Part 18

27.7K 3.7K 267
                                    

"Kita bakal jelasin semuanya ke lo, "

Gendis mendekati gadis cupu dengan tatapan tajam itu pelan-pelan, berharap Acha mau mendengarkan penjelasannya. Namun, gadis itu malah mundur dua langkah seakan takut jika dirinya akan dijadikan korban setelah ini.

Dengan bibir gemetar gadis cupu itu untuk membuka suara. "Jelasin apa? Jelasin kalo gue adalah korban selanjutnya setelah Vania?" Dia menunjuk sembilan foto yang ada di belakangnya, arah jari telunjuknya tepat pada foto dirinya.

Gendis dan Kalila mengikuti arah yang ditunjuk gadis cupu itu. Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Tatapan mereka seolah saling bertanya 'siapa yang melakukan itu?' karna mereka tidak tau menahu tentang foto di dinding kamar ini.

"Lo yang masang foto mereka?" bisik Gendis di telinga Kalila.

Kalila menggelangkan kepalanya seraya melambaikan tangan di udara beberapa kali, "Bukan, ngapain juga gue masang foto mereka?" ujar gadis itu. "Lagian gue baru pertama kali menginjak lantai gedung ini."

"Gue juga baru ke lantai atas," gumam Gendis. Mata gadis itu menyapu seluruh penjuru kamar. "Gue juga baru tau kalo gedung kumuh nan kotor punya kamar sebagus ini."

Kalila juga mengalihkan pandangannya untuk melihat sekeliling ruangan itu. Dan benar saja apa yang dikatakan Gendis, kalau kamar ini benar-benar bagus, siapapun akan nyaman jika tidur di sini. Semua barang juga disusun begitu apik dan rapi. Di dalam ruangan kamar yang ia pijak ini juga terdapat komputer di seberang sana.

"Jika bukan lo atau gue, terus siapa yang hias kamar ini?" Kalila masih tak percaya di gedung kumuh masih terdapat kamar yang cantik.

"JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN!!?" Acha emosi melihat tingkah dua orang jahat yang seolah tidak tau keadaan ruangan ini. Jelas-jelas mereka berdua kerja sama, tidak mungkin mereka tidak tau keadaan disini. Apalagi delapan orang dan juga dirinya terpampang begitu jelas di belakang sana.

"Kita nggak mengalihkan pembicaraan Cha!! Tapi kita bener-bener gak tau masalah foto-foto mereka, kita juga baru pertama kali kesini. Jikalau pun gue yang memasang foto, pasti foto Kalila akan terpampang disitu kan? Biar lebih terlihat kalo dia jadi korban." tutur Gendis.

Sedangkan Kalila termenung memikirkan siapa yang sudah memasang foto tersebut. Apa bener itu bukan Gendis? Tapi, kalau bukan Gendis, lalu siapa dong?? Batin gadis itu bingung. Di sana tidak ada foto dirinya dan juga Gendis, itulah yang membuat Kalila heran. Aneh, tapi kalo Gendis yang masang foto mereka, mestinya dia ngomong sama gue.

"Gue gak percaya!!! Kalian berdua PENIPUU!!? KALIAN LICIK?!!" teriak Acha sembari menunjuk kedua gadis itu dengan jari telunjuknya.

"Cha, dengerin dulu penjalasan kita. Ini semua nggak seperti yang lo pikirin."

"Gak! Gue gak percaya sama mulut licin lo!"

"ACHA DENGERIN GUEE?!!!" teriak Gendis frustasi. Gadis cupu itu sedikit tersentak. Terkejut karna Gendis berteriak padanya. Ini baru pertama kalinya dia melihat gadis itu seperti ini.

Gendis mengambil nafas sejenak. "Maafin gue," ucap Gendis lesu.

"Rencana untuk menculik Kalila emang rencana kita. Tapi lo bukanlah bagian dari rencana kita."

Acha mengerutkan keningnya.

"Kita ingin penculikan Kalila terlihat seperti sudah direncanakan oleh seseorang. Saat dia pulang sekolah dan suasana sudah sepi, Kalila akan kembali ke kelas untuk mengambil buku yang tertinggal di dalam lacinya, disana juga ada bunga mawar hitam yang emang sengaja gue taruh di dalam sana supaya Riska curiga dan mencari tau siapa penculik Kalila."

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now