper besarnya yang terbuka di antara kedua kakinya yang melebar. Tarikan nafasnya terdengar berat karena rasa kecewa yang mengikat erat dadanya.

"Baik-baik! Aku akan pergi sendiri jika kau ingin tetap tinggal!"

Mendengar itu, Nita membelalak dalam diam.

Punggungnya membungkuk, wajah manis yang diturunkan kepada putranya itu mendadak merah menahan tangis yang akan pecah. Cengkramannya pada seprai berwarna putih polos itu menguat, ia menjambaknya kasar, takut dia akan tumbang jika tak berpegangan.

"Bu-bukan begitu,, aku-ak aku hanya---

Nita mendadak kebingungan saat di ajak Gio suaminya pergi berbisnis ke luar negri lagi, sebut saja ke negara Jepang. Tidak seperti biasanya pikir Gio, mengapa Nita terlihat resah seperti itu? Apa yang sedang menganggu pikirannya. Padahal ini sudah hampir dua bulan lamanya sejak Jay melahirkan, Gio dan Nita menunda jadwal kerja mereka dan kali ini mereka harus berangkat, sudah tidak ada waktu untuk menunda-nundanya lagi.

Aarh... Ini pilihan yang sulit. Nita tak kuasa berpaling dari hadapan suaminya lebih lama lagi, dia ingin terlihat tegar tapi sudut bibirnya berkedut ingin menangis, otot-otot di wajahnya itu tak sejalan dengan yang Nita harapkan.

"Gio..."

Nita akhirnya menyerah, dia derdiri lalu berberlari. Mendekat, dan memeluk suaminya yang sedang di landa bingung. Gio benar-benar tidak tau hal apa yang merubah suasana hati Nitanya, mengapa tiba-tiba sekali. Tanpa menatap wajah istrinya, tangan lebar pria itu mengelus lembut kepala istrinya, memeluknya serta menunggu penjelasan dari wanita kesayangannya itu.

"Katakan apa masalahmu!"

Singkat dan tegas, jujur Gio jarang sekali menampakkan sikap keras ini saat berdua saja dengan Nita, tapi dia sulit mengontrolnya untuk saat ini. Kalimat itu muncul begitu saja entah mengapa.

"Gioo...
Aku merasa bersalah pada Jay, selama ini kita tak menjaganya dengan benar hiks, ak-aaku merasa aku adalah ibu yang buruk"

Perlahan tatapan tajam Gio keselain Nita itu berubah menjadi tatapan rasa bersalah. Gio tak langsung menanggapi ucapan Nita, karena dia sendiripun merasa tertegur.

"Paa.. Apa tidak bisa kita pensiun, da-daan hiks, kita jaga Jay dan pu-puutra me-mereka Paa"

Ucap Nita sesenggukan sambil mendongak menatap wajah Gio yang juga merasa sendu kearah luar jendela. Pria itu malah tambah bingung mendengar penjelasan sang istri. Dengan suara lantang agar terlihat tetap cool, pria itu menarik Nita lebih rapat lalu berkata...

"Akan ku pikirkan nanti, sekarang tenanglaah! Berhentilah menangis, kau sudah punya cucu jika kau lupa"

Tak ada respon. Nita masih saja menangis, membasahi dada suaminya dengan air mata, ya sudahlah Gio hanya bisa memeluknya lebih erat sambil mengelus lembut kepala Nita, agar istrinya itu segera membaik.

MENDADAK JADI FUJOSHIWhere stories live. Discover now