Empat Puluh Lima

27K 1.6K 59
                                    

Jangan Lupa VOTE, KOMEN dan SHARE 😉
.
.
.
💜 HAPPY READING 💜

Siang berganti malam, tugas matahari telah usai dan digantikan dengan bulan yang kini tengah bersinar terang. Dan Arka menepati janjinya kepada sang adik untuk makan malam dirumah. Kini keluarga Arka sudah berkumpul di ruang makan.

Arka baru turun dari lantai atas, dia langsung mengambil posisi duduk disamping Maura. Arka masih tetap diam, malas berbicara mungkin. Tapi jika ada yang mengajak nya berbicara atau bertanya kepadanya, sudah jelas pasti Arka jawab.

Makan malam pun dimulai, selama makan malam hanya ada keheningan tanpa adanya suara yang mereka keluarkan.

Sekitar lima menit, Arka menyudahi makannya. Dia akan pamit untuk pergi ke basecamp dengan niat kembali berkumpul bersama para sahabatnya.

"Arka udah selesai, Arka pamit mau nongkrong" katanya.

"Eh, jangan pergi dulu. Mama mau ngomong" tahan Risha.

"Mau ngomong apa lagi si Ma?" tanya Arka dengan nada lesu nya.

Barangkali mama nya ini mau membahas perjodohan lagi kan? Siapa tahu saja.

"Ini penting, tapi kamu tenang aja ini bukan masalah perjodohan" jawab Risha.

"Arka tunggu di kamar" katanya lalu pergi menuju kamarnya.

Risha, dengan cepat menyudahi makannya. Dia ingin cepat menemui anaknya itu, takut saja nanti Arka kelamaan menunggu dan akhirnya Arka memilih pergi.

"Mama ke kamar abang dulu" katanya kepada Delvin dan Maura.

Delvin dan Maura hanya mengangguk, membiarkan ibu dan anak itu berbicara berdua.

Risha sudah sampai didepan kamar Arka, sebelum masuk dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Takut saja jika dia langsung masuk Arka akan marah, bukan apa-apa tapi setiap orang punya privasi masing-masing bukan?.

"Abang, mama masuk ya?" tanya Risha.

"Masuk aja" sahut Arka dari dalam.

Risha membuka pintu kamar Arka, kemudian dia masuk dan menutup kembali pintunya. Risha berjalan menghampiri Arka yang tengah duduk di balkon sambil bermain ponsel.

Risha pun duduk disamping Arka, "Mama mau ngomong" kata Risha.

"Ngomong aja" suruh Arka tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel yang tengah ia genggam. Tidak sopan memang.

"Lepas dulu ponselnya" pinta Risha, Arka menurut lalu meletakkan ponsel nya diatas meja yang ada d samping nya.

"Mama mau ngomong apa si?" tanya Arka.

"Mama minta maaf bang sama kamu mama egois, mama gak ngertiin perasaan kamu" kata Risha sambil menunduk.

"Mama gak salah" kata Arka.

"Mama salah, mama ibu yang jahat. Harusnya mama ngerti perasaan kamu, Mama bukan ibu yang baik bang" kata Risha yang kini sudah menangis.

"Mama apaan si, mama gak boleh ngomong gitu!" kesal Arka kemudian memeluk Risha.

"Maafin mama ya bang, mama gak akan paksa kamu buat terima perjodohan itu, mama sadar mama salah, mama sadar kalo perasaan gak bisa dipaksain" kata Risha lagi.

"Arka juga minta maaf ma, untuk permintaan mama yang satu itu Arka gak bisa penuhi. Arka gak bisa maksa perasaan Arka ma, kasian Ersya nantinya. Karena sesuatu yang dipaksakan itu gak baik buat kedepannya" bahkan pemikiran Arka lebih tinggi dari Risha.

"Ekhm, pelukannya berdua aja ni?" tanya Delvin yang ntah sejak kapan ada didalam kamar Arka, dan jangan lupakan Maura juga ada disampingnya.

"Gatau ni, gak asik ya Pa" kata Maura diangguki Delvin.

"Eh sini-sini" ajak Risha.

Mereka berempat pun berpelukan.

Indah bukan jika dalam suatu keluarga tidak ada masalah, tidak ada kecanggungan dan lain sebagainya.

"Oh iya Ma, Arka mau minta izin" kata Arka yang kini telah melepaskan pelukan nya.

"Izin apa?" tanya Risha.

"Arka bakal pindah sekolah" jawab Arka.

"Kemana?" tanya Risha.

"Inggris" jawab Arka.

"Jauh banget abang, kamu ngapain disana?" tanya Risha tak percaya.

"Ya sekolah la ma, sekalian nanti Arka langsung nerusin kuliah disana" jawab Arka.

"Kalo itu mau kamu, mama setuju asal itu buat kebaikan" jawab Risha.

"Tapi aku gak setuju" kata Maura.

"Gak ada yang minta pendapat kamu dek" ledek Arka.

"Ih abang, aku gak mau ya abang pergi jauh-jauh" kata Maura sambil cemberut.

"Jangan gitu dek, abang kan disana bukan mau main. Tapi mau sekolah" kata Delvin.

"Tapi pa sekolah sama universitas disini banyak, kenapa mesti ke Inggris" keluh Maura.

"Karena abang mau lah" sahut Arka.

"Papa tolong urus surat pindahnya ya" pinta Arka.

"Iya nanti papa urus" jawab Delvin.

"Abang berangkat kesana kapan?" tanya Maura.

"Nanti lah mungkin seminggu sebelum tahun ajaran baru" jawab Arka.

"Sebentar lagi dong" kata Maura.

"Lama kok tenang aja" kata Arka.

"Ikut abang boleh ngga Ma, Pa?" tanya Maura.

"Kamu ini ya, kan tadi papa udah bilang. Abang disana mau sekolah bukan mau liburan" kata Risha.

"Tenang aja dek, kalo kamu rindu kamu langsung kesana aja" kata Delvin.

"Nanti Papa sama Mama temenin ya?" tanya Maura.

"Iya" jawab Delvin dan Risha.

Maura kembali memeluk Arka, diikuti oleh Delvin dan Risha.

Indahnya kebersamaan. Dan kini masalah antara Risha dan Arka sudah selesai. Tidak ada lagi perselisihan dan perdebatan. Keluarga mereka akan kembali aman, tentram dan damai. Iya semoga saja.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TAMAT

15 Mei 2020
Revisi : 6 Juni 2020

Rani Shintia

ARKANARA (Selesai)Where stories live. Discover now