[Selesai]
Highest Rank:
#2 in Fragile (04-04-20)
#7 in Acha (06-04-20)
#1 in Fragile (16-04-20)
#3 in Fragile (11-05-20)
#6 in Devina (20-05-20)
#7 in Devina (23-05-20)
#1 in Apri (25-05-20)
#4 in Fragile (29-05-20)
#1 in Ginting (14-05-20)
...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
• • •
"Kok lama banget, sih?" Rian menarik tangan Devina agar duduk di dekatnya. Selama di mobil, cewek itu terus saja terisak. Untung saja kalau dia menangis tidak meninggalkan jejak.
"Iya, soalnya tadi ketemu sama temen lama."
"Mati kelaperan gue gara-gara lo," kata Nino. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, dia melahap makanan yang ada di piringnya.
"Gitu doang mati kelaperan. Lebay Abang mah."
"Udah ah, kaya Tom sama Jerry aja berantem-berantem."
"Jangan berantem dong, Bintang laper nih." Semuanya tertawa mendengar protes dari Bintang. Setidaknya, Devina bisa melupakan kejadian tadi untuk sementara waktu.
🎶 🏸 🎶
Kini, Devina, Nino, dan Bintang tengah berada di restoran milik Devina. Setelah mengantar Rian kembali ke Pelatnas, Devina meminta Nino untuk pergi ke restoran.
"Bang, gue mau ngomong sesuatu."
"Tumben, apaan?"
"Tapi tunggu Azka sama Fira dulu," Nino mengangguk meng-iya kan. Tak butuh waktu lama, Azka dan Fira sudah sampai di restoran.
"Hello sahabatku yang terkece dan Abang Nino yang paling ganteng," sapa Azka.
"Hmm."
"Kak Devina, tumben panggil kita mendadak gini. Ada apa?" tanya Fira.
"Bintang mana?" sambar Azka.
"Noh, di dapur. Sebelum gue cerita, kalian harus janji gak bakalan marah." Karena mereka kira ini hal sepele, akhirnya mereka mengangguk saja. Devina mulai menceritakan kejadian yang dia alami tadi.
"Oke fiks, si Winda itu psikopat," ujar Azka.
"Setelah Indonesia Master kita bawa Bintang ke Singapura. Soal rumah dan yang lain nanti Abang urus. Jangan ngebantah," tekan Nino. Kalau saja Devina menceritakan hal ini di rumah, mungkin tembok sudah menjadi sasaran pukulan dari Nino.
"Tapi ... Kak Rian gimana?"
"Fir, tolong jaga rahasia ini dari dia. Kakak gak mau dia kecewa, sedih, khawatir, dan akhirnya berpengaruh ke permainannya. Kalau pun dia maksa, cari alasan lain."
"Kalau temennya yang nanya, gimana? Kalau Kak Rian sih, masih bisa diatur. Kalau temen-temennya, udah kepo tingkat akut. Mau dibilang apapun juga bakal tetep nanya sampe dapet jawabannya."
"Gini aja, kalau temen-temennya yang nanya, kasih tau aja. Tapi, kalau Rian yang nanya, jangan. Kasi alasan lain yang lebih masuk akal biar dia gak curiga. Kalau udah begini, bukan cuma kita aja yang jadi korban, tapi dia juga," tutur Nino.
"Eh, bentar deh."
"Ini bukan waktu yang tepat buat ngomong ngelantur," kata Devina sambil membekap mulut Azka. Melihat mereka seperti ini, Nino dan Fira yang receh akhirnya tertawa juga meskipun mereka tau ini bukan waktu yang tepat.
"Gue gak ngomong ngelantur, bambank!" Azka menarik hidung Devina dengan keras.
"Sakit! Ya udah, mau ngomong apa?"
"Gue punya Tante di Singapura. Kata Mama, dia punya bisnis jual beli apartemen. Nanti gue ngajak dia ngomong. So, lo sama Bang Nino dan Bintang tinggal santuy aja di sono. Mau gak?" tawar Azka.
"Jangan Ka, gue gak mau ngerepotin lo," tolak Nino.
"Anggap aja ini sebagai rasa terima kasih gue karena kalian selalu mendukung dan membantu gue."
"Kapan?" tanya Devina.
"Waktu bangun villa," jawab Azka.
"Udahlah Bang, Cha, jangan nolak. Ini gue ikhlas. Jarang-jarang nemuin cogan kaya gue baik begini," sambung Azka.
"Kak Azka mulai deh ..."
"Kenapa Fira sayang? Hem?" cowok itu mengelus pipi Fira dengan lembut. Nyaman tapi jijik. Ya iyalah lagi di tempat ramai gini.
"Ya udah deh. Kalau begitu, selama kita di Singapura, rumah, restoran, dan semua aset kita serahin ke kalian."
"Maksudnya Bang?"
"Gue minta kalian buat jaga rumah, mobil, sama resto." Azka dan Fira mengangguk. Mereka pun saling diam. Tidak ada yang berbicara.
Devina belum sanggup kalau nantinya dia harus meninggalkan Rian. Dia sangat tidak sanggup. Kenapa juga Winda harus kembali dalam kehidupannya dan kehidupan Rian? Apa cewek itu tidak mengerti arti dari mengikhlaskan? Mungkin, karena dia itu sangat ambisius.
Apapun yang dia inginkan harus ia dapatkan. Tidak peduli harus mengorbankan kebahagiaan orang lain atau tidak. Apalagi soal cinta. Dia sama sekali tidak rela membiarkan orang yang dicintainya jatuh dalam pelukan orang lain.
Ah ... sudahlah. Devina pasrah. Dia harus tetap melakukan ini demi Bintang. Dia tidak ingin anak itu terluka. Biarkan saja Allah yang mengatur semua.
Ian, tetap tunggu Acha.
📎
'Ambisius engga apa-apa asal jangan sampai mengorbankan kebahagiaan orang lain.'