Lelaki itu seharusnya membunuh Alodia, bukan rela mati karenanya. Semuanya berawal sederhana: membunuh gadis itu secara langsung atau membiarkan gadis itu membunuh dirinya sendiri.
Lalu dia melihat gurat pedih dalam mata hijau itu.
"gun play turns into pillowtalk. pillowtalk turns into sweet dreams. sweet dreams turns into fucking in the morning"
[coffee-miguel]
this part contains mature content such as: sexuality, strong language .etc(21+)
............
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Alo mengerjap, merasakan gerakan lembut jemari seseorang menyentuh pundak telanjangnya. Diikuti dengan rasa hangat samar sinar matahari, sentuhan itu terasa menenangkan. Membuka matanya perlahan, iris hijaunya bertumbuk dengan iris hijau lain yang memandangnya teduh. Tersenyum tipis, gadis itu menggeliat.
"Sweet dream?"
Alo mengangguk samar. Dia merapatkan tubuh ke Julian, mencari kehangatan. Tubuhnya masih terasa lemas dan lelah. Meski begitu, terbangun dengan Julian memunculkan letupan-letupan kecil di sanubari gadis itu. Membuatnya tersenyum.
Alo merasakan Julian menyusurkan jemarinya menuruni lengan kecil Alo, menyentuh setiap saraf disana dengan lembut. Semakin menyurukkan wajahnya pada dada Julian, Alo menikmati setiap detailnya. Aroma lelaki itu, sengau rendah bangun tidurnya, juga garis-garis tegas tubuh Julian di bawah kulitnya.
"I don't mean to wake you up. I just wanna watch you sleep," Julian bergumam rendah dengan kedua mata tertutup. Jemarinya bergerak naik menyentuh surai-surai lembut Alo yang menggantung bebas perlahan, seolah dia sedang menikmati bagaimana rasa rambut Alo dibawah jemarinya. "I like the smell of your hair like it's the way we feel."
Alo semakin menyurukkan wajahnya dalam-dalam ke dada Julian. Lelaki ini berucap bagai mengigau—begitu rendah dan seolah terucap begitu saja. Wajah Alo menghangat, menahan kedutan untuk tersenyum di ujung bibirnya.
"Kakekmu membayar Michael untuk menggantikan ayahmu dan mengakhiri persidangan. Dia membunuh Jaden lalu menggantikannya dengan Michael Dalton," Kate berucap perlahan. "Itulah kenapa dia membunuh keluargamu. Dia tak ada sangkut pautnya dengan Millar maupun Hunt. Dia bergerak sendiri."
Alo meremas pelan selimut yang membalut tubuhnya ketika kilat ingatan itu kembali melintas di kepalanya. Apa yang dikatakan Kate kemarin benar-benar menghancurkan kepercayaannya.
"Lalu Julian..." Alo melirih.
"Kau akan mengetahuinya sendiri," Kate menepuk pelan pundak Alo. "Setidaknya kakekmu memastikan bahwa kau taakan terbunuh olehnya. Johnathan Maxwell tidak mungkin membeberkan fakta bahwa dia sendiri yang membunuh anaknya dan menggantinya dengan seseorang hanya untuk menjaga citra publik."
"Hei..." suara serak Julian menyapa lembut telinganya. Membuyarkan pemikirannya.
Alo mengusap kasar air matanya begitu sadar. Dia lalu tersentak duduk. "I need to take a bath."
