Special Chapter: Christmas

39.2K 2.3K 118
                                    

SPECIAL CHAPTER: CHRISTMAS

"Aki-nii! Aki-nii! Ini mau dipasang dimana?" tanya Yuuto sambil lari di tempat dan menggenggam hiasan pohon natal dengan kedua tangan kecilnya.

"Hmm... Menurut Yuuto lebih bagus dipasang dimana?" Aki balik bertanya. Yuuto menghentikan kakinya dan menatap pohon natal yang super besar itu. "Diatas! Di dekat bintang!" seru Yuuto seraya menunjuk kearah pohon natal. "Baiklah, kita pasang di atas sana ya" ujar Aki lali mengulurkan tangan untuk meminta hiasan orang salju untuk pohon natal. "Nii, Yuuto mau pasang ini sendiri, boleh?" tanya Yuuto dengan wajah memelas. "Yosh, kau pasang ini sendiri yah" ujar Aki lalu mengangkat Yuuto dan membiarkan tangan kecilnya menggantungkan hiasan pohon natal itu. "Sudah!" seru Yuuto. Aki lalu menurunkan kembali tubuh kecil itu hingga Yuuto berpijak di lantai.

"Nii! Bagus tidak?" tanya Yuuto. Aki menggangguk, "Bagus sekali" komentar Aki. "Niichan, ayo pasang yang lain!" seru Yuuto dengan bersemangat.

***

Di lain sisi Reo sedang sibuk dengan Ryou dan Arata. Mereka sedang menghias dinding-dinding rumah dengan rumbai-rumbai warna-warni untuk natal. "Reo-nii, geser ke sebelah kiri" ujar Ryou, "Ryou-nii, bukan di sebelah kiri, tapi sebelah kanan" Arata membantah, "Kau salah, itu lebih ke sebelah kiri" balas Ryou. Mendengar kedua bocah itu bertengkar Reopun menjadi kesal. "Jadi yang sebelah mana?!" serunya. Mereka berdua terdiam setelah mendengar Reo. "Di tengah-tengah" jawab mereka serempak. "Hei! Untuk apa ribut kalau yang pas ditengah-tengah!" seru Reo semakin kesal. "Grrr! Anak-anak ini berani mempermainkan ku!" ujarnya dalam hati.

"Reo, kami sudah selesai menghias pohon natalnya" ujar Aki yang tiba-tiba masuk ke ruang keluarga dimana Reo, Ryou dan Arata sedang menghias dinding.

"Oh, baguslah. Aku juga hampir selesai" ujar Reo. "Ryou, ambilkan lagi kertasnya" pinta Reo yang berdiri di tangga ukuran sedang yang membantunya menjangkau ujung dinding. "Biar Niichan saja. Kalian bis minum jus dan makan kue kering yang ada di dapur" ujar Aki memotong adik-adiknya. "Yaay!" Yuuto berseru lalu berlari lebih dulu.

Aki mengambil kertas warna-warni lainnya lalu memberikan kertas itu pada Reo. "Ini" ujarnya seraya mengulurkan tangan.

"Terimakasih" balas Reo lalu dengan cepat memasang kertas warna-warni itu. Setelah beberapa kertas tertempel dan seluruh rumbai terpasang dengan indah, Reo turun dari tangga itu lalu menghampiri Aki yang tengah membereskan sisa kertas.

"Tidak ku sangka cukup melelahkan" ujar Reo seraya menyeka keningnya. "Hehe..tapi menyenangkan, bukan?" balas Aki. "Ah, tentu saja. Sudah lama sekali aku tidak merayakan natal" ujar Reo. Aki mentap Reo lalu tersenyum, "Mulai dari sekarang kita rayakan natal bersama-sama ya" ujar Aki. Reo menatap kekasih yang tersenyum begitu manis, ia memeluk Aki erat dan mengecup leher Aki.

"Terimakasih... Aki" ujar Reo. Aki menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

                Pohon natal, dinding rumah, dan perabot lainnya sudah dihias dengan begitu apik. Sekarang keluarga kecil Reo mulai sibuk menyiapkan hidangan untuk malam natal. Arata dan Ryou membantu Aki menata perkakas makan mereka. Yuuto dan si kembar asyik bermain bersama Reo.

"Ayo coba tebak, dimana permen coklatnya bersembunyi??" tnya Reo. Yuuto mengerutkan keningnya, mencoba berpikir dan menbeka dengan benar. Si kembar begitu bersemangat menunjuk tangan kiri Reo yang dikepal erat. "Ayo disebelah mana?" tanya Reo lagi. "Itu! situ!" ujar si kembar. Yuuto segera menunjuk kearah lain, :yang inI! Di sini!" ujarnya. Reo perlahan membuka tangan yang ditunjuk si kembar lebih dahulu. "Wah! Tidak ada!" seru Yuuto. Kemudian Reo bergantian membuka tangan yang satunya. Tapi di tangan yang ini, permen coklatnya juga tidak ada. "Hei! Permen coklatnya kemana?" tanya Reo. "Tidak tahu! Nii! Re-nii tidak tahu!" ujar Rina, Runa berceloteh mengikuti saudari perempuannya. "Reo-nii, permennya mana?!" seru Yuuto. Reo kemudian dengan cepat meraihkan tangannya ke belakang leher Yuuto dan menarik lagi tangannya. Kemudian perlahan ia membuka kepalan tangannya itu.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now