🏸 FRAGILE - 20 🏸

655 48 22
                                        

FRAGILE
[M.R.A]
----------

A]----------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Tekad seorang Devina Anastasya untuk berhijrah memang sudah bulat. Mulai hari ini, dia akan membuka lembaran baru dalam hidupnya. Mencoba mendekat pada pencipta, dan mencoba untuk menjadi wanita yang kuat. Ya, meski tidak yakin karena penderita kanker bisa menjadi seorang yang lemah di saat-saat tertentu.

Setelah menjalani operasi pengangkatan kanker beberapa hari yang lalu, Devina sedikit tidak percaya diri dengan penampilannya. Wajar, karena dia harus kehilangan payudara di bagian kiri. Awalnya, Nino mengajak Devina untuk rekonstruksi. Tapi setelah bertanya ke dokter, biayanya jauh dari kata murah dan dapat menimbulkan efek samping tentunya.

Untung saja sekarang sudah modern dan orang-orang mudah untuk berinovasi. Seperti, payudara buatan dari silikon medical grade. Jadi, tanpa melakukan rekonstruksi pun, Devina bahkan penderita kanker payudara lainnya bisa percaya diri lagi tanpa memperdulikan tatapan orang-orang terhadap mereka saat beraktivitas di luar rumah.

Operasi, tentu belum bisa menjamin kalau tumor di payudara kita bisa hilang total dan tidak tumbuh kembali suatu saat nanti. Cara lain untuk mengantisipasi tumor tumbuh kembali adalah dengan menjalankan kemoterapi. Kemoterapi di jaman sekarang ini, pastinya lebih mudah dan tidak menimbulkan banyak efek negatif pada penderita. Umumnya, kemo ini dilakukan satu kali dalam sebulan. Begitu juga dengan Devina. Cewek itu harus rutin melakukan kemo dan mengontrol kesehatannya ke dokter.

Mungkin, kalian iri dengan Devina. Di saat dirinya tengah rapuh, teman-temannya tidak pergi. Mereka malah semakin dekat dan terus-menerus memberi semangat pada cewek itu meskipun terpisah oleh jarak. Nino sebagai kakaknya, tetu berharap semoga Devina selalu bahagia dan tidak kehilangan teman-temannya di saat dia rapuh dan terjatuh.

"Dev, lo enggak telpon Rian?" Nino tidak tahu kenapa bisa dia menanyakan hal ini pada adiknya yang jelas-jelas pikiran dan hatinya tidak boleh terbebani dalam kondisi seperti ini.

"Cukup tau kondisi dia dari temen-temennya aja, gue udah seneng. Gue takut buat masuk ke hidup dia lagi, Bang. Dia udah cukup menderita karena gue. Apalagi sekarang fisik gue gak se-sempurna dulu."

"Asal lo tau, Dev. Rian pernah bilang ke gue kalau dia gak butuh cewek yang cantik, dan seksi. Tapi yang dia butuhin adalah cewek yang baik dan seiman sama dia. Gue yakin, kalau Rian tau sekarang lo berhijab, pasti dia bakal bersyukur banget dan minta sama Allah biar lo jadi jodohnya." Devina terkikik mendengar ucapan Nino yang terkesan berlebihan.

"Jangan bikin gue makin halu, Bang."

"Bintang setuju sama Abang." Nino menepuk keningnya. Padahal, Bintang tengah tidur pulas tadi. Sekarang, dia malah ikut mengobrol dengan Nino dan Devina.

"Kok Bintang setuju? Kamu masih kecil lho ... gak tau masalah beginian." Devina mengacak pelan rambut Bintang. Anak itu merengut tapi tidak lama kemudian kembali tersenyum.

"Iya, Bintang setuju sama Abang. Meskipun fisik Kak Devina gak sebaik yang dulu karena udah operasi, tapi Kakak tetap cantik. Apalagi sekarang. Kak Devina mukanya makin cerah karena udah pake hijab dan sering wudhu."

Sa ae deh Bintang. Lama-lama kaya Fajar juga dia -Author

"Kamu belajar ngomong kaya gitu dari siapa? Hayo ngaku ..." kata Devina.

"Bocil, bocil. Ngerti aja sama omongan orang tua. Siapa yang ngajarin?" timpal Nino.

"Kak Kevin sama Kak Fajar, hehe." Nino dan Devina tidak tahu harus menjawab apa. Mereka kesal, tapi di sisi lain, mereka ingin tertawa juga. Dasar duo tengil.

"Oh iya, besok kita ke rumah sakit lagi, kan?"

"Pastinya." Sejenak, Devina kembali teringat dengan Rian. Dia yakin kalau cowok itu baik-baik saja di Pelatnas. Tapi, dia tidak yakin kalau hatinya juga baik. Ditambah lagi dia harus berpura-pura perhatian pada Winda.

Devina menyesal. Iya, menyesal. Dia menyesal telah meninggalkan Rian sendiri di sana. Entah kenapa hati kecilnya yakin kalau Rian juga mencintainya dan meminta Devina untuk kembali menemui Rian.

Gak tau kenapa gue nyesel udah ninggalin lo di sana. Gak tau juga kenapa hati kecil gue yakin kalau lo punya perasaan yang sama ke gue. Gue pengen balik ke Indo dan temenin lo di sana. Tapi mau gimana lagi? Walaupun gue udah bertekad buat jadi perempuan yang kuat, tetap aja kalau gue inget Winda, gue jadi takut. Takut kehilangan Bintang, Bang Nino, temen-temen gue, dan lo juga. Kalau emang hati kecil gue gak bohong, gue berharap semoga lo tahan buat tungguin gue di sana, Rian.

- Devina

Maybe, ini adalah takdir. Devina di Singapura yang tengah meminta penjelasan pada hatinya, dan Rian di Indonesia yang tengah menjawab pertanyaan-pertanyaan Devina tentang perasannya.

Gue pengen lo pulang, Dev. Gue kangen sama lo. Gue juga cinta sama lo. Sayang, hubungan kita yang sebatas sahabat membuat gue takut buat jujur. Lo juga jauh di sana. Lo tinggal di negeri orang sekarang. Tiap malam, gue bermimpi kita ketemu lagi di dekat Patung Merlion Singapura. Gue selalu berharap semoga mimpi itu menjadi kenyataan. Gue juga selalu berdoa semoga hati gue dan hati lo memiliki perasaan yang sama. Cepet pulang, gue kangen sama lo.

- Rian

📎

Sesuai janji, di part ini adek kasih kalian fotonya Kakak Ibul yang paling ganteng.

Sesuai janji, di part ini adek kasih kalian fotonya Kakak Ibul yang paling ganteng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📎

FRAGILE Where stories live. Discover now