The Love that Cannot Talk -16-

52.5K 3K 202
                                    

{REO's POV}

"Darimana saja kau?" tegur seseorang dengan suara khas yang berat miliknya. Aku membalikkan badan dan menatap ayah yang berdiri tepat di belakang ku. Sejak kapan ia ada di belakang ku?!

Aku tidak menjawab pertanyaan ayah, "Meninggalkan semua pekerjaan mu begitu saja. Membatalkan meeting dan dengan tidak sopan kau meninggalkan ku saat aku berusaha untuk mengenalkan mu dengan salah seorang rekan kerja ku" ujar Ayah dan melangkah ke depan, menghampiri ku yang masih berdiri diam menatapnya.

"Urusan penting apa yang membuat mu meninggalkan kewajiban mu?" tanyanya lagi. Kini ia berdiri tepat beberapa senti di depan ku. Badannya yang gagah berdiri dengan tegap di depan ku, membuat ku tak sanggup menatapnya secara langsung. "Urusan pribadi ku" jawab ku tanpa memandang ayah. Dengan tiba-tiba ayah menampar pipi ku dengan cukup keras, membuat ku terhuyung ke belakang sambil memegangi pipi ku yang terasa perih seketika itu juga.

"Urusan pribadi macam apa? Sudah berapa kali aku memberi tahu mu. Kau boleh bersenang-senang tapi kau tidak boleh melupakan tanggungjawab mu" ujarnya lagi. Nada suaranya tidak meninggi sama sekali. Ia benar-benar seorang yang tenang dan tidak terduga. Meski amarahnya tersulut tapi dari raut wajah dan suaranya ia terdengar begitu tenang.

"Maafkan aku" ujar ku sambil menatapnya secara langsung, salah satu tangan ku masih memegangi pipi ku yang berdenyut-denyut nyeri. "Melihat kau merobohkan kepercayaan yang aku bangun untuk mu, tidak akan membiarkan ku bangga dan tenang. Kau tidak boleh seenaknya. Urusan pribadi macam apa yang menyebabkan mu meninggalkan tanggungjawab mu?" tanya ayah sekali lagi. "Tidak begitu penting... Aku minta maaf" jawab ku.

"Luca akan ku kirim ke Jepang untuk mengawasi mu. Bagaimanapun juga aku butuh waktu untuk memercayakan perusahaan ini ditangan mu" ujar Ayah lalu berbalik, membiarkan ku terbelalak kaget mendengar apa yang baru saja ia ucapkan.

"Big brother?!" seru ku tak percaya.

"Ah. Kebetulan ia dan suaminya akan kembali ke Jepang akhir pekan ini. Meskipun Luca mempermalukan nama keluarga kita, tapi ia seorang pemimpin yang hebat. Kau harus bisa belajar banyak darinya. Melampaui Luca dan membangun kembali kepercayaan ku terhadap mu, Reo. Aku berharap banyak dari mu" ujar ayah lalu berjalan keluar ruang ku. Meninggalkan ku tanpa kata-kata dan membuat ku hilang dalam kebingungan.

            Aku menyandarkan kepala ku ke belakang bahu kursi ku dan menarik napas panjang, menghembuskannya keluar. Memejamkan mata ku mencoba untuk menenangkan diri. Sial... kenapa juga aku harus mendapati diri ku di situasi yang begini rumit... Kenapa juga ayah meminta Luca untuk mengawasi ku. Bukankah ia tahu bahwa aku tidak akrab dengan anak kandungnya itu. Bukankah dia tahu bahwa anak kandungnya itu begitu menyebalkan... Dia satu-satunya orang yang ingin ku masukkan ke daftar orang yang lebih baik di musnahkan.

"Reo-sama" Miyuki memanggil ku, membuat ku mengangkat kepala ku dan menatapnya. "Ada apa?" tanya ku. "Tuan Christoper menunggu anda di ruang rapat" ujar Miyuki. Christoper? Aku mengrenyitkan alis ku ketika mendengar nama yang tidak begitu asing bagi ku. "Ada perlu apa?" tanya ku lagi. Tidak dengan mudahnya aku setuju untuk menemui pria itu. "Beliau ingin membicarakan tentang sebuah proyek dengan anda" ujar Miyuki. Ia nampak ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan ku. "Aku akan menemuinya beberapa menit lagi. Buatkan dia minum saja dulu" perintah ku dan Miyuki pun menutup kembali pintu ruangan ku. Apa lagi yang ia pikirkan?

Setelah beberapa menit berlalu, dengan langkah yang begitu berat dan rasa muak membayangkan diri ku menemui pria menyebalkan itu membuat ku ingin berbalik dan lari kembali ke ruangan ku.

"Tuan Fearbright!" seru Chris seraya bangkit dari kursinya dan mengulurkan tangannya lalu menjabat tangan ku. Basa-basi yang menarik, pikir ku. "Ada perlu apa dengan ku?" tanya ku seraya menarik salah satu kursi kosong di sampingnya. "Anda sudah dengar bahwa salah satu inovasi yang dikembangkan di perusahaan anda meraih sebuah angka pasar yang begitu tinggi?" tanya Chris. Aku mengangguk, "lalu?" "Saya ingin bekerja sama dengan anda untuk mengembangkan proyek itu lebih baik lagi!" jawabnya dengan begitu antusias.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now