Berani

33 6 3
                                    

Kamu bertanggung jawab untuk diri mu sendiri, jika ada yang menyakitimu kau berhak untuk melawan sebab saat dunia menentangmu hanya satu yang akan terus setia bersamamu yaitu diri mu sendiri.
●Lingga

"Makasih." Suara pelan Pelita lantas menarik perhatian Ilana untuk menatapnya sejenak kemudian mengangguk.

Kini dua perempuan itu sedang berada di UKS, Pelita telah berganti pakaian dan memakai seragam cadangan milik Ilana yang untungnya ada di loker.

Pelita menatap Ilana yang kini sudah membantunya mengeringkan rambut dengan tisu, sedaritadi Ilana mencari handuk namun karena tidak ada makanya Ilana memakai tisu milik UKS untuk mengeringkan rambut Pelita,

"Aku pikir kamu sombong," ujar Pelita yang sebelumnya sempat berdehem sambil menatap Ilana

Pikirnya Ilana akan tersinggung namun gadis itu justru mengangguk, "Gue tahu, banyak kok yang mikir gitu tapi tenang aja, gue nolongin lo bukan berarti gue mau temenan sama lo."

Pelita tersenyum miris. Ilana baik namun sayangnya mulut dan wajah cewek itu berkebalikan,

"Makasih ya Ilana, kalau nggak ada kamu mungkin aku makin dipermalukan." Pelita menunduk sambil meremas tisu ditangannya sedangkan Ilana tampak begitu fokus mengeringkan rambut Pelita yang berbau manis dan lengket.

Ah, Ilana benar-benar kasihan pada cewek itu.

"Lo udah biasa digituin?" Tanya Ilana penasaran dan melihat Pelita mengangguk membuatnya menghela nafas kasar, "Lo nggak bisa lawan?"

"Nggak bisa, aku nggak mau berurusan sama pihak sekolah. Ka Vita itu anak donatur di SMA kita jadi untuk anak beasiswa seperti aku nggak bisa ngelakuin apapun selain mengalah." Pelita menangis setelah menjelaskan itu kepada Ilana,

Ilana tidak habis pikir bagaimana bisa SMA yang di sanjungkan dengan embel-embel bagus dan bergengsi ini bisa memiliki murid sok berkuasa seperti Vita yang suka membully murid lain. Memang aib pasti selalu bisa ditutupi dengan baik.

"Udah lo nggak usah nangis, mungkin udah nasib lo." Ilana memberikan tisu kepada Pelita dan diterima oleh cewek berkacamata itu lalu Pelita segera menghapus jejak air mata-nya.

Ucapan Ilana tidak membuat Pelita tenang namun Pelita juga tidak bisa marah karena itu memang benar.

"Rambut lo lengket banget, keramas aja di toilet. Gue bantu"

"Nggak perlu, aku disini aja."

Ilana yang sudah berdiri terlihat menghela nafas gusar, Ilana rasa Pelita tidak baik-baik saja.

"Lo bener-bener nggak papa kan?" Sekali lagi Ilana bertanya untuk memastikan kondisi cewek kurus berkacamata itu,

Pelita mengangguk sambil berusaha memamerkan senyum kecilnya, "Aku nggak papa berkat kamu."

"Gue nggak ngapa-ngapain," Balas Ilana cepat dan kini tangannya sudah sibuk menuangkan sedikit air ke telapak tangannya kemudian membasuh rambut Pelita, "Gue benar-benar nggak nyaman lihat lo kayak gini."

Pelita terdiam ditempatnya, ini pertama kalinya Pelita menemukan seseorang bermulut pedas namun berhati malaikat seperti Ilana.

LINGGANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ