FRAGILE

🏸 FRAGILE - 04 🏸

FRAGILE
[M.R.A]
---------

•
•
•

"Cha."

"Ian." Tanpa sengaja mereka memanggil satu sama lain secara bersamaan.

"Uhuk-uhuk! Mel, jiwa kejombloan gue meronta-ronta, nih. Kita ke dapur aja yuk, gombalin chef Raymond."

"Iya Dip, gue juga sama." Devina tidak menggubris teman-temannya. Dia masih nyaman di posisi seperti ini. Wajar saja, sudah berapa tahun dia tidak merasakan pelukan Rian lagi.

"Ian, Acha kangen," kata Devina.

"Aku lebih kangen, Cha." Mereka melepas pelukan masing-masing. Fira yang melihat kedua sejoli ini memang sakit hati, tapi di sisi lain, dia merasa lega. Kalau tadinya Fira tidak memaksa Rian untuk menemui Devina, mungkin saja kedua sahabat ini tidak akan bertemu lagi.

"Ian apa kabar?" tanya Devina.

"Baik. Kamu?" Devina mengangguk.

"Ian kok, gak pendiem sih kalo sama Acha?"

"Ngapain jadi pendiem coba, sama sahabat sendiri." Keduanya kembali diam. Kedua tangan mereka masih saling menggenggam.

"Aduuuh gini nih kalau orang lagi jatuh cinta. Tatap-tatapan, genggaman tangan, pelukan. Tolong sabarkan hati Jubaidah, ya Allah."

Fira pura-pura berjalan mengelilingi Devina dan Rian sambil bersiul. Kedua sahabat ini pun mulai salah tingkah. Aah, gemes banget mereka.

"Eh bocil, diem," kata Rian. Fira tertawa tapi sedikit kesal sebenarnya. Dia sudah besar tapi masih saja dipanggil 'bocil'.

"Fira tuh udah gede, jangan panggil bocil lagi, awas. Hai Kak Devina, salam kenal." Fira menjulurkan tangannya yang langsung disambut baik oleh Devina.

"Devina."

"Fira."

"Aduuuh gini nih kalo orang baru kenal. Jabat tangan, senyum-senyuman, ngacangin orang yang di deketnya. Tolong sabarkan hati Jombang, ya Allah." Sontak, Devina dan Fira tertawa.

"Cieee ngambek," balas Fira.

"Cieee dikacangin," timpal Devina. Mereka berdua kembali tertawa.

"Ternyata Rian Ardianto bisa ngambek juga. Udah, ah. Mumpung kalian udah ketemu nih, mending tukeran nomer WA aja," usul Fira.