🏸 FRAGILE - 24 🏸

625 50 17
                                    

FRAGILE
[M.R.A]
----------

A]----------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Pagi ini, tim Indonesia sudah berangkat ke tanah air. Pergi dengan harapan, pulang tanpa medali emas. Tak apa, berhasil mengirim dua sektor ke partai final saja sudah bagus. Ingat, tidak ada perjuangan yang tidak dihiasi dengan kekalahan. Dan tidak ada kekalahan yang tidak diiringi oleh kemenangan. Semua ada waktunya. Hanya saja, kita harus sabar menunggu sekaligus berjuang dan berdoa.

Devina, Nino, dan Bintang juga tidak ketinggalan. Mereka berangkat terlebih dahulu dibanding anak-anak Pelatnas. Yeah, setelah bertemu dengan Rian beberapa hari yang lalu, Devina harus rela menahan malu karena mulai dari mbak Wid, mbak Naf, dan anak Pelatnas sibuk menggodanya. Baik secara langsung atau dari sosmed.

"Kita mau pulang kemana, Bang?" tanya Bintang.

"Ke resto. Ada Bang Azka sama Kak Fira di sana," kata Nino. Niatnya untuk memesan taksi ter-urung ketika mendengar teriakan dari seseorang. Seperti ... suara Azka.

"Bang, itu Azka!" pekik Devina.

"Bosque!" panggil Azka lalu berlari kencang menuju Devina. Sepertinya, Azka sudah rindu dengan teman seperjuangannya.

"Azkaaaa!" seru Devina. Ingin sekali Nino tertawa melihat reaksi anak tengil satu ini. Dia ingin memeluk Devina, tapi berakhir dengan menangkupkan tangan di depan dada. Azka hanya bisa memanyunkan bibirnya. Dia lupa kalau Devina sudah memperbaiki dirinya sekarang dan mulai menjaga jarak dengan lawan jenis.

"Cemewew lo mana?" tanya Nino.

"Fira? Masih molor dia di rumahnya. Nanti nyusul ke resto."

"Kak Azka, beliin Bintang es krim, ya?" pinta Bintang.

"Eeh bocah. Udah gede aja lo, sekarang. Iya, nanti dibeliin kok. Tapi pake uangnya Bang Nino."

"Anjir," balas Nino.

🎶     🏸     🎶

"Udah, guys kasian bidadarinya Kakak Jombang digodain terus," ucap Fajar sambil tertawa.

"Ngomong-ngomong, si Devina makin pendiem deh," timpal Apri.

"Wajar lah orang pendiem, kan sekarang lagi diliatin sama Jombang, hahaha!" belum puasa hanya dengan menyemburkan tawanya saja, Ginting juga memukul-mukul meja di depannya.

Tapi yang dikatakan Ginting memang benar. Rian tengah memeperhatikan Devina tadi. Setelah terciduk oleh Ginting, dia buru-buru mengalihkan pandangannya. Ya Allah, bantu Devina dan Rian untuk tenang. Dadanya sudah berdegup kencang sejak tadi.

"Udah, bro. Kasian banget Devina. Gue aja sampe lupa mau kasih kejutan ke mereka gara-gara kalian," balas Azka.

"Ya udah, cus kita kasihnya sekarang aja," jawab Greysia. Semuanya mengangguk kecuali Devina, Nino, dan Bintang yang bingung.

"Mau ngapain, sih?"

"Diem aja, Bang. Nanti juga lo bakalan tempe." Azka dan yang lainnya pun menarik tangan Nino, Devina, beserta Bintang untuk keluar dari restoran dan masuk ke mobil.

🎶     🏸     🎶

"Tutup telinga dulu, dong ..."

"Tutup mata, Ka," ralat Rian. Azka, Apri, dan Jojo mengambil kain dan menutup mata Devina, Nino, juga Bintang.

"Kalian mau ngapain?" tanya Devina heran.

"Mau dilamar sama Jombang, haha!" jawab Kevin. Semuanya kembali tertawa sampai-sampai perut mereka terasa nyeri.

Sambil dituntun oleh teman-temannya, Devina berjalan perlahan menuju tempat yang dimaksud Azka. Fajar sibuk merekam momen ini dan Rian hanya bisa tersenyum membayangkan bagaimana reaksi Devina nantinya. Semoga, hal ini bisa semakin membangkitkan semangat cewek itu lagi.

"Stop!" pekik Fira tiba-tiba. Tumben dia ngomong, dari tadi diem-diem bae kerjaannya kaya Limbad.

"Udah?" tanya Bintang.

"Belum, ada yang kelupaan tadi. Bang Nino, pegang ini," perintah Fira. Nino menurut dan mengambil sesuatu yang diberikan Fira tadi. Setelah itu, mereka kembali berjalan dan tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai pada tempat di mana mereka akan diberi kejutan.

"Gue hitung sampe tiga, baru kalian buka kainnya. Satu ..."

"Dua ..."

"Ti ... ga!" mereka membuka penutup mata masing-masing.

W-O-W. WOW!

Decak kagum sekaligus rasa syukur tak henti-hentinya mereka ucapkan. Ya Allah, apa ini mimpi? Rumah besar dan juga mobil.

"Ini mimpi gak, sih?" gumam Nino yang terdengar oleh telinga Azka.

"Ini nyata, Bang."

"Ini rumah siapa?" tanya Devina seakan masih tidak percaya dengan apa yang berada di depannya.

"Ini rumah kamu," kata Rian.

"Udah-udah, jangan nanya lagi. Ini rumah kalian sekarang, dan gak ada yang perlu diomongin lagi," tutur Azka.

"Makasih, semua." Tanpa sengaja, setetes air mata mengalir dari sudut mata Devina.

Ya Allah, bolehkah Rian merangkul Devina dan memeluknya? Tangan cowok itu terasa gatal untuk menghapus air mata Devina yang terus mengalir.

"Gak usah bilang terima kasih, kita kan udah kaya keluarga. Dan udah sepantasnya kita saling membantu. Don't Cry, Cha." Bukannya ikut terharu, Fajar, Kevin, dan Ginting beserta yang lainnya malah tertawa terbahak-bahak.

"Baru tau gue kalo di Pelatnas ada Pak Jombang Teguh, hahaha!" sembur Kevin.

"Anjir! Berasa denger dosen lagi ngejelasin materi, gue," celetuk Ginting.

"Di saat Jombang ingin memeluk dan menenangkan Depina tapi tidak bisa dan diwakili hanya dengan memberikan semangat lewat kata-kata, bwahahaha!" seru Fajar. Okey, Rian harus extra sabar sekarang. Untung aja stok kantung kesabarannya masih banyak, haha.

📎

📎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

📎

FRAGILE Where stories live. Discover now