6. Cornering Questions

Start from the beginning
                                    

Setelah menapakkan kaki di dalam, semuanya tertidur. Mereka terlihat lelah. Dasha menggaruk rambutnya, ia juga lelah. Huft. Dasha, Dasha.

Kemudian sembari mengganti pakaiannya menjadi yang lebih nyaman, ia sedikit berpikir tentang apa yang harus di lakukan esok hari, dan apakah pertemuannya dengan Mark hari ini aman atau sebaliknya? maksudku, paparazi sekarang ada dimana-mana.

Bisa gawat, kalau sampai karir mereka anjlok begitu saja. Sejauh ini selalu sosok perempuan yang dikambinghitamkan, dan yang laki-laki selalu dibela. Tidak adil, bukan?

Wendy meninggalkan pesan singkat melalui aplikasi chat barusan. Katanya, ia dan Irene ada jadwal lagi. Ya, hanya mereka. Itu artinya, Dasha akan tidur sendirian malam ini.

***

Tidak jauh berbeda dengan Mark. Ia masih saja dihujani pertanyaan-pertanyaan yang banyak dari adik-adiknya di Dreamies.

"Mageu-Hyung, apakah Dasha Nuna cantik?" lontar Chenle dengan suaranya yang nyaring. Haechan dengan cepat memukul kepala Chenle, "Jangan di ambil, dia calon Ibu kita!"

"Apa-apaan? jangan melantur, kami hanya berteman," jawab Mark santai, tanpa mengalihkan pandangannya dari buku novel yang baru saja ia beli.

Di situ Chenle mengaduh kesakitan. Tapi tawa Haechan makin lepas. "Aku tadi hanya bercanda," ucapnya sambil mengusap-usap rambutnya.

"Memang kalian akan melanjutkan hubungannya sampai di situ saja?" potong Jeno yang datang dengan rambut basah dan handuk putih yang dikalungkan di leher. Ada nada bingung dalam perkataannya.

Leader Dreamies itu menggeleng tanda tak tahu, "Kita lihat saja kedepannya bagaimana," jawabnya enteng.

Renjun yang duduk di atas karpet ikut bergabung dalam obrolan, dan meletakkan pensil warnanya. "Ku kira kau suka pada Dasha Nuna? kau pernah bercerita pada kami dulu, dia adalah dunia mu, bukan?" tutur laki-laki berdarah Cina tersebut, di iyakan oleh Jeno, "Ya, aku ingat hal itu."

"Tapi sungguh, aku tidak memiliki perasaan apapun dengan Dasha. Maksudku dunia, bukan—"

"Ya, Mageu-Hyung sudah berpacaran dengan Mina Nuna. Jadi kalian diam lah." Tiba-tiba Jisung menyela. Semua perhatian langsung tertuju padanya, sampai-sampai Jaemin yang sedang fokus bermain game menghentikan aktivitasnya.

Jisung, Kim Jisung. Laki-laki paling muda di ENCT, paling muda di Dreamies. Ia tidak pernah berbicara se-sarkas itu selama ini. Tentu saja ini membuat semua kakak-kakaknya kebingungan. Ada apa dengan Jisung?

Tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi yang menayangkan acara tengah malam, Jisung berkata, "Aku benar, kan Hyung? kenapa kalian menatapku seperti itu?"

Tapi memang fakta, Mark dan Mina sudah menjalani hubungan backstreet sejak menjadi trainee. Tidak ada yang mengetahui selain teman Mina dan beberapa member ENCT itu sendiri. Contohnya Jisung, Taeyong dan Jaemin.

"Benarkah? kenapa Hyung tidak memberitahu Haechan tentang ini?" kaget Haechan sambil menggoyangkan tubuh Mark di sampingnya. Tentu saja Chenle, Renjun, dan Jeno yang merasa dirahasiakan sesuatu oleh Mark ikut protes bersama Haechan.

Mark mengacak rambut frustasi, "Iya, iya, oke! Aku berpacaran dengan Mina! sekarang kalian puas?" tegas Mark dengan muka tegang. Semuanya mendesah pelan secara bersamaan, kecuali Jisung, rahangnya sudah mengeras sedari tadi.

Chenle memiringkan kepalanya, "Jadi ... Hyung mengkhianati Mina Nuna?"

Mark kaget, "Apa? tunggu—bagaimana kau bisa menyimpulkan hal itu?"

"Ipi? tinggi. bigimini kiw bisi minyimpilkin hil iti?" ejek Chenle dengan bibir yang manyun, juga kepala yang bergerak-gerak. "YA BISA, LAH. KAU SAJA TADI BILANG SUDAH BERPELUKAN DAN MEMBERI BUNGA DAFFODIL PADA DASHA NUNA!" Teriak Chenle, serentak semuanya menutup kedua telinga mereka.

Jeno, si paling jenius diantara mereka semua hanya bisa tertawa, sampai kedua matanya menghilang diantara kelopak mata. Sementara member yang lain berteriak kompak bahwa Chenle benar.

Mark makin terpojok, ia hanya bisa mengelus dada diam-diam. Tapi dari perkataan dan iya-an dari para adiknya juga membuatnya sadar akan sesuatu. Mina adalah miliknya, dan ia hanya bisa memilih satu diantara Mina dan Dasha.

"Sudahlah, aku mengantuk. Aku ingin tidur lebih dulu. Ayo, Chan." Renjun tiba-tiba menguap lebar, lalu menarik tangan Haechan untuk masuk ke kamar. Jaemin diam-diam mematikan handphonenya, lalu beranjak pergi dari sana. Chenle langsung mengikuti Jaemin untuk sama-sama terlelap.

Kini tinggal Mark, Jeno dan Jisung di depan TV. Jeno langsung duduk di tengah, lalu ikut menonton acara yang sang maknae tonton.

Ketiganya sepi, tidak ada yang bergeming sama sekali. Namun Jeno yang menyadari Hyung-nya terlalu banyak melamun ketimbang membaca buku, jadi merasa aneh.

"Hyung, tidak apa-apa?" Jeno mengusap paha Mark. Mark menggeleng, "Tidak ada apa-apa." Ucapnya.

Mark berbohong. Pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilontarkan kurcil-kurcil pada Mark tadi membuatnya berpikir lebih panjang lagi. Mina juga bisa sakit hati jika Mark lebih dekat dengan Dasha. Tapi hanya ada satu alasan yang membuatnya memilih bungkam di hadapan Jeno.

Ia tidak ingin membagi seluruh masalahnya pada semua adik-adiknya. Ini bukanlah hal yang benar.

Jeno tertawa kecil tanpa suara. "Aku akan menyusul teman-teman. Aku menunggumu di kamar, Hyung," ucapnya sambil menepuk pundak Mark lalu pergi.

Jisung mengerang pelan. Semua di televisi tidak ada yang menarik, hanya menyisakan lagu-lagu lawas. Akhirnya anak itu memutuskan untuk mengakhiri kegiatannya dan tidur.

"Hyung, aku tidur duluan. Aku hanya ingin bilang, jangan jadi bajingan."

capitulate.Where stories live. Discover now