📍chapter 16.

426 45 16
                                    

Jangan lupa VOTE dulu ya-!!

Follow Instagram :
@mandayntaa_



HAPPY READING-!!!

••••

"Egois boleh, tapi jangan sampai melukai hati seseorang. Karena, jika hati seseorang telah terluka, akan sulit baginya untuk percaya kembali."

-Dhifa Nizyatarin-

"RAVKA!" teriak Ziella lantang. Padahal kepalanya masih berdenyut, tapi melihat Ravka di sini membuat ia senang. Ia rindu Ravka, walau sejak dulu Ravka selalu cuek padanya.

Ravka hanya menatap kedua orang itu dengan tatapan tajam dan menusuk. Tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Raswa agar tetap berdiri di sampingnya.

Rayfan yang mulanya berjongkok dihadapan Ziella yang berada di kursi roda, kini menatap kearah adiknya itu. Tidak, lebih tepatnya kearah gadis yang beberapa hari ini membuncah suasana hatinya.

Di dorongnya kursi roda Ziella, keduanya menghampiri Ravka dan Raswa. Ziella tersenyum menatap Ravka, lalu pandangannya kembali pada Raswa. Ia masih ingat, siapa gadis yang tangannya sedang digenggam erat oleh Ravka itu.

Kemudian, pandangan Ziella beralih pada Rayfan yang menatap tidak suka kearah genggaman itu. Sedangkan kan Raswa hanya menunduk.

Ravka membawa tubuh Raswa berpindah di belakangnya, seolah tidak mau gadis itu terus-menerus di tatap oleh Rayfan. Karena belum siap, Raswa dengan spontan memeluk Ravka dari belakang karena kakinya terasa sakit. Ravka merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Begitupun dengan Raswa, gadis itu berusaha menetralkan detak jantungnya lalu melepas tangannya dari pinggang Ravka.

Ia mengucapkan maaf seperti orang berbisik. Dan Ravka hanya diam, karena dilanda rasa gugup.

"Ngapain?" tanya Ravka yang tampak tak biasa saja.

"Nanti gue cerita di rumah." Ujar Rayfan dengan mata yang terus menatap Raswa.

"Gak usah kalo gitu, gue duluan." Ucap Ravka, akan tetapi tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Ziella. Raswa yang sedang digandeng oleh Ravka pun ikut berbalik dan meringis kembali. Lehernya terasa perih, mungkin pengaruh obat juga.

"Apa?"

"Jangan pulang dulu dong, kita bertiga kan udah lama gak kumpul bareng, main bareng. Kamu gak kangen apa sam-," Ziella tersentak karena Ravka menepis kasar tangannya.

"Gak!"

"Ravka," tegur Rayfan.

"Kenapa? Gue gak salahkan? Gue udah jujur, gue gak kangen. Paham?"

"Kamu kenapa jadi gini?" tanya Ziella dengan mata berkaca-kaca.

"Karena lo udah hancurin semuanya, masih nanya lagi? Ngapain sih lo muncul lagi di sini?" sarkas Ravka.

"Maafin aku, aku salah." Lirih Ziella dan air matanya sudah membanjiri pipi tirus gadis itu.

Raswa hanya diam, ia rasa ini urusan mereka bertiga. Dan tidak sepantasnya ia berada di sini. Maka dari itu, lebih baik ia pulang sendiri saja. Ia melepaskan dengan lembut genggaman Ravka.

RAVKA & RASWADonde viven las historias. Descúbrelo ahora