The Love That Cannot Talk [ 1 ]

The Love that Cannot Talk -21-

{Reo's POV}

Aku menendang kaki meja kerja ku keras-keras, lalu dengan sebal menepis tumpukan dokumen ku yang ada diatas meja.

Jadi selama ini dia hanya main-main?! Selama ini aku pikir kita punya mutual love satu sama lain?! Aku pikir dia bisa menerima ku?! Kenapa saat aku menciumnya dia tidak menolak?! Kenapa saat aku mengajaknya keluar dia tidak lari atau menghindar?! Kenapa dia malah membenci ku dan bahkan dia menolak ku?! Selama ini belum ada wanita yang menolak ku! Tapi ia orang yang cacat, lambat, bodoh dan menyebalkan itu malah menolak ku!! Dia pikir dia itu siapa?! Berani-berani nya dia bermain-main dengan perasaan ku!!!

Aku tidak dapat membendung emosi ku lagi. Jadi beberapa kali aku menendang, mendobrak dan memukul meja kerja  ku.

"Reo-sama"

Aku berbalik kearah sumber suara, mendapati Miyuki berdiri diambang pintu ruangan ku. "Ada apa?"  tanya ku. Luca-sama akan tiba di kantor 5 menit lagi. Beliau akan langsung  menuju ke ruang rapat. Saya ingin mengingat anda saja" ujar Miyuki. Aku mendecak kesal sambil bangkit berdiri dari kursi ku. "Miyuki" panggil ku. Miyuki berpaling kearah ku, "Ya, Reo-sama?" jawabnya. "Beritahu Ayumi supaya mengganti petugas OB ruangan ku dengan OB lainnya" ujar ku seraya membetulkan jas. "Eh? Bukannya Aki-kun yang harusnya membersihkan ruangan Reo-sama? Kenapa minta ditukar dengan orang lain?" tanya Miyuki. Aku menatap Miyuki dengan tajam, "Kalau kau masih sayang karir mu lebih baik kau diam dan kerjakan perintah ku. TANPA PERTANYAAN" ujar ku dengan tegas. Miyuki membungkuk dalam-dalam dan bergegas menuju ke mejanya.

"Lihat saja... Aku akan membalas permainan mu" gumam ku pelan dan berjalan menuju ruang rapat.

            "Selamat pagi, Luca-sama" sapa Tsukishima ketika Luca masuk ke ruang rapat. "Ah, pagi" balasnya. Ia menarik kursi kebelakang dan duduk dengan santai disalah satu kursi yang ada.

"Permisi, saya bawakan dokumen hari ini" ujar Tsukishima seraya meletakkan beberapa map dokumen diatas meja. "Tsukishima, tolong berikan sample penjual saham 5 bulan yang lalu" ujar Luca. Tangan dan matanya terus bergerak secara cepat ketika memeriksa dokumen.

"Reo-sama, ini laporan bulan lalu" ujar Tsukishima sambil menyodorkan map dokumen laporan bulan lalu. Lalu ia berjalan ke kursi Luca dan memberikan apa yang diperlukan Luca. Kemudian selang beberapa menit, kursi ruang rapat mulai penuh. Direktur perusahaan lain, manajer atau wakil direktur mulai sibuk dengan dokumen mereka masing-masing. Beberapa manajer muda mulai mendekati Luca. Satu hal yang perlu diketahui, ketika bekerja, Luca bukanlah orang yang bisa diajak basa-basi. Dia lebih serius dibandingkan siapapun di keluarga Fearbright.

"Mari kita mulai rapatnya" ujar Tsukishima meminta perhatian dari yang lain.

Aku menopangkan kepala ku ditangan yang di topang meja rapat itu. Harus ku akui bahwa pikiran ku benar-benar kacau. Aku tidak percaya betapa sialnya diri ku! Kemarin berkelahi dengan Luca, pagi ini ditolak Aki, lalu sekarang aku harus menghadiri rapat seperti ini, Aku ingin pulang dan tidur beberapa minggu saja!

"Jadi menurut data yang ada pada tahun 2013, tepatnya tahun lalu. Bisa disimpulkan bahwa kemajuan saham tidaklah begitu memuaskan—" ujar Luca sambil berdiri dengan memegang dokumennya. "Maafkan saya jika saya menyela anda—" belum sempat pria berjas abu-abu itu mengutarakan opininya, Luca sudah memotongnya lagi, "Saya tidak suka disela ketika saya belum selesai berbicara" ujarnya tegas. Beberapa orang mengamatinya dengan ngeri sedang yang lainnya hanya diam.

"Harus saya akui bahwa prospek yang ditanamkan di Jepang tidak cukup memuaskan, tidak memenuhi target bahkan bisa dibilang mengalami kerugian. Sampai saat ini Genesis masih aktif disegala bidang pendanaan dan pembiayaan, baik investasi saham maupun donasi dana, pembiayaan penelitian dan sebagainya. Tapi di Jepang, semua  prosentasi saham menurun, bulan demi bulan. Saya sudah memeriksa profit perusahaan beberapa bulan lalu dan terkejut melihat cukup banyak minus dalam profit margin perusahaan" Dan Luca terus melanjutkan  komplainnya terhadap perusahaan lain.