🏸 FRAGILE - 26 🏸

598 44 10
                                    

FRAGILE
[M.R.A]
---------

A]---------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Hari ini, Rian mengajak Devina untuk pergi ke Pelatnas. Katanya, pengen ditemenin latihan sekalian melepas rasa rindu selama beberapa bulan kemarin. Rian tahu kalau Devina harus banyak beristirahat. Tapi ... untuk sekali ini saja, boleh, kan?

"Kamu kapan kamu kemo lagi?" tanya Rian sambil pemanasan di atas sepeda statis yang memang sudah tersedia di tempat atlet melaksanakan latihan.

"Bulan depan," jawab Devina. "Emang kenapa?"

"Boleh nemenin?" Rian memelankan suaranya.

"Hah?" Devina pura-pura tidak mendengar. Habisnya, Rian terlihat takut sekali tadi. Devina jadi gemas melihatnya.

"Cha, ngeselin ya, kamu sekarang," kata Rian.

"Makanya, Ian ngomong apa tadi? Acha gak denger."

"Aku boleh ikut gak, nemenin kamu pergi kemo? Awas kalo nanya lagi," ancam Rian.

"Apa?"

"Cha ..." oh, God! Kenapa mereka semakin menggemaskan setelah berpisah.

"Iya, boleh." Saat Devina sibuk dengan ponselnya dan Rian sibuk dengan sepeda statisnya, mbak Wid si tukang kepo mendekati mereka berdua.

"Ekhem! Ada yang lagi pacaran nih, ceritanya. Kasih penjelasan dong ke netizen. Gak kasian sama mereka? Hampir mati gara-gara penasaran?" tanya mbak Wid sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah Devina dan Rian. Sungguh, kalau seperti ini, mereka malu. Pasti keduanya akan diserang berbagai macam pertanyaan nanti.

"Jangan ah, Mbak."

"Aelah, Jom. Sesekali kek partner lo, napa? Kalo ditanya, langsung jawab meskipun jawabannya gak masuk akal kaya orangnya."

"Gue kan Jombang, bukan LYD kw," jawab Rian. Devina terkikik mendengar jawaban sahabatnya. Receh juga dia ternyata.

"Ya udah, iya. Ok para netijen, Jombangnya gak mau kasih penjelasan katanya. Tapi tenang, besok gue cari info dari orang-orang terpercaya. Gue janji, kalian gak bakal mati gara-gara penasaran." Huft ... Devina sangat lelah menahan tawanya dari tadi tapi tidak mungkin juga kalau dia menyemburkan tawanya di sini.

"Gue pamit dulu kalo gitu. Kasian Mbak Naf kangen sama gue. Bye Jom, bye Acha," pamit mbak Wid lalu pergi meninggalkan dua sejoli itu.

"Bye juga Mbak Wid kesayangan se-Pelatnas!"

"Ngikut aja lo, lur!" semprot mbak Wid. Melihat mbak Wid sudah hilang dari pandangannya, Fajar mendekati Rian dan Devina.

"Halo manteman!" sapa Fajar dengan tangannya yang memainkan handuk kecil.

"Hmmm," balas Rian.

"Halo juga Aa' Pajay. Ada apa?"

"Gue mau nanya ke kalian. Caranya bikin hubungan langgeng itu gimana, sih?" Fajar menumpukan tangannya di sepeda Rian sambil menatap Devina.

"Maksud lo apa nanya begitu?" sinis Rian.

"Kan gue cuma nanya gimana caranya bikin hubungan kita langgeng. Gimana caranya biar awet gitu, enggak putus-putus di tengah jalan kaya hubungan gue," tutur Fajar.

"Serah, lu."

"Kuncinya itu percaya, sabar, jangan egois, dan tetap jaga komunikasi."

"Nah, ikutin tuh pacar lo, Jom. Ditanya tuh, jawab! Bukan dicuekin!"

"Apa lo bilang?! Gue gak pacaran sama Devina!" tukas Rian. Dasar Fajar. Demen banget bangunin beruang kutub lagi tidur.

"Gak pacaran? Gue baru tempe, Jom. Berarti kalau gak pacaran, taaruf dong. Ya, gak?" tebak Fajar.

"Enggak, Aa'. Sampe sekarang hubungan kita cuma sebatas sahabat aja," jawab Devina kalem.

"Hubungannya aja yang sebatas sahabat, tapi di hatinya beda. Kalau emang kalian simpan perasaan yang sama, diungkapin jangan dibiarin. Saling nge-gantung itu gak enak, bro!" jelas Fajar sambil menepuk pundak Rian lalu pergi ke teman-temannya yang lain. Tumben bener tuh anak, batin Rian.

"Cha."

"Hm?"

"Kamu ngerti apa yang dibilang sama Fajar?"

"E-enggak tau. Eh, Acha mau ke kantin dulu, ya? Mau beliin Ian air minum," izin Devina. Rian menganggukkan kepalanya.

Kini, dia sendiri. Kepalanya kembali dipenuhi dengan ucapan Fajar tadi. Saling nge-gantung itu gak enak, bro! Apa dia harus mengakhiri semua ini dengan mengungkapkan semuanya langsung ke Devina?

"Gue belum punya nyali buat nyatain semua perasaan gue," gumam Rian.

🎶     🏸     🎶

"Kapan kamu mau pulang ke Bantul?"

"Belum tau, Ma."

"Kok belum tau?"

"Orang Rian belum dikasih tau liburnya kapan. Mama sehat, kan, di sana?"

"Alhamdulillah. Cepetan pulang, Mama kangen lho ini. Sekalian bawa calonnya nanti."

"Calon apasih, Ma?"

"Ya calon istrimu, lah. Masa calon ibu. Yo wes, lah. Mama mau masak dulu sama Mbak mu, ni. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Titip salam sama Mbak Vivin."

Rian semakin pusing setelah menelpon mamanya. Calon? Calon apa coba. Dia aja belum berani buat nyatain perasaan sama Devina.

"Semoga aja gue dikasih libur lima hari. Biar bisa kenalin Acha ke Mama. Eh, mereka kan udah kenal dari dulu. Ya udah lah, bodo."

📎

📎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📎

FRAGILE Where stories live. Discover now