The Love that Cannot Talk -33-

37.2K 2.5K 364
                                    

{LUCA's POV}

"Aki-chan!!" seru Nagisa lalu ia mengambil ponsel ku dan berkata, "Re-chan! Aku benar-benar kecewa pada mu!" serunya sambil mengembalikan ponsel ku, mengajak adik-adik Aki untuk meninggalkan dapur lalu Nagisa berjalan keluar bersama mereka.

"Oi, oi, oi!!!! Kau bercanda kan?! Barusan? Barusan ada Aki?!?!" seru Reo dengan frustasi di telepon. "Ah, yah. Ada Aki" balas ku. "Kenapa di loud speaker?! Dan Kenapa kau memaksa ku untuk—"

"Dengar, aku tidak mau lagi yang harus mengatakan berita pahit tentang mu. Kau secara gentle harus mengatakannya, langsung dari mulut mu" balas ku memotong perkataan Reo. "Ya Tuhan... Aki pasti salah paham! Lagipula aku belum selesai bicara!!"

"Lu!! Lu!! Luca!!" teriak Nagisa memanggil nama ku.

"Lebih baik kau telpon lagi nanti" ujar ku

"Tunggu!! Aku harus—"

Aku menekan tombol end call dan memasukkan ponsel ku ke dalam saku. Bangkit berdiri dan berjalan menemui Nagisa. Dari suaranya dia sedang berada di dalam kamar Aki.

"Ada apa, Nagi? Kau baik-baik saja?" tanya ku seraya membuka pintu kamar Aki. Aki sedang menangis tersedu-sedu, mencengkram kemeja Nagisa. Rambut poninya menetupi matanya, hanya linangan air mata yang terlihat jelas.

"Lu!!"

"Ada apa?"

Aku menghampiri mereka, "Aki-chan! Aki-chan, katakan sesuatu!" pinta Nagisa. Aki mendongak dengan mata merah yang masih berlinangan air mata. "Luca-sama... Reo...Aku...Aku tidak bisa bersama dengan Reo lagi?" tanya Aki. Mata ku terbelalak kaget ketika mendengar suara lembut yang keluar dari mulut Aki di sela-sela isakannya.

"Aki, kau bisa bicara!" seru ku, berlutut dan menatap Aki dengan senyuman lebar.

"E...h?" Aki menatap ku bingung, seolah-olah ia masih belum menyadari apa yang terjadi saat ini, padahal bisa dikatakan ini adalah momen yang paling berharga untuknya.

"Aki-chan! Suara mu! Kami bisa mendengar suara mu!" seru Nagisa lalu memeluk Aki erat-erat. Aki masih terlihat bingung, ia termenung dan menatap Nagisa dengan heran. Lalu ketika Nagisa melepaskan pelukkannya, Aki menuliskan sesuatu di telapak tangannya.

"Aki, hentikan" ujar ku sambil memegangi pergelangan tangan Aki, mencegahnya dari menulis sesuatu di tangan Nagisa. "Bicaralah, gerakkan mulut mu" pinta ku. Aki menatap ku lalu memandang Nagisa yang mengangguk.

"A...Aku...suara ku..."

"Aki-chan!"

"Nagi...sa...Luca-...sama" panggil Aki, seperti seorang anak kecil yang belajar bicara, dengan hati-hati ia membuka mulutnya.

"Syukurlah! Aki-chan! Syukurlah!" seru Nagisa yang sekali lagi memeluk Aki.

"Aku bisa bicara? Ini bukan suara dalam hati ku?" tanya Aki, aku tersenyum geli mendengar pertanyaannya. "Tentu saja bukan. Kami bukan orang ilmu kebatinan. jadi suara hati mu tidak akan terdengar keluar" balas ku.

Setelah memastikan kebenarannya Aki memeluk Nagisa erat dan menangis. Suara tangisannya terdengar memilukan tapi dilain sisi suaranya begitu lembut.

"Aku ingin sekali memperdengarkan Reo suara ini... Aku ingin sekali bisa berbicara bersama Reo tanpa membuatnya menunggu ku..." ujar Aki sambil terisak dipelukan Nagisa. Nagisa membelai lembut punggung Aki terus menerus untuk menenangkan dirinya.

            Beberapa jam kemudian Nagisa kembali ke dapur dan duduk di lantai tatami sambil meletakkan kepalanya di meja makan. Ia menghela napas panjang beberapa kali.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now