Epilog

41.1K 2.3K 72
                                    

—EPILOGUE—

Beberapa minggu setelah pernikahan yang gagal, Reo dan Aki sudah kembali dari Inggris ke Jepang.

{Aki's POV}

Aku membereskan futon ku, melipatnya menjadi dua dan memasukkan futon kembali ke dalam lemari penyimpanan. Aku berbalik dan melihat adik perempuan ku yang kembar, masih tertidur pulas. Sebelum mereka bangun, aku memutuskan untuk membuat sarapan dan bekal mereka. Bagaimanapun juga mereka harus pergi ke sekolah meskipun salju mulai turun dan membuat suhu di luar menurun cukup tajam.

Ryou, Arata dan Yuuto pun nampaknya masih tertidur pulas. Lalu tanpa membuang-buang waktu, aku segera mempersiapkan bahan untuk dimasak. Akhir-akhir ini aku sedikit bingung harus membuat menu apa. Lagipula dengan sedikitnya bahan makanan juga mempersulit ku membuat atau bereksperimen dengan masakan yang sudah ada.

Setelah selesai  membuat sarapan dan mengatur piring dan mangkuk di meja makan, Aku bersiap-siap membangunkan Ryou dan yang lainnya. Pertama-tama, Ryou yang dibangunkan. Belum sempat membangunkan Ryou, ternyata ia sudah bangun dan sedang merapihkan futonnya.

"Pagi, Aki-nii" sapanya.

"Pagi, Ryou. Aku kira kau masih belum bangun" balas ku sambil tersenyum lalu menghampirinya. "Aki-nii, bulan depan akan ada pesta kelulusan. Apa Aki-nii akan datang?" tanya Ryou.

"Tentu! Aku pasti akan datang!" balas ku. Siapa yang tidak akan begitu bersemangat dan bahagia ketika mendengar pesta kelulusan. Artinya Ryou bertambah dewasa sedikit demi sedikit.

"Terimakasih, Aki-nii!"  balas Ryou.

Aku mengangguk dan meminta Ryou membangunkan Arata dan Yuuto.

***

"Aki-nii! Minta lagi! Nasi! Na-si!" ujar Yuuto sambil menyodorkan mangkuknya yang sudah kosong kepada ku.

"Haha, Hari ini banyak sekali makan mu" ujar ku dengan senang hati menambahkan nasi di mangkuk kecil Yuuto. "Un! Kata Reo-nii makan yang banyak supaya lekas besar!" balas Yuuto.

Ryou dan Arata hanya menahan tawa sementara adik kecil mereka benar-benar serius dengan apa yang dikatakan Reo pada mereka.

Tentu saja setelah pernikahan yang gagal itu, menginap di hotel satu malam dan langsung pulang ke Jepang. Sampai di bandara Narita, Luca, Nagisa, Ryou dan yang lainnya sudah menunggu. Begitu melihat Reo dan aku keluar menghampiri mereka, mereka langsung menyerbu ku dan memberikan pelukan hangat.

"Aki-chaaan!! Selamat datang kembali!" ujar Nagisa, matanya sempat berkaca-kaca ketika melihat ku. Ryou dan yang lainnyapun begitu gembira melihat Reo kembali bersama ku.

"Reo-nii! Reo-nii!" panggil Yuuto

"Hm?" Reo berjongkok di depan Yuuto.

"Kakek penyihir jahatnya sudah kalah?? Reo-nii bisa pulang ke rumah?? Nanti boleh main ke rumah Yuuto lagi??" tanya Yuuto.

Reo menatap ku dengan heran, lalu menatap Nagisa yang hanya terkekeh geli.

"Ah, Aku sudah mengalahkan penyihir jahatnya" balas Reo. Mendengar jawab Reo Yuuto tersenyum lebar. "Yaaa—aay!! Menang! Menang!' Yuuto berseru sambil melompat-lompat kecil.

Disaat yang sama Luca dengan sebal dan dengan sengaja meletakan tas ransel milik ku yang berada di atas kereta dorong ke atas kepala Reo.

"Hei!! Apa yang kau lakukan?!" Reo dengan sebal mengambil tas ransel yang membebani kepalanya itu.

"Apanya yang 'Aku sudah mengalahkan penyihir jahatnya' Pembohong besar. Yang ada, Kakak mu yang brilian ini yang mengalahkan penyihir jahat. Kau hanya diam, bengong dan kabur" balas Luca. Mendengar Luca wajah Reo menjadi merah. Mau bagaimana lagi, memang benar kalau Luca yang menyelesaikan semuanya.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Kde žijí příběhy. Začni objevovat