Part 44

20.8K 3.1K 131
                                    

Riska terkejut sekaligus jijik melihat wajah kedua sahabatnya. Banyak timbulan jerawat bahkan hampir memenuhi wajah mereka. Riska membawa Freya dan Cici ke rumah sakit kulit.

Riska sedikit khawatir melihat keduanya yang begitu menyedihkan. Dia sedikit mengocek jutaan uang untuk memberikan biaya tambahan penyembuhan kulit mereka. Uang yang ia minta dari papanya waktu itu masih tersimpan rapi, namun, akhirnya ia pakai untuk membatu biaya pengobatan Freya dan Cici.

Entah krim apa yang Freya dan Cici pakai sampai membuat wajah mereka dipenuhi tonjolan besar yang sangat besar dan merah.

Freya mengatakan bahwa dia perawatan disalah satu klinik bersama Vania. Tapi sejak kemarin cewek itu tak memunculkan wajahnya. Dia juga tidak mengangkat telpon dari Riska.

"Kemana sih Vania ini? Dari kemaren gue telpon gak di angkat," umpat Riska kesal menatap ponsel. Lagi-lagi Vania tidak dapat dihubungi.

"Lo berdua perawatan dimana sih kok bisa sampe kayak gini?" tanya Kalila penasaran sekaligus geram.

"B-BR Group," bibirnya terkatup. Tak sanggup melanjutkan ucapan.

"P-pemilik klinik itu namanya Audy..., dan kayaknya dia masih seumuran sama kita. Tapi wajahnya itu mulus banget kek kulit bayi, tapi kenapa gue malah gini," Cici menjelaskan kepada Riska ditengah tangisnya yang keras.

Kening Riska mengerut. "Audy? Siapa Audy?"

Dua cewek itu menggeleng pelan sembari mengangkat bahu, mereka tak henti-hentinya menangis di depan Riska. Bahkan Gendis dan Kalila saja tak sanggup melihat kondisi mengenaskan itu. Mau tidak mau mereka harus memakai masker, itupun atas perintah Riska.

Seorang Dokter kulit dan Perawat masuk ke dalam ruangan membawa hasil lab serta obat. Mereka semua sudah menantikan hasilnya. Hampir tiga jam lamanya.

Freya dan Cici menghapus air mata mereka dan menanti ucapan Dokter.

"Krim yang sudah kalian pakai terbuat dari bahan kimia dan mengandung merkuri berat. Sehingga mengakibatkan kulit kalian bermunculan jerawat keesokan harinya. Hari pertama hasilnya memang telihat bagus."

"Tapi, kita perawatan di klinik yang bagus loh, Rok," Freya berusaha untuk memberi tahu yang sebenarnya.

Kerutan muncul di dahinya mendengar kata Klinik yang bagus. "Klinik apa namanya?"

"BR Group," kata Freya dan Cici serempak.

"BR Group?" Dokter kulit itu nampak tak percaya mendengar ucapan pasiennya. Dia melotot. "Benarkah kalian perawatan kulit disana?"

Bingung. Pasalnya BR Group adalah pemilik klinik kecantikan yang terbaik diantara yang terbaik. Siapapun tak akan ragu untuk mempercayakan perawatan kulit di BR Group.

Namun, mengapa

Freya dan Cici mengangguk. "Iya, Dokter,"

"Memangnya kenapa dengan klinik itu? Sepertinya Anda sangat terkejut," Riska penasaran.

Dokter itu menghela nafas. "Pasalnya klinik tersebut adalah klinik terbaik se-Asia Tenggara,"

"APA?" Mereka semua melototkan matanya tak percaya.

"T-terbaik se-Asia Tenggara?" ulang Riska.

Dokter itu menganggukan kepalanya berkali-kali. "Ini data baru, ranking tertinggi di wilayah Asia Tenggara ada di laptop saya." Dokter itu menunjukkan data list peringkat klinik terbaik miliknya.

Mereka semua menganga tak percaya melihat nama BR Group berada pada peringkat pertama. Itu artinya Freya dan Cici sudah melakukan perawatan di klinik terbaik. Namun, kenapa wajah mereka malah dipenuhi benjolan besar?

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now