The Love that Cannot Talk -13-

43.4K 3.4K 171
                                    

{REO's POV}


Setelah pulang dari kencan bersama dengan Aki dan adik-adiknya di hari sabtu, hari minggu nya aku kembali bekerja seperti biasa. Meski hari libur tapi masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Rasa nya minggu ini akan jadi minggu yang menyenangkan. Mood ku jadi membaik dan lebih produktif bekerja.

Beberapa kali aku menatap ke ponsel ku. Sekarang sebuah gantungan kecil Casshire Cat Alice menggantung lucu di ponsel ku. Sebenarnya waktu ini aku beli 2 pasang. Yang satu ku berikan ke Aki. Harapan ku, dia akan menggantungkan gantungan itu di ponselnya. Jadi mungkin akan terlihat manis kalau kebetulan kita sama-sama mengeluarkan ponsel lalu akan terjadi perbincangan seperti ini—

"Ternyata kau juga menggantungkan gantungan itu ya" kata ku ketika melihat Aki mengeluarkan ponselnya untuk mengetikkan sesuatu. Lalu dengan wajah yang tersipu malu dia membalas, "Saya suka sekali hadiah dari Reo-sama. Terima kasih banyak Reo-sama" ketiknya sambil tersenyum. Lalu aku akan menjawab, "Sungguh? Kalau begitu aku juga turut senang. Tidak sia-sia aku meberikan mu sesuatu" kata ku sambil membalas dengan senyuman.

"Hehe... Dia pasti akan terlihat manis sekali" kata ku dalam hati lalu bersandar ke punggung kursi kerja ku. "Kemarin rasanya benar-benar menyenangkan. Sudah lama sekali aku tidak merasa sesenang ini. Padahal kalau dipikir-pikir hanya sederhana, pergi ke taman hiburan. Tapi rasanya seperti pasangan yang sudah lama menikah lalu mengajak anak-anak mereka berlibur" kata ku dalam hati lagi. Aku bangkit dan kursi dan berjalan menuju sofa di depan lemari-lemari dan rak buku-buku milik ku di ruang kerja. Aku melemparkan tubuh ku dengan bebas ke sofa dan membenamkan wajah ku di bantal sofa.

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengan nya lagi besok di kantor..." aku tersenyum lemah dan perlahan memejamkan mata ku lalu tertidur. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela ruang kerja ku yang terbuka. Korden jendela menari-menari dihempaskan angin, lalu dengan perasaan yang nyaman aku melewatkan akhir pekan ku dengan tenang.

«*«*«*«*«*«*«*«*«*«*«*«*«

Keesokan harinya—

"Selamat pagi Reo-sama" sapa beberapa karyawan perusahan ku ketika mereka berpapasan dengan ku di lobi perusahaan. "Selamat pagi" balas ku dengan senyum. Mungkin melihat ku menyapa balik mereka seperti itu membuat mereka syok dan menatap ke Tsukishima yang berjalan di belakang ku. Karyawati di kantor tersenyum dan mulai menggosipkan sesuatu. Ada yang bilang hari ini aku terlihat berbeda, yang lain bilang aku sedang dalam masa keberuntungan. Semuanya membuat ku tertawa geli.

"Selamat pagi ayah" sapa ku ketika memasuki ruang rapat. Ayah sudah duduk dengan rapi di kursi nya, lalu asisten pribadi nya sudah siap dengan dokumen-dokumen. "Oh, kau sudah datang rupanya. Bagaimana dengan proyek yang mau kau usulkan? Sudah siap semuanya?" tanya ayah. Aku mengangguk, "Tidak perlu khawatir. Kali ini sudah ku persiapkan semuanya. Pasti akan berjalan dengan lancar. Hanya saja aku harap perusahaan yang akan menjadi supplier kita tidak terlalu kolot. Karena proyek kali ini tidak akan langsung meraup keuntungan. Kecuali mereka mau melakukan publikasi dan promosi besar-besaran. Orang Jepang sendiri perhitungan, aku takut kalau mereka terlalu kolot hingga susah dibujuk untuk mengikuti rencana kita" kata ku seraya menarik beberapa dokumen dan menyerahkannya kepada ayah.

"Hmmph... kalau kau memberikan sesuatu yang cukup bisa membuat mereka berpikir secara dinamis, maka semuanya akan berjalan lancar. Aku berharap bukan para pimpinan Jepang yang akan menyetir alur proyek mu. Tapi kau yang harus menangani semua ini" balas ayah. Aku mengangguk paham.

"Reo, kau mungkin masih berpikir untuk membalas apa yang sudah ku berikan pada mu, bukan?" tanya nya. Tangan ku berhenti dari kegiatannya dan memandang ke ayah. "Tentu saja. Mana mungkin bisa aku melupakan semua nya" balas ku. "Tidak perlu terlalu keras pada diri mu sendiri. Kau sudah ku anggap sebagai putra ku sendiri. Jadi apapun yang kau lakukan, mulailah melakukan itu untuk diri mu sendiri. Hanya saja, jangan melupakan tanggungjawab mu"

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Där berättelser lever. Upptäck nu