📍chapter 4.

612 97 34
                                    

Jangan lupa VOTE dulu ya!

Follow Instagram :
@mandayntaa_



HAPPY READING!

•••

"Entah kenapa, hati gue malah terarah dengan sendirinya untuk mendekat dan membantu gadis itu."

-Aldrich Ravka Willyard-

Ravka, Irhan, Galfaro dan Febriyan sedang berjalan melewati kelas XI dengan gaya cool-nya. Membuat sang kakak kelas terutama kaum hawa tak berkedip dibuatnya.

"Wanjirr, jodoh dedek udah jemput nih."

"Masyaallah jika salah satu dari mereka jodohku tolong dekatkanlah ya Allah. Jika bukan, saya akan sedih seumur hidup."

"Ravka, membuat saya tergila-gilaaaa!"

"Ahh tidak, pengen gue peluk deh!"

"Astaga astaga tangkep gue woy, gue mau pingsan gak sanggup liat calon suami lewat."

Begitulah jeritan histeris dari kelas XI saat Ravka and the geng lewat. Tapi mereka berempat tidak menggubris teriakan dan jeritan mereka.

Saat ingin melewati perpustakaan Ravka menghentikan langkahnya dan diikuti ketiga temannya. Mereka menatap Ravka heran, pasalnya ia berhenti tanpa membuka suara.

"Lo kenapa Ka berhenti di sini? Mau jadi patung hiasan baru di sekolah ini?" tanya Irhan dengan melipat kedua tangannya depan dada.

Ravka tidak menjawab, melainkan matanya terus  menatap ke arah depan perpustakaan. Ketiganya mengikuti arah pandang Ravka dan benar saja, di sana sedang ada sekitar enam siswi entah sedang apa. Tapi diantaranya ada, Raswa.

Ravka tidak mengenal Raswa, tapi Irhan mengenalnya sebab ia dan Raswa satu SMP dan pernah satu kelas waktu kelas 8.

Tapi entah kenapa ada dorongan dari dalam hati Ravka untuk menyelamatkan Raswa. Entahlah karena ia kasihan atau bagaimana, ia juga tidak tahu.

"Woy anjir, itu kan temen SMP gue. Si Raswa pasti lagi di apa-apain tuh sama mereka. Gue kasian sama Raswa dari SMP selalu dibully, gak gak gak gue gak bisa biarin. Gimanapun dia pernah baik sama gue njir!" Irhan menyerocos tanpa berhenti tetapi dirinya masih diam di tempat.

"Kerasukan setan alay lo?"

"Gak tapi kerasukan setan cantik!" ucap Irhan dengan mengedipkan matanya.

"Idih, najis goblok. Kayak banci di pasar lo!" Sahut Galfaro sambil menoyor kepala Irhan lumayan kuat. Hingga membuat Irfan menggerutu dan menatap Galfaro sinis.

"Lo aja kali gue mah enggak!" Ketus Irhan dengan sengaja diakhiri tawaan palsunya.

"Pengen gue tonjok deh jantung lo," celetuk Febri

"Ginjal lo duluan gue blender nih?!" Sungut Febriyan lebih kejam, dengan cepat ia merangkul Irhan dan Galfaro memisahkan keduanya.

"STOP!" Mereka bertiga tersentak kaget saat mendengar terikan Ravka, yang tadinya mereka sedang saling merangkul kini sudah terlepas dan mengelus dada karena kaget.

"Buset bang, biasa aja dong teriaknya, kaget gue!" Febriyan mendengus kesal pada Ravka yang tidak memperdulikan omelannya sama sekali.

"Alay," ucap Irhan dan Galfaro dengan kompak.

Ravka sama sekali tidak menggubris ucapan teman-temannya. Ia tetap fokus pada Raswa sehingga tanpa sadar kakinya melangkah mendekat ke arah Raswa dan beberapa gadis yang sedang membully Raswa.

Mereka pun berlari menyusul Ravka yang sudah berdiri diantara Raswa dan keenam cewek yang Ravka ketahui kakak seniornya.

Sudah tua bukannya tobat, malah buat onar sama adik kelas.

"Ravka, plis ya lo gak usah sok belain dia deh! Ntar lo nyesel udah belain dia!" Ucap Sesha sambil menatap Raswa jijik, seperti melihat cacing mungkin.

"Dih, kalo gue jadi kepala sekolah sih ya, udah gue out-in siswa yang modelan banget kayak gini. Gak sudi gue sekolah terfav ini ada kumannya." Timpal sang teman-Nina, kalau ngomong suka pedes. Cabe rawit pun mungkin terkalahkan.

Raswa tidak tinggal diam, bukan Raswa namanya jika tidak pandai menjawab omongan mereka. Dan Ravka masih diam karena melihat Raswa ingin membuka suaranya.

"Sekarang gantian ya, Raswa mau ngomong nih kakak-kakakku yang cantik dan udah mau tamat. Jadi kalian berhentiin Raswa di sini cuma buat bully Raswa doang? Mau bilang kalo Raswa gak pantes sekolah di sini? Iya? Ya ampun kak sumpah ya gak berfaedah banget deh, seharusnya kakak kakak itu fokus belajar udah mau ujian kelulusan loh, kalo gak lulus gimana?" ucap Raswa dengan semangatnya. Ia sudah biasa menghadapi orang seperti ini. Sudah jadi makanan keseharian Raswa ini mah.

"Gini deh kak, kakak bilang tadi apa? Misal kakak jadi kepala sekolah kakak bakal keluarin Raswa dari sekolah ini cuma gara-gara Raswa penampilannya kampungan iya? Coba kakak pikir, kalo di sekolah ini gayanya keren-keren semua, terus penampilan juga kayak model, tapi siswanya pada males dan sibuk dandan? Gimana sekolah mau maju kalo siswanya banyak yang jago dandan ketimbang jago dalam bidang pelajaran dan prestasi?" Jelas Raswa sambil membenarkan kaca matanya yang sedikit melorot ke bawah.

Sesha ingin menjawab, namun Raswa tak membiarkannya mengeluarkan sepatah kata pun. Ia akan mengeluarkan semua unek-unek nya sekarang juga.

"Nanti sekolah ini akreditasinya bakal nurun dong kak, yang kita cari di sekolah itu cuma satu yaitu menuntut ilmu bukannya cari sensasi dan pamer pesona kak. Gak penting mau penampilan keren kek, kayak model atau apalah! Gak ada ngaruhnya sama masa depan nanti."

"Kalo kakak mau anak di sekolah ini penampilannya keren semua, mending kakak suruh orang tua kakak buat sekolah sendiri, kayak sekolah khusus model gitu kak? Raswa sih gak peduli kakak kakak mau bilang apa, because my life is not your life!!" Ucap Raswa tegas dan menekan tujuh kata terakhir.

Raswa menghembuskan nafasnya legah setelah panjang lebar membalas ucapan kakak kelasnya ini. Capek juga.

Dan kalian inget bukan Raswa namanya jika ia tak bisa membuat lawannya bungkam. Ia memang gadis polos, tapi di balik semua itu ia adalah sosok pemberani dan dewasa.

Sesha dan kelima temannya menahan emosi yang sudah ingin meledak saat ini juga, tangan Sesha terkepal kuat.

"Keren, si Raswa dari dulu ya pinter banget ngejawab omongan orang. Gue salut sih ya dia polos tapi dia juga dewasa," ucap Irhan dengan penuh kekaguman sampai-sampai ia menggelengkan kepalanya takjub.

"Lo naksir ya sama dia?" tanya Galfaro curiga dan menyipitkan kedua matanya penuh selidik.

"Ye si anying! Enggaklah bego ya kali naksir dia."

Sesha sudah tidak tahan lagi menahan amarahnya, ia sudah dibuat malu oleh Raswa di depan Ravka, cowok incarannya.

"Kenapa kak? Mau marah? Mau gampar Raswa? Ayo kak nih gampar aja, Raswa anggap ini kenangan dari kakak yang bentar lagi mau tamat." Desis Raswa tajam dengan mendekatkan pipinya pada Sesha.

"Dasar cewek kampungan!" Hina Sesha dengan nafas yang terburu-buru karena menahan emosi.

"Tau apa kakak soal Raswa?"

"Argh, sini lo gue habisin!"

°°°°


Yo yo ayoo jangan lupa VOMMENT yaaa.

Follow wattpad Manda yya !

Oke, smpe sini dulu.

Terima kasih.♡

Salam, Manda Willyard. 🙌

RAVKA & RASWANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ