🏸 FRAGILE - 19 🏸

580 49 23
                                    

FRAGILE
[M.R.A]
----------

A]----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Gue mau berhijab," ucap Devina mantap. Azka bersama anak-anak di resto dan temen Rian di Pelatnas yang mengikuti panggilan skype dengan Devina pun terbelalak.

Tak ada Rian di sana. Reza sengaja mengajaknya untuk berjalan keluar Pelatnas agar dia tidak tahu apa yang terjadi pada Devina. "Ini lo serius, Cha?!" tanya Azka.

"Gue gak bohong. Mungkin, gue mengidap penyakit ini karena Allah pengen gue instropeksi diri dan berubah. Setelah operasi kemarin, gue baru sadar. Gue belum melaksanakan satu perintah-Nya yaitu, berhijab."

"MasyaAllah ... gak salah si Jombang punya sahabat kek gini," tutur Fajar.

"Dev, nikah sama Abang aja, yuk!" ajak Ibul. Fajar yang memang berada di dekat cowok rese itu langsung menggeplak bahu Ibul dengan keras.

"Gak tau sikon banget jadi orang," omel Fajar.

Ngomong-ngomong tentang operasi, beberapa hari yang lalu, Devina memang telah menjalankan satu tahap pengobatan kanker tersebut. Berbekal hasil penjualan rumah di Jakarta beserta penggalangan dari teman-temannya, Devina bisa melakukan operasi yang tentunya bisa menelan banyak biaya.

Awalnya, Nino menyuruh Azka menjual restoran untuk biaya operasi. Tapi seiring berjalannya waktu, Nino berpikir hal itu tidak mungkin dia lakukan. Tentu dia akan merasa sangat bersalah apalagi jika nantinya setelah resto terjual, pegawai di sana tidak mendapat pekerjaan pengganti. Akhirnya, setelah memantapkan diri, Nino meminta Azka menjual rumah mereka dan semua perabotan di sana. Tak lupa juga dua mobil milik Devina dan Nino.

Laku terjual, ternyata tidak mampu memenuhi biaya untuk operasi dan biaya untuk pengobatan ke depannya. Azka bersama Fira berinisiatif untuk melakukan penggalangan dana dengan teman-temannya dan beberapa anak Pelatnas. Setelah semua terkumpul, Azka mengirimkan uang tersebut kepada Nino di Singapura.

Bulir air mata tidak henti-hentinya menetes dari mata mereka. Bahagia, terharu, dan merinding pasti mereka rasakan. Ucapan syukur pada Allah pun tidak henti-hentinya mereka panjatkan. Devina yang awalnya merasa rapuh, merasa sendiri, dan merasa tidak bisa hidup lebih lama lagi, kini berusaha bangkit.

Devina yang dulu sudah dia musnahkan. Devina yang lemah, Devina yang cengeng, dan Devina yang selalu mengabaikan perintah Allah untuk berhijab. Kini saatnya dia berubah dan membuka lembaran baru. Baginya, terdiagnosis penyakit kanker payudara yang berhasil merenggut banyak nyawa para wanita di dunia ini bukanlah jurang kematian untuknya. Justru, inilah jalan awal yang akan membantunya mendekat pada sang Ilahi.

FRAGILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang