Ersya tidak akan melakukan itu.

"Jemput ya? Bisa kok. "

Ersya melototkan matanya pada Alvaro, sementara Alvaro mengisyaratkan untuk diam.

Ersya mencebikkan bibirnya.

"Iya, tunggu."

"Kakak!" Rengek Ersya setelah Alvaro menutup telepon.

"Biar akrab. "

Ersya berdecak. "Aku sama Keano aja!"

Ersya hendak pergi namun tangannya di tahan oleh Alvaro"Sekali ini aja, Sya"

"Kakak lupa aku gak bisa naik mobil? Udah lupa ya?!"

"Enggak, Sya."

"Terserah. Kalau Kakak jemput Amira, jemput aja. Tapi aku sama Keano, aku berangkat. " Ersya menepis tangan Alvaro pelan lalu berlalu keluar dari rumah.

Ersya terkejut, Ergha duduk di atas motor yang terparkir di halaman rumahnya.

Ersya segera menghampiri Ergha dengan terburu-buru, hingga kakinya tidak sengaja menginjak salah satu tali sepatunya yang lepas. Alhasil Ersya tersungkur di atas paving.

Ergha bergegas menghampiri Ersya yang tampak berkaca-kaca.

"Ceroboh banget lo!" tegur Ergha.

Ersya mengerucutkan bibirnya."Kenapa semuanya ngeselin sih!"

"Maaf." Ergha mengusap air mata gadisnya lalu menggendong Ersya ala bridal style, membawanya masuk kembali ke dalam rumah.

"Loh, Ersya kenapa?" Alvaro menghampiri keduanya khawatir.

"Tadi jatuh,"jawab Ergha membaringkan Ersya di sofa.

"Ada kotak obat?"Tanya Ergha.

"Sebentar, saya ambilkan." Alvaro bergegas menaiki tangga untuk mengambil kotak obat.

Ersya mengubah posisinya menjadi duduk, namun masih tidak berani menatap lututnya yang berdarah.

"Masih takut?"

Ersya mengangguk.

"Jangan nangis, makin jelek lo ntar."

Ersya melempar bantal yang ada di sebelahnya, hingga mengenai wajah Ergha."Aku cantik ya!"

"Iyaiya," balas Ergha malas berdebat.

"Iya apa?"

Ergha menghela napas. "Cantik."

"Siapa?" goda Ersya.

"Lo."

"Lo siapa?" Tampaknya Ersya sangat senang menggodanya.

"Jangan dijawab, dia emang jail," ujar Alvaro mengganggu suasana.

"Biar saya saja." Ergha menahan Alvaro yang hendak mengobati Ersya.

Love Syndrome Where stories live. Discover now