Audy membuka knop pintu perlahan. Nuansa merah muda menyapu pemandangannya.

"Kamar yang indah,"

Audy masuk kedalam kamar. Sebuah kamar bernuansa putih dan pink layaknya kamar tuan putri seperti yang ada di dalam mimpinya waktu itu. Ini memang kamar impiannya waktu kecil, tapi keadaannya sangat berbeda. Kelak, dia akan menciptakan kamar khusus untuknya lagi. Untuk saat ini, biarlah kamar ini menjadi saksi kelicikannya.

Dia mengamati seluruh isi kamar yang ada di gudang kosong ini. Dia tak percaya jika gudang tua kosong nan kumuh ini bisa dijadikan kamar yang begitu apik dan indah.

Dinding-dinding kamar putih itu di penuhi foto-foto beberapa orang yang sangat Audy kenali. Termasuk foto seseorang yang menaruh hati padanya. Audy tidak peduli meskipun dia suka atau tidak, tapi cewek itu tidak akan menyerah untuk menghancurkannya.

"Vania sudah tercoret," ujarnya sembari memegang foto Vania.

Audy beralih pada foto selanjutnya. "Selanjutnya, Acha si cupu," Audy tampak menimbang, apakah dia akan mencoret foto cewek cupu itu juga? Tapi sepertinya permainan ini tidak akan lengkap jika tidak ada dirinya.

"Oke, gue lewatin si cupu dulu,"

Foto Acha tidak jadi dia coret dengan lipstik berwarna merah, Audy melewatinya dan berganti menatap foto kedua cewek cantik sahabat Riska.

"Cici dan Freya, enaknya kalian gue apain ya?" monolong Audy sembari memegang dagunya.

"Sebenarnya sih, kalian gak terlalu penting dalam hal ini. Tapi kalian itu salah satu anggota Riska yang biadap! Jadi mau tidak mau gue bakal angkat kalian berdua jadi mangsa selanjutnya,"

"Lihat aja nanti, gue bakal bikin lo berdua jadi cewek paling cantik di SMA Nusa Bangsa,"

"Hahaha," Audy tertawa keras membayangkan kedua cewek ini akan menjadi sorotan perhatian yang sangat menakutkan. Dalam bayangan saja, Audy bisa terbahak-bahak apalagi dalam kenyataan? Pasti hal itu akan menjadi kisah nyata paling terbaik yang pernah Audy saksikan secara live.

Foto Cici dan Freya ia lingkari. Setelah urusan keduanya selesai, tinggal satu langkah lagi semua tugasnya akan segera berakhir. Tersisa lima orang dalam daftar hitamnya. Riska, Arjuna, Satria, Keynan, dan Doni.

Kelima orang ini adalah mangsa utama milik Audy, dia datang jauh-jauh untuk melihat mereka hancur.

Persiapan sudah hampir selesai. Dia akan melancarkan aksinya saat itu tiba. Audy yakin, mereka semua akan tercengang tak percaya.

Untuk Acha? Dia akan menghapus dirinya saat semuanya sudah berada dalam genggamannya.

"Permainan hampir selesai,"

***

"Apa yang harus gue lakukan?" Vania sedikit takut dan gemetar berbicara dengan Audy. Wajah cantiknya mampu membuat siapapun heran tak percaya jika dirinya adalah salah satu anggota gangster milik Arkas.

"Krim,"

"Krim?" ulang Vania.

Audy memberikan sebuah krim wajah pada Vania. "Usahakan Cici dan Freya memakai krim ini."

"Tapi bagaimana caranya? Mereka gak bakal mudah percaya sama omongan gue, apalagi masalah skincare."

"Lo ajak aja ke klinik kecantikan, masalah bayaran biar jadi urusan gue. Tinggal lo ajak mereka perawatan disana, semua akan berjalan sesuai rencana."

"Apa gue juga bakal pakai krim ini?"

Audy menyenderkan punggungnya dikursi sambil menyilangkan kedua tangan. "Kalo lo mau ya silahkan,"

Vania berkedip lambat, dia juga ingin perawatan wajah supaya glowing semriwing tapi disisi lain dia juga takut jika krim pemberian Audy mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk kulit.

"Apa krim ini bahaya?" Vania membolak-balik krim wajah itu.

"Lo gak mungkin gak tau apa tujuan gue,"

"Kalo lo mau perawatan kulit sehatmu silahkan, mumpung gue lagi baik hati sama lo, lo bebas milih perawatan seperti apa yang lo mau tanpa harus memakai krim spesial itu. Gue akan kasih lo diskon kebebasan."

"Dengan syarat yang sama, lo harus nurutin semua perintah gue. Kalo sampe lo melanggar itu semua, gue bakal buat lo lebih sengsara dari korban Riska. Bahkan Bokap lo bakal gue pecat dari perusahaan gue."

Vania menggeleng kuat. "Jangan gu- gue mohon jangan dipecat Papa gue dari perusahaan lo Audy,"

Audy mengangkat satu alisnya. "Apa? Audy?"

"Eh ma- maaf, maksudnya Nona,"

Audy menyunggingkan sudut bibirnya. "Bagus,"

"Setelah lo berhasil melakukan semua, bingkis boneka Annabelle dalam kotak hitam seperti waktu itu lagi."

Vania mengangguk patuh.

"Letakkan dilaci Arjuna,"

Vania mendongak. Tubuhnya menegang ketika mendengar nama Arjuna disebut olehnya. Dia menatap Audy tak percaya. "Arjuna?" pekik cewek itu.

Audy mengangguk. "Iya, Arjuna."

"Tapi-"

"Nasib lo ditangan gue Vania."

Audy beranjak dari kursinya. Dia berdiri dan menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah dimejanya.

"Gue bakal urus penjagaan sekolah itu. Laksanakan tugas dengan baik."

Cewek itu meneguk ludahnya susah payah. "Ba- baik nona Audy,"

Audy pergi meninggalkan Vania sendirian dalam ruangan kamar tuan putri.

"Jangan sampai lo lengah, atau lo bakal tau akibatnya."

***


Thanks for Reading ❤
Jangan lupa bersyukur hari ini ^^

DIA ACHA (PUBLISH ULANG)Where stories live. Discover now