Lingga Setan

39 6 5
                                    

Mungkin itu benar, orang yang terlihat paling kuat justru memiliki jiwa yang mudah rapuh.
•Ilana

Gion mengerjap kaget melihat dua orang cewek yang sedang terlebelalak menatapnya itu,

Apakah kalian masih mengingat Gion?

"Perlu gue teriak aaa nggak nih? Biar kita kaya sinetron lawas," Gion terkekeh melihat wajah pucat Pelita kemudian cowok itu menatap Ilana yang sudah masuk dan mencari sesuatu di dekat lemari berdebu, "Cari apaan?" Tanya Gion kepo dan Ilana pun menatap cowok itu sedetik sebelum dia kembali sibuk mencari sepatu miliknya.

"Sepatu Ilana dilempar ke sini." Itu Pelita yang menjawab dan Gion sudah ber-oh ria kemudian cowok itu berjalan kearah meja berdebu dan menarik sepasang sepatu hitam dari bawa meja tersebut. "Ini kan?"

Pelita dan Ilana sukses menoleh dan menatap cowok itu kemudian dengan senyum lega Ilana segera menerima sepatu-nya dari Gion,

"Makasih banyak ya," Ujar Ilana sambil menepuk ujung sepatunya yang berdebu.

Gion yang tadinya sudah menatap Ilana pun hanya mengangguk sambil terkekeh, "Sama-sama,"

"Gue traktir lo ya?" Ilana sudah menawarkan timbalan karena Gion menolongnya dan cowok itu tanpa bisa dicegah akhirnya sudah terkekeh geli, "Nggak perlu, harus banget semua pertolongan dikasih imbalan?"

Ilana mengerjap polos beberapa kali mendengar ucapan Gion yang ada benarnya itu kemudian Ilana mengukir senyum manisnya,

"Kalau gitu, makasih banyak sekali lagi ya Gion." Ujar Ilana tulus sambil menatap papan nama Gion kemudian cewek itu pamit untuk keluar dari gudang diikuti Pelita yang sudah menghela nafas bersyukur.

"Tempat itu angker banget tau,"

"Yee, emang lo aja yang penakut."

"Kamu juga awalnya takut kan? Kelihatan banget tau, kita itu sama-sama penakut."

Ilana mendengus malas dan mereka segera menuju ke loker milik Ilana agar Ilana dapat menyimpan sepatu miliknya.

Baru saja Ilana selesai menaruh sepatu miliknya dan hendak menutup loker namun sebuah tangan besar sudah menarik cewek itu untuk pergi,

"Eh, eh, eh----haduh." Ilana protes namun dia tidak bisa apa-apa selain mengikuti tarikan dari salah satu teman Lingga yang Ilana tak tau namanya itu,

"Sorry, kalau lo kaget." Cowok itu sempat menatap sebentar Ilana yang sedang dia tarik kemudian mereka berjalan cepat kearah lapangan tengah sekolah yang anehnya sedang ramai di jam istirahat kali ini,

Seharusnya yang ramai itu kantin bukan lapangan.

Shaka membawa Ilana untuk masuk ke kerumunan yang ada kemudian cowok itu menarik Ilana agar makin jelas melihat apa yang sedang terjadi,

Sontak kedua bola mata Ilana terbelalak dan gadis itu melongo kaget. Di depannya sudah ada Lingga yang tengah bermain basket dan bisa Ilana perhatikan bagaimana cowok itu berlari membawa bola orange di tangan kemudian melompat dan

Happ,

Lingga baru saja mencetak point dan Ilana pun buru-buru mengerjap.

LINGGATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon