Part 3 (✓)

44.5K 6.3K 265
                                    

Tidak akan ada asap jika tidak ada Api
🔥
.
.
.
.


Bel telah berbunyi menandakan pergantian jam. Acha lega, karna ia bisa cepat menangkap pelajaran yang disampaikan oleh bu Nita, guru Fisika sekaligus wali kelasnya.

"Sumpah, kepala gue mau pecah!" ungkap Vinda sembari memijat kepalanya.

Fisika memang sulit untuk orang yang tidak menyukai pelajaran Fisika. Tapi untuk anak yang cerdas seperti Acha, meskipun tak menyukai pelajaran tersebut tetap saja otaknya akan selalu encer. Dia tidak suka Fisika, tidak suka Matematika, dan dia juga tidak suka Kimia. Tapi dia masuk IPA.

Itu karna kejeniusannya adalah turunan dari Papa orang tuanya. Tidak heran jika dia bisa masuk IPA.

Acha terkekeh kecil, "Karna lo gak suka sama Fisika,"

"Dia mah semua pelajaran gak ada yang disukai Cha," celetuk Fana sembari mengambil paket Biologi dari dalam tas.

"Suka bener deh kalo ngomong!"

Acha tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya ini. Beruntung dia bisa berteman dengan Fana dan Vinda. Mereka sama sekali tak memandang fisik jika berteman siapapun.

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu kelas diketuk oleh seseorang. Mereka semua menoleh serempak, ternyata bukan guru yang datang. Melainkan lima siswi cantik yang masuk ke dalam kelas. Tinggi mereka hampir sama rata, masing-masing dari mereka memiliki tubuh yang proposional. Kulit putih bersih, bahkan wajah kelima siswi tersebut glowing dan cantik.

Salah satu cewek diantara mereka membuat Acha berdecak kagum. Dia benar-benar sangat cantik seperti bidadari. Penampilan yang elegan ditambah lagi pandangannya tajam, menambah pesona kecantikan cewek tersebut. Hingga semua lelaki juga memandang ke arah gadis itu.

"Mereka siapa, Vin?"

"Anak cheerleader."

Acha manggut-manggut. Pantas saja badan mereka ideal, ternyata anggota grup cheerleader.

"Cewek yang ditengah itu siapa, Vin?" tunjuk Acha pada sosok gadis paling menawan.

"Dia Riska," gumam Vinda, "Lo jangan pernah main api sama dia kalo gak mau dikeluarin dari sekolah secara sadis," bisik Vinda memelankan suaranya.

"Dikeluarin dengan cara sadis?" ulangnya, "Maksud lo?"

"Riska itu most wanted girl disini. Dia juga ketua cheerleader sekaligus ketua geng di sekolah ini. Freya dan Cici itu salah satu antek-anteknya,"

"Dan Riska jug-"

Ucapan Vinda terpotong tatkala Riska membuka suara.

"Gue mau merekrut anggota baru!" Riska mengedarkan pandangannya. Semua orang mulai riuh menebak-nebak siapakah yang beruntung menjadi anggota cheers tanpa harus bersusah payah mengikuti audisi.

"Lo," Riska menujuk bangku yang ditempati Acha dan Vinda. Acha dan Vinda saling pandang.

"Siapa yang ditunjuk?" Acha menyenggol pundak Vinda pelan.

"Lo, Cha."

Kening Acha berkerut, "Lo Vin, kan gue anak baru." Mustahil jika Acha akan direkrut menjadi anggota.

"Gak, tangannya nujuk ke lo Acha."

"Bukan gue Vin!"

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now