Part 2 (✓)

54.8K 6.6K 268
                                    

Dering kelima alarm yang sengaja ia setel berbunyi secara bersamaan hingga suara nyaringnya terdengar begitu menggema di telinga Acha.

Jam weker menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi cewek itu tidak berniat untuk bangun dari kasur dan memilih bergelut dengan nyawa di dalam selimut. Senantiasa matanya tetap terpejam erat. Acha tak memperdulikan waktu terus berputar. Jam weker tidak akan berhenti sebelum tuannya menekan tombol off.

Semakin lama dibiarkan, bunyinya semakin keras.

Akhirnya Acha terpaksa bangun dari tempat tidurnya secara perlahan. Dengan susah payah tangannya menggapai keliama alarm tersebut. Sembilan nyawa ditubuhnya belum kembali sempurna, saat ia mematikan alarm ketiga, tangannya terus meleset.

"Kok gak mati-mati sih?"

Matanya berkedip pelan. Acha memfokuskan tangannya untuk bisa meraih tombol power. Bangun dari kasur membuat Acha merasa pusing.

"Matikan alarm aja kok susah amat ya?"

Setelah beberapa menit, Acha bisa mematikan alarm tersebut. Dia berjalan menuju meja riasnya.

Dia menatap wajahnya pada cermin. Terdapat banyak cahaya ilahi yang muncul pada permukaan kulit Acha.

"Glowing banget,"

Acha mengambil sebuah kapas lalu meneteskan Micellar Water pada kapas. Ia menggosok pelan ke seluruh area wajah. Minyak yang tadinya dihasilkan oleh wajah naturalnya menghilang. Setelah dirasa cukup, Acha beranjak mengambil handuk dan segera membersihkan dirinya.

Hanya butuh waktu 20 menit, dia sudah siap dengan seragam barunya. Rambutnya ia kepang dua seperti biasa dan menempatkannya di samping bahu kanan dan kiri. Dia memperhatikan dirinya yang sudah rapi di depan cermin. Acha tersenyum menampilkan giginya yang sedikit maju.

"Lo terlalu cantik, Arista." Katanya.

Cewek itu mengambil kotak kacamata lalu memakai kacamata khusus yang harus ia pakai di manapun ia berada. Jika tidak memakainya, Acha tidak bisa melihat keadaan di luar sana dengan jelas. Dia juga mengoleskan sedikit bedak dan juga lipbalm. Penampilan yang sangat khas dari seorang Arista Cantika.

Matanya melirik jam tangan yang bertengger ditangannya. Angka sudah menunjukkan pukul tujuh. Namun, ia masih saja tetap tenang, seperti tidak ada beban apapun.

"Anak baru telat mah bebas."

Karna sekolahnya tidak terlalu jauh, Acha memutuskan untuk pergi ke sekolah menggunakan sepeda onthel unta yang sempat dibelinya kemarin. Sebelun turun ke parkiran, Acha mengunci kamar kos-nya.

Kos-nya sangat sepi. Mungkin saja mereka sudah berangkat sekolah atau kuliah lebih pagi. Dia tak peduli dengan keadaan disini. Lantas ia bergegas membuka gerbang dan mengayunkan sepeda menuju sekolah.

Saat hampir sampai disamping gerbang, dia mempercepat anyunan sepedanya. Gerbang terlihat sudah hampir tertutup.

Sebuah motor tiba tiba berhenti tepat didepan gerbang. Acha kaget tak bisa mengendalikan sepedanya. Akhirnya dirinya menabrak orang itu. Gadis itu terlempar melompati motornya.

"Aaww.. sshhh," ringis Acha kesakitan. Kakinya sedikit terkilir. Sedangkan epedanya sudah ambruk di samping motor cowok itu.

"Kalo berhenti liat-liat dong!" umpat Acha dengan beraninya.

Pak Satpam terkejut lalu berlari ke arah Acha. "Mbak gak papa?"

"Saya baik kok, Pak."

Sang pengendara motor membuka helmnya. Sejenak Acha terpesona dengan ketampanannya yang dimiliki cowok itu. Postur tubuh tinggi, wajah tampan dan badan kekar yang terlihat sangat jantan. Siapapun akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Seperti Acha saat ini, untuk para cewek yang punya hati lemah seperti harus berhati-hati. Karna hanya perlu tiga detik saja mereka akan langsung jatuh cinta.

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now