Enam Puluh Tiga

Mulai dari awal
                                    

Nara mendongak, matanya kemudian menatap Arka dengan tatapan sendunya. Arka yang melihat itu juga ikut merasakan apa yang Nara rasakan.

Hiks.. Hiks..

Isakan Nara terus terdengar.

Arka semakin mendekat, dengan perlahan dia memelum tubuh mungil Nara.

"Jangan nangis" kata Arka sambil mengelus rambut dan punggung Nara.

"Takut, hiks" gumam Nara sambil memeluk Arka erat.

"Ada gue, jangan takut oke" Arka berusaha meyakinkan Nara.

Nara masih terus menangis dipelukan Arka. Arka sudah meminta Mama Nara untuk memanggilkan dokter, dan sekarang dokter pun datang diikuti kedua orang tua Nara.

Arka menguraikan pelukan mereka, dokter mendekat untuk memeriksa kondisi Nara.

"Jangan, hiks. Pergi  jangan deket-deket. Hiks, pergi!!" tangis Nara semakin menjadi.

Arka yang melihat itu kembali memeluk Nara, dan Nara sedikit tenang saat Arka kembali memeluknya.

Dokter mendekat, kemudian menyuntikkan obat penenang untuk Nara.

Detik berikutnya, Nara tertidur dipelukan Arka akibat dari obat penenang itu.

Arka menidurkan Nara perlahan, lalu menarik selimut hingga setengah tubuh Nara.

"Cepet sembuh, jangan kaya gini. Lo bikin gue khawatir" gumam Arka sambil mengelus rambut Nara yang basah akibat keringatnya.

"Tante, Arka disini ya buat jagain Nara" pinta Arka.

"Iya Ar" jawab Mama Arka.

"Tante sama Om gak papa kalo mau pulang, biar Nara Arka yang jaga" kata Arka lagi.

"Ya sudah tante pulang mau ambil baju ganti buat Nara. Tante titip Nara dulu ya Ar" kata Mama Nara.

"Iya Ar, Om titip Nara. Kita kesini besok pagi" kali ini papa Nara yang berbicara.

"Iya om, tan. Arka bakal jagain Nara" kata Arka.

"Ya udah kita pamit ya" setelah itu. Hanya ada Arka dan Nara diruangan Nara.

Arka duduk disamping brankar Nara, menggenggam tangan kiri Nara yang terbebas dari selang infus. Mengelus nya pelan.

"Bangun ya, jangan buat gue khawatir"

"Gue sayang banget sama lo"

"Gue gak mau kehilangan lo"

Arka menunduk. Ini semua karena dia. Kesalah pahaman dimasa lalu membuat orang-orang yang dia sayang menerima akibatnya.

Tanpa sadar pintu ruangan Nara terbuka. Menampilkan Via, Eza, Gara dan Ronal.

"Jangan sedih dong  nanti Nara tambah sedih liat lo" Gara menepuk pundak Arka membuat Arka mendongak.

"Loh, kalian datang kapan?" tanya Arka.

"Baru aja kok" jawab Eza.

"Reno sama Roni mana?" tanya Arka.

"Mereka diruangan adik lo, ada Reval sama Ersya juga kok disana" jawab Ronal.

"Terus kenapa kalian kesini?" tanya Arka lagi.

"Mereka mah baru dateng jadi ke ruangan Maura dulu. Kalo kita udah, jadi ya kesini" kali ini Via yang menjawab.

"Oh" hanya itu respons Arka.

Eza, Ronal dan Via duduk di sofa sedangkan Gara masih berdiri disamping Arka.

"Masih belum siauman?" tanya Gara.

"Udah tadi, tapi ya gitu nangis terus sambil teriak-teriak. Jadi ya dikasih obat penenang" jawab Arka.

"Dia cuma tenang kalo sama gue, sama orang tua nya aja dia takut" lanjut Arka.

"Lo yang sabar. Nara pasti sembuh" Gara memberi semangat.

"Iya, gimana urusan Ferry udah kelar?" tanya Arka.

"Udah" jawab Gara dan Arka mengangguk.

"Kalian mau nginep apa pulang?" tanya Arka.

"Nginep kayaknya nemenin lo" jawab Gara.

"Thanks" Arka berterima kasih kepada para sahabatnya yang selalu setia ada disampingnya.

"Santai, kaya sama siapa aja" setelah mengatakan itu Gara pergi bergabung bersama Ronal, Eza dan Via yang tengah anteng duduk disofa.

.
.
.
.
TBC

Beberapa part menuju ending euyy
Maaf kalo ada typo

Baca cerita ku yang lain yuk
- The Perfect Couple
- Kenzio

Dijamin seru 😅😀

17 Juni 2020

Rani Shintia

ARKANARA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang