Part 9-Middle Finger

1.3K 44 27
                                    

"How did we get here? When i used to know you so well."

[decode-paramore ost.twilight]

­­____________________

Sosok itu adalah Julian. Lelaki itu membawa sebuah machine gun yang bisa dipastikan pelurunya baru saja menghunjam lelaki di depan Alo yang sudah bersimbah darah. Lelaki itu mengenakan pakaian serba hitam dengan jaket kulit, celana kargo panjang, dan sepatu kombat. Dengan sigap, Julian berlari ke arah Alo. Dia sedikit menendang mayat lelaki itu yang menghalangi jalan lalu menutup pintu.

"What the hell was that, Julian? Why am I here?" sembur Alo. Gadis itu tak mengalihkan pandangan dari mayat yang tergeletak kaku di atas lantai. Kedua matanya terbelalak kaget.

Julian menyelipkan machine gun itu ke sabuk pinggangnya lalu menawarkan tangan pada Alo. "Pesawat ini akan jatuh kurang dari enam menit."

Kedua mata Alo terbelalak lebar mendengar pernyataan Julian. "Kau bercanda?!"

Julian menarik tangan Alo untuk bangkit. "Kau melihat kemiringan lantai ini?"

Alo memandangi darah lelaki yang baru saja tertembak tadi mengalir perlahan ke kabin. Itu artinya pesawat mulai condong ke bawah. Alo nyaris lupa caranya bernafas sekarang.

Tuhan, lemparkan Alo ke Antartika.

Julian menekan pelan salah satu sisi dinding lalu menarik sebuah gagang. Di baliknya, terdapat beberapa senjata dan persediaan obat-obatan. Julian mengambil flare gun, handgun, pisau, dua buah parasut,dan beberapa kotak amo. Julian menghampiri Alo lalu memberi gadis itu sebuah parasut dan sebuah handgun. "Aku yakin kau tahu bagaimana cara mengenakan kedua benda ini."

Alo memandang Julian dengan raut wajah yang masih kaget. "Maksudmu kita akan-"

"Melompat," sambung Julian setelah dia selesai memakai parasutnya. Dia kemudian memberi Alo satu kotak amo. "Kau bisa memilih: melompat dari pesawat untuk menyelamatkan diri atau berdiam diri di dalam pesawat berharap tuhan menangkap pesawat ini dengan tangannya."

Alo memakai parasutnya dengan tatapan tidak percaya yang dia lemparkan pada Julian. "Terdengar sama-sama seperti bunuh diri di telingaku,"

Julian memencet sebuah tombol di dinding lalu pintu darurat perlahan terbuka. Udara berderu begitu kuat mengisi ruangan itu. "Lompat!"

"Julian aku-"

"Lompat atau kau akan mati, Alo!"

Alo memandangi awan berarak di depan matanya. Dia pernah melakukan skydiving sebelumnya. Tapi sudah jelas dia tidak dipersiapkan untuk keadaan seperti ini secara fisik maupun mental. Gadis itu menempatkan kedua tangannya ke depan dada lalu menarik nafas dalam-dalam ketika dia melompat keluar.

Alo merasa dia akan mendapat serangan jantung di udara ketika dia melihat moncong pesawat itu meledak diikuti Julian yang melompat keluar. Alo menarik parasutnya lalu sedikit bisa bernafas lega ketika dirinya merasa melayang perlahan di udara. Alo melihat Julian mengodenya untuk turun di sebuah tanah berpasir jauh di bawah.

 Alo melihat Julian mengodenya untuk turun di sebuah tanah berpasir jauh di bawah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kills and Kisses (21+)Where stories live. Discover now