34. Sebuah rasa

3K 324 31
                                    

Jangan lupa VOTE sebelum membaca^^

***

Rexa mengumpulkan seluruh keberanian yang ia miliki. Ia harus jujur. Rexa pun mengangkat tangannya tinggi membuat seluruh pasang mata yang berada di kelas itu menatap horor ke arahnya.

"Saya nggak mengerjakan PR, Pak." ucapnya jujur.

"Kenapa?" tanya Pak Pitruk dengan nada dingin.

"Kemarin saya sakit. Kalau bapak nggak percaya lihat aja muka saya. Udah ungu kayak terong busuk, bonyok lagi."

"Apa nggak ada teman yang memberi tahu kamu?"

"Nggak ada, Pak. Namanya juga teman, Pak. Datang pas butuh, di saat saya butuh malah ngilang kayak kuyang."

"Curhat Boss?"

"Eh? Iya Pak," cengir Rexa, "Bapak boleh hukum saya semau Bapak. Yang penting saya udah jujur sama perasaan saya."

"Sebenernya saya pengin menghukum kamu sih. Udah lama kamu nggak dihukum. Jadi kangen saya."

Bjirrr, apaan kangen ngehukum gue?

"I-iya Pak."

"Tapi saya nggak tega lihat muka melas kamu. Kayaknya kamu banyak beban hidup akhir-akhir ini."

"Bener banget, Pak. Wifi di rumah saya meledak, paket kuota saya mau habis, ditambah muka ganteng saya jadi amburadul sekarang. Lengkap sudah derita yang saya alami."

"Kasihan ya kamu, mana masih muda."

Wah, ngelawak nih guru. Tapi tumben gue nggak kena amuk. Wkwk rezeki muke terong keknya.

"Yaudah karena kamu sudah berani jujur di depan saya. Hari ini saya nggak kasih hukuman ke kamu. Kamu bisa keluar dan mengerjakan tugas sendiri. Setelah selesai, kamu bisa lari sepuluh kali putaran di lapangan."

"Lah, itu sih namanya hukuman, Pak! Malah ada tugasnya lagi!" gerutu Rexa

"Tiada hari tanpa tugas! Mengerti?"

"Iye deh iye. Serah Bapak." Rexa mencebikkan bibirnya. Ia mengambil buku tugas dan pergi keluar kelas.

"Hahaha, udah geer duluan dia." Zion terkekeh pelan melihat Rexa cemberut karena diberi tugas sekaligus hukuman.

"Dia kira mudah meluluhkan hati Pak Pitruk? Udah tahu hati Pak Pitruk itu kayak hati doi masih aja dilawan."

***

"Ya Allah, masuk-masuk sekolah kok udah dijejelin soal MTK sih? Ah, kepala gue rasanya mau pecah!" Rexa ngedumel sendiri. Ia sedang berada di kantin sembari menyelesaikan tugas dari Pak Pitruk.

Rexa menghampiri Bibi Kantin yang sedang menggepruk es batu. Ia menatapnya penuh harap. "Bi, Bibi tahu nggak cara ngerjain soal ini kayak mana?"

"Ya mana Bibi tahu lah, memangnya Bibi yang sekolah? Aneh kamu ini." jawab Bibi Kantin heran.

"Kan dulu Bibi juga pernah sekolah. Masa lupa sih?"

My Absurd Boyfriend (SELESAI✔️) #Wattys2020Where stories live. Discover now