45- So Sorry

69 11 1
                                    

Untuk pertama kalinya gue mulai merasakan penyesalan.
Perasaan di mana gue berada di antara kasihan pada diri sendiri dan membenci diri gue sendiri, tentang seluruh hidup gue.
-Kenan-

~•BS•~

Kelima cowok yang memakai seragam putih abu-abu tersenyum semringah, karena kelimanya lulus dengan nilai terbaik dan juga lulus di universitas impian mereka.

"Akhirnya gue lulus juga," sorak Lanova sambil menunjukkan ijazah nya.

"Gue juga!" Gani juga ikut bersorak senang.

Naden hanya tersenyum mendengarnya.

Nadife sedang melihat nilai-nilainya di ijazah tersenyum lebar melihat nilai yang ia dapatkan. "Walaupun otak gue gak secerdas Naden, tapi gue bahagia sama hasil nilai yang gue dapatin."

Naden merangkul pundak Nadife. "Semua orang cerdas dibidang masing-masing. Buktinya, diantara kita berlima, cuma lo yang lulus di kampus luar negeri."

Arnold, Lanova, dan Gani juga ikut merangkul pundak sahabat-sahabatnya.

Mereka berlima berdiri sambil merangkul pundak satu sama lain. Dan jangan lupakan senyum semringah mereka yang sejak tadi tidak pudar dari bibir mereka.

"Karna kita udah lulus, gimana kalo kita buat pesta kecil-kecilan? Setuju gak?" Arnold yang berdiri di tengah saling menatap keempat sahabatnya yang ia rangkul di sebelah kanan dan kirinya.

Lanova yang berdiri di ujung kiri, mengangkat tangan. "Setuju banget!"

"Tunggu apalagi?" ucap Gani.

"C'mon" ucap Naden sambil mengedikkan dagunya.

*BS*

Mereka berlima memutuskan untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah Nadife.

Awalnya mereka berlima memutuskan untuk di rumah Naden, karena halaman belakang rumah Naden sangat luas.

Setelah banyak pertimbangan, mereka berlima memutuskan di rumah Nadife, sekalian mereka terakhir kalinya bisa bermain di rumah Nadife.

"Bokap nyokap lo kemana?" tanya Gani sambil langkah kakinya memasuki rumah Nadife.

"Ke luar kota, tinjau proyek perusahaan," ucap Nadife.

"Sebenarnya, nyokap gue yang maksa mau ikut," lanjut Nadife sambil terkekeh.

Mereka mengangguk mengerti.

"Langsung ke halaman belakang aja," suruh Nadife.

"Lo mau kemana?" tanya Naden yang melihat Nadife berjalan menuju gudang.

Nadife menoleh kearah Naden. "Ngambil bbq grill."

"Gue bantu," ucap Naden sambil mengekori Nadife.

Nadife dan Naden mengambil bbq grill untuk dibawa di halaman belakang.

Untungnya bbq grill milik Nadife sangat mudah dibawa karena dilengkapi dengan tutup serta roda sehingga membuat panggangan ini sangat mudah dibawa kemana-mana.

"Gue gak tau masih bisa digunain atau gak, soalnya udah jarang banget gue pake," ucap Nadife.

"Tenang-tenang kalo sama gue soal ginian pasti bisa." Gani membanggakan dirinya sendiri.

Alat pemanggang ini menggunakan arang sebagai sumber panasnya. Walaupun waktu memasaknya lebih lama tetapi rasa masakan yang dipanggang di atasnya terasa lebih smoky.

Beloved SunshineWhere stories live. Discover now