"did you really just said she didn't mean anything?"
[i see red-ost 365 days]
_____________________
Madrid Metro Linea 2, Madrid, Spain | 01.34 am
Alo mengamati pemandangan yang bergerak cepat dibalik jendela kaca kereta sembari menyandarkan kepalanya pada dinding. Mereka sampai di Madrid sekitar satu jam yang lalu langsung dilanjutkan dengan menaiki metro linea 2 menuju daerah kecil bernama Salamanca. Duduk berhadapan dengan seorang perempuan gipsi yang sedari tadi mengamatinya, Alo memilih untuk bungkam. Sementara Julian yang duduk di sampingnya masih sibuk dengan ponselnya.
Julian meminjamkan Alo jaketnya. Membuatnya seolah tenggelam dalam jaket kebesaran itu. Bukannya hangat, Alo malah merasa agak canggung. Aroma Julian melekat pada jaket itu, menyelubungi Alo, membuatnya merasa dipeluk meski empunya sedang duduk acuh tak acuh di sampingnya.
Canggung sekali.
Kereta berhenti. Julian menggerakkan tangannya untuk mengajak Alo mengikutinya. Suasana stasiun benar-benar sepi seolah hanya mereka berdua yang turun di Salamanca. Meninggalkan gemerlap dan hiruk pikuk keramaian Madrid.
"Gracias munchos." ucap Julian pada seorang kondektur. Lelaki itu kembali menghampiri Alo yang berdiam diri di dekat pilar besar.
Julian melemparkan ponselnya pada rel kereta setelah mematahkan kartu nomor ponselnya menjadi berkeping-keping. "Kita harus segera mencari penginapan. Kartuku hanya bisa digunakan sampai besok."
Alo mengamati ponsel yang sudah diterjang oleh roda-roda besi kereta lalu kembali memusatkan perhatian pada Julian. "Bagaimana bisa?"
"Jika aku masih menggunakan kartu ini, siapapun bisa melacak keberadaan kita," Julian mengacungkan sebuah black card di tangannya. "Kate hanya bisa memblokir jejaknya hingga pukul sepuluh besok. Sebelum itu, kita harus bersiap-siap."
Alo mengangguk. "Lalu kita kemana?"
............
YOU ARE READING
Kills and Kisses (21+)
RomanceLelaki itu seharusnya membunuh Alodia, bukan rela mati karenanya. Semuanya berawal sederhana: membunuh gadis itu secara langsung atau membiarkan gadis itu membunuh dirinya sendiri. Lalu dia melihat gurat pedih dalam mata hijau itu.