"Sebelum saya bekerja di sini, saya pernah melakukan perawatan di klinik itu, walaupun harganya sedikit mahal tapi kulit saya benar-benar sehat dan mulus sampai sekarang." Perawat berwajah cantik itu membuka maskernya. Riska tercengang melihat kulit mulus wanita tersebut. Benar-benar halus seperti kulit bayi.

"Mulus bener," ucap Kalila diangguki Gendis.

"Tapi, kenapa kondisi Freya dan Cici malah sebaliknya, ya?"

Aneh, tapi nyata.

***

Kulit wajah Freya dan Cici sudah lebih baik sejak tiga hari yang lalu, setelah penyembuhan rutin dan meminum obat dari Dokter Handi yang menangani masalah kulit mereka. Akhirnya sekarang keduanya bisa sekolah seperti biasa meskipun harus memakai masker supaya bakteri jahat tidak mudah menempel sembarangan di wajah mereka.

Fana dan Vinda menatap datar bangku kosong Acha sejak kemarin. Mereka tidak bisa menghubungi Acha sama sekali, bahkan saat Fana dan Vinda menjemput Acha ke kosnya, Ibu Kos berkata bahwa Acha sudah mencari tempat tinggal yang baru dua hari sebelumnya.

Hanya ada satu surat saja yang dia titipkan untuk kedua sahabat baiknya.

Untuk Fana dan Vinda, maaf gue gak bisa ngasih tau kalian tentang kepergian gue sebelumnya. Tapi kalian gak usah khawatir, gue pergi karna ada acara mendadak tiba-tiba. Mama gue jatuh sakit, jadi gue harus pulang secepat mungkin di hari itu juga. Mungkin hanya dua hari gue pulang kampung, setelah Mama dalam keadaan sehat gue bakal balik lagi kesini. Gue juga bakal kasih tau dimana tempat tinggal gue yang baru sama kalian. Oh iya, ponsel gue hilang setelah mengurus kepindahan kos baru, makanya gue gak bisa menghubungi kalian. Saat gue kembali ke Jakarta, gue akan kasih kalian hadiah istimewa. Sampai jumpa nanti ❤

See you guys, from me Acha.

"Ternyata hpnya hilang, pantes aja gak bisa dihubungi." Fana memutar-mutar pensil ditangannya setelah membaca surat Acha.

"Kalo kita tau hpnya hilang dan kita membelikannya, pasti sekarang Acha udah bisa kita hubungi."

Fana menyetujui ucapan Vinda. "Tapi gue gak yakin kalo Acha bakal nerima pemberian kita."

"Gue kangen sekaligus khawatir sama Acha," Vinda sangat sedih ketika membaca surat itu. Acha berpikir jika keduanya tau masalah Acha, pasti mereka akan memberikan banyak uang untuknya. Maka dari itu Acha tak ingin memberitahu kedua sahabatnya.

"Kalo Acha udah pulang, liat aja gue bakal marah besar karna gak ngasih tau kondisi Mamanya!"

"Gimana kalo kita nyusul Acha? Kita kasih kejutan untuk Acha. Kita kasih dia ponsel dan memberikan perawatan yang layak untuk Mamanya. Gue yakin Acha saat ini pasti sedikit kewalahan." Vinda tak tenang memikirkan Acha yang harus terpontang-panting mencari nafkah untuk keluarganya.

"Gue setuju, tapi kita kan gak tau dimana kampung halaman Acha."

Vinda membenarkan ucapan Fana. "Kita udah lama berteman sama Acha, tapi kenapa kita gak tau dimana rumahnya, ya?"

Fana mengangkat bahunya. "Kita tunggu Acha pulang aja, dan gantikan ponsel sama biaya perawatan Mamanya nanti." Kini ucapan Fana diangguki oleh Vinda.

"BANGSAT!!!"

Teriakan Arjuna begitu menggema diseluruh ruang kelas. Fana dan Vinda langsung menghentikan obrolan dan menatap kaget Arjuna. Mata mereka mendelik ketika melihat suatu hal mengerikan sama seperti yang terjadi pada Riska kala itu.

Yaitu, boneka Annabelle.

Boneka Annabelle itu menjadi kesialan untuk sekolah ini. Boneka yang sama dan keadaan yang sama di waktu yang berbeda. Hanya saja tidak ada darah di seluruh boneka.

Fana dan Vinda menganga melihat kejadian ini ada di depan mata mereka. Wajah Arjuna memerah. Tangannya terkepal kuat. Rahangnya mengeras dan otot-otot besar muncul dipermukaan kulitnya.

Arjuna melangkahkan kaki berjalan menghampiri boneka yang ia lempar tadi. Matanya berkeliling menatap satu persatu teman kelasnya.

"Siapa yang naruh boneka jelek ini dilaci gue?" Arjuna mengambil boneka dan menunjukkannya pada mereka.

Tidak ada yang menjawab, bahkan semua sama terkejutnya dengan Arjuna. Pasalnya kejadian yang sama ini sudah lama terpendam tidak diungkit lagi oleh Riska. Cewek itu juga tidak pernah mencari tau pelaku kejadian ini, berita menyeramkan itu hilang bagai ditelan bumi. Tapi sekarang malah muncul kembali beberapa minggu setelah ulang tahun Arjuna dan di laci cowok jangkung itu.

"Kenapa boneka itu muncul lagi?" Vinda merasa ada hal yang aneh pada boneka menyeramkan itu.

"Gue juga gak tau," bisik Fana mengangkat bahu.

"Jun," Keynan merasa ada yang tidak beres disini. Bisa jadi salah satu pelakunya adalah orang terdekat Riska dan Arjuna atau bahkan orang yang sama sekali tidak pernah dikenal siapapun.

Arjuna melirik Keynan. Cowok itu mengisyaratkan Arjuna untuk datang padanya. Hanya satu orang yang Keynan curigai dalam permasalahan ini.

"Gue yakin kejadian lo sama Riska, pelakunya adalah orang yang sama." bisik Keynan pada Arjuna, Satria dan Doni sahaja. Mereka berkumpul membentuk sebuah lingkaran.

"Emang lo tau siapa pelakunya?" tanya Doni dan Keynan menggeleng, membuat ketiga cowok berdecak pelan.

"Terus ngapain lo bisik-bisik gini?" sahut Satria.

"Gue emang gak tau siapa pelaku sebenarnya, tapi hanya satu orang yang berkaitan dengan masalah lo berdua,"

"Siapa maksud lo?" Satria tak terlalu yakin Keynan akan mengetahui orang tersebut.

"Siapa lagi kalo bukan Syifanya Nafasya,"

***

Akhirnya bisa update lagi... Makasih kalian yang sudah menunggu ❤️❤️

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now