Ilana marah

24 6 0
                                    


Ilana pikir setelah satu bulan lebih mengenal Lingga dia sudah cukup mengerti sifat cowok itu dan saat ini Ilana rasa pikirannya salah.

Salah karena Lingga adalah orang yang tidak dapat ditebak, cowok itu seolah memiliki sudut pandang yang berada di dimensi berbeda sehingga kini dibanding cowok itu membantu Ilana sebagai perempuan yang pernah terlibat dengan geng mereka justru cowok itu membawanya kesini untuk menjadi bahan taruhan,

Kalau kalian ada di posisi Ilana apa yang akan kalian lakukan?

Ilana saja sejak tadi sudah menghela nafas gusar sambil menatap pemilik nomer punggung 03 itu dengan tatapan tak terbaca, Lingga benar-benar di luar dugaan Ilana.

Sebentar lagi pertandingan mereka akan selesai, sekarang point antara Lingga dan Faldo sama dan Ilana hanya bisa menatap mereka dengan debaran cemas. Menurut Ilana, Lingga sama sekali tidak keberatan menyerahkannya kepada Faldo terbukti dari wajah cowok itu yang sejak tadi terlihat biasa saja seolah tidak ada rasa cemas atau gugup.

Ilana bukan barang tapi sekarang dia diperlakukan sebagai barang murahan, ingat barang murahan. Bukan cuma barang tapi juga murahan, jangan tanya lagi gimana perasaan Ilana yang sudah kacau sejak awal tahu bahwa dia digunakan sebagai bahan taruhan mereka.

Melihat teman Faldo yang baru saja mencetak point sehingga mereka unggul maka tak pelak Ilana merasa dada-nya sesak, sepertinya dia akan benar-benar dibuang ke tangan Faldo, ingin lari tetapi Ilana malu.

Dia tidak boleh menjadi lemah hanya karena perbuatan Lingga yang satu ini, ingatkan Ilana saja kalau Faldo menang maka Ilana tidak akan segan turun ke bawah untuk menampar Lingga.

Ilana tidak peduli tatapan Vita yang tengah menatap penasaran ke arah adik kelasnya itu yang sedaritadi diam dan tampak tidak ingin berbaur dengan mereka semua bahkan sejak awal Ilana sama sekali tidak berteriak mendukung tim SMA Genesis.

"Dia ceweknya Lingga?" Tanya Natalie yang walaupun terdengar sedikit terpaksa karena harus bertanya kepada Vita yang merupakan rival-nya mencuri hati Lingga,

Vita mendengus kemudian kembali menatap permainan para cowok ganteng di lapangan sana dan menjawab, "Bukan, dia asisten Lingga."

Lantas Wenda mendelik dan mulai saat itu Wenda sudah menanda wajah Ilana untuk dia beri pelajaran, sekarang intinya Wenda ingin fokus mendukung Lingga.

"SEMANGAT NEMESIS!!"

"LINGGA, SEMANGAT!"

"SHAKA, GANTENG BANGET!"

"WOOO GENESIS WOO GENESIS!"

"SEMANGAT PAMUNGKAS!"

"SEMANGAT DAVE!"

"SEMANGAT FANG!"

Ilana sudah meremas jari-jarinya begitu melihat tim Faldo sekali lagi mencetak point dan Lingga masih terlihat santai disaat Dave dan Shaka sudah mendekat kemudian berbisik kepada Lingga,

"Kita bisa kalah disini," Gumam Shaka yang diangguki Dave namun Lingga justru mundur dan langsung berlari merebut bola dari tangan Faldo,

Mereka semua terdiam melihat Lingga yang sudah bermain sendiri dan maju untuk mencetak point,

Happ

LINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang