46- He Went

66 9 0
                                    

Pergi bukan untuk lari. Hanya sejenak menepi mengistirahatkan hati.
-Nadife-

~•BS•~

Nadife menatap album foto berwarna hitam yang sudah berdebu.

Itu bukan album foto biasa. Album foto itu mempunyai banyak kenangan indah yang akan dia kenang selamanya.

Tidak! Itu bukan album foto yang berisi kenangan manis bersama Adhara.

Album foto itu berisi kenangan Nadife dan keempat sahabatnya. Awal mula mereka foto bersama sangat canggung terlihat jelas di wajah mereka. Foto itu diambil sekitar 12 tahun lalu. Ya, saat itu mereka masih usia 6 tahun. Dan terakhir saat mereka naik kelas 12, diambil di lapangan sekolah.

Nadife membersihkan debu itu. Lalu membuka album foto itu dan melihat foto-foto kenangan manis dan konyol bersama keempat sahabatnya.

Sebelum ia benar-benar pergi, flashback sedikit tidak apa bukan?

Matanya berkaca-berkaca melihat foto yang tertempel di album foto. Walaupun foto itu menampilkan gaya cool mereka dan ada yang menampilkan foto kekonyolan mereka. Tapi tetap saja peristiwa sebelum dan sesudah foto itu diambil teringat jelas di dalam ingatannya.

Tidak mau lama-lama flashback ia menutup album foto itu dan memasukkannya kedalam ransel.

Nadife keluar kamar dengan menyampirkan ranselnya dan mendorong dua koper besar yang akan ia bawa ke Prancis.

Di ruang keluarga, Papa dan Mamanya sudah menunggunya. Nadife tidak mempunyai kakak dan adik, karena ia anak semata wayang.
Sama seperti Naden.

Nadife turun dan langsung bersalaman kepada kedua orangtuanya. Mamanya memeluknya sangat erat dan menangis. Seperti tidak merelakan kepergian putranya.

"Mama jangan Nangis. Kalo liburan, Nadife janji bakal pulang." Nadife melepaskan pelukan mereka dan menghapus air mata mamanya.

Mama Nadife mencium jidat dan kedua pipi anaknya. "Kamu jaga diri disana ya," ucapnya sambil mengusap surai putranya.

Nadife mengangguk dan mencium pipi Mamanya.

Nadife menoleh kearah papanya dan menyalaminya sambil membungkuk.

Papanya mengusap punggung Nadife. "Papa kuliahin kamu disana mahal. Kamu kuliah yang benar jangan main-main."

Nadife mengangguk mengerti.

"Nadife pergi dulu Ma, Pa." Nadife memeluk kedua orangtuanya dan mencium pipi Papa dan Mamanya.

Sebelum ia benar-benar pergi, Nadife melihat setiap inci rumahnya. Rumah ini akan ia rindukan saat rasa ingin pulang datang.

~•BS•~

Jadwal penerbangan sekitar setengah jam lagi. Tetapi keempat sahabatnya belum juga datang.

Kemarin malam, di grup chat. Mereka bilang akan datang ke bandara.

Tapi lihat? Sampai jam segini saja mereka belum juga datang.

"Nadife!" panggil Gani keras, membuat sebagain orang menatap kearah Gani.

Gani berlari menuju Nadife berada diikuti Lanova.

Sedangkan Naden, Nadeline, Arnold dan Azzura berjalan santai dibelakang.

"Lo bikin gue malu aja, anjir!" ucap Nadife setelah Gani sampai di hadapannya.

Beloved SunshineWhere stories live. Discover now