🏸 FRAGILE - 21 🏸

587 49 27
                                        

FRAGILE
[M.R.A]
---------

A]---------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Bukan anak Pelatnas namanya kalau enggak jahil dan tengil. Ini nih, contohnya. Saat Rian tengah melamun dan membiarkan pakaian yang tadi sudah dia cuci di ember, tiba-tiba Fajar datang membawa teman-temannya untuk mengagetkan Rian.

"Ciaaaah Mas Jom lagi latihan buat jadi imam yang baik buat Depina, Azeeek!" goda Fajar.

"Masak-masak sendiri!"

"Makan-makan sendiri!"

"Cuci baju sendiri!"

"Tidur pun sendiri!" lagu dari bang Caca Handika ini memang cocok dengan yang Rian lakukan sekarang.

"Cinta aku tak punya!" lanjut Ucok.

"Kekasih pun tiada!" sambung Fajar.

"Karena dia telah pergi bersama mantannya!" lirik terakhirnya udah dirubah sama Vito. Suram banget hidupnya ni orang.

"Bwahahahaha! Suram banget idup lo!" olok Kevin.

"Ngapain sih, di sini? Udah tau gue lagi sibuk jemur baju," dumel Rian.

"Ya elah. Ini tuh dalam rangka menghibur lo yang lagi kangen sama Depina, Jom. Gak bersyukur banget sih," protes Fajar sambil memanyunkan bibirnya.

"Hibur sih hibur tapi gak gini juga. Makin puyeng kalo begini." Rian kembali melanjutkan aktivitasnya menjemur pakaian.

Drrrtt! Drrrtt!

Fajar mengurungkan niatnya untuk menjawab ucapan Rian. Dia memilih untuk menjawab panggilan vidcall dari ... Devina?!

Waduuuh mati gue. Kalo enggak jawab, dikira sombong. Mau jawab? Entar Jombang tau. Ya Allah, selamatkan Juki dari situasi ini, batin Fajar. Bisa aja dia ngacir ke kamarnya. Tapi rasa males itu lho ...

"Hai," sapa Fajar.

"Halo. Aa, gimana kabar Rian di sana?" tanya Devina.

"Devina?" gumam Rian. Cowok itu menaruh kembali baju yang ingin dia jemur tadi ke dalam ember. Dengan cepat, dia mendekati Fajar. Dan ...

"Ian?!"

"Acha?!" yang lain hanya bisa menggigit bibir bawahnya melihat kelakuan Fajar yang menjawab panggilan Devina di dekat Rian.

"Maaf, aku lagi sibuk. Assalamualaikum."

"Cha! Acha!" Rian beralih menatap Fajar dengan tatapan dinginnya. "Jelasin," pinta Rian.

"Jelasin apaan?"

"Jelasin. Kenapa Devina vidcall  ke elo? Dia juga tanyain kabar gue tadi." Oh God, hilangkan Fajar dari dunia ini sekarang juga.

"Beruang kutub ngamuk, nih," kata Kevin.

"Jar, jawab."

"Devina vidcall gue karena dia pengen tau kabar lo di sini. Dia lagi coba ikhlasin lo juga, Jom karena dia gak punya harapan buat balik ke Indonesia gara-gara ancaman dari Winda."

"Terus, kalian juga tau apa yang dialamin Devina di Singapura?" Rian menatap temannya satu per satu. Mereka udah gak bisa ngelak lagi sekarang.

"Maaf, Jom. Devina yang minta kita buat diem. Dia cuma mau lo hidup tenang tanpa kehadiran dia lagi di hidup lo." Kevin mendekati Rian dan merangkul cowok itu.

"Santai, Jom. Akar dari semuanya adalah Winda. Kalau lo bisa atasin cewek itu, gue yakin pasti kedepannya lo bisa temuin Devina tanpa rasa was-was sedikit pun di Singapura," tutur Ginting.

"Winda gak serius sama ancamannya. Dia cuma mau tau kalau gue masih cinta atau enggak sama Devina. Dan kemarin, dia minta gue buat temuin Devina di Singapura."

"Ciaelah ... gitu aja puyeng. Tinggal bentar kita mau ikut turnamen Singapore Open. Tinggal manpaatin waktu itu buat ketemu sama Depina," kata Fajar.

"Semangat Kakak Jombang!" seru Chico, Ibul, dan Reza serempak.  Rian tersenyum penuh makna. Kembali bersyukur karena masih memiliki teman-teman seperti mereka. Meski terkadang usil, jahil, dan tengil, tapi mereka saling menyayangi satu sama lain. Musuhannya paling di lapangan doang, wkwk.

🎶     🏸     🎶

"Kenapa, Dev?"

"Rian tau kalo gue lagi vidcall sama Fajar."

"Kok bisa?" Nino mendudukkan dirinya di sofa dan menyeruput teh yang baru selesai dia buat.

"Tuh, si Fajar. Udah tau dia lagi di deket Rian malah main angkat-angkat aja panggilannya." Devina mengerucutkan bibirnya.

"Alhamdulillah ..."

"Kok alhamdulillah?"

"Orang gue baru habis minum teh," jawab Nino. Kembali sunyi dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebenarnya, Devina sangat gembira saat melihat wajah Rian tadi. Senyum hangatnya semakin membangkitkan semangat Devina. Tapi ... dia takut jika Rian nantinya tahu kalau dia terkena kanker dan membuat cowok itu khawatir.

"Inget kata dokter. Jangan banyak pikiran. Lo harus tetap posthink dan bahagia. Inget, jangan pura-pura bahagia kaya gue. Sakit, Dev. Kek rasanya ditusuk-tusuk gitu," curhat Nino.

"Bucinnya masyaAllah banget." Devina berdecak lalu tertawa kecil. Bisa bucin juga abangnya. Moga aja dia gak ngebucinin emak lampir, batin Devina.

"Inget, jangan mikir yang aneh-aneh. Gue yakin, pasti ada hikmah di balik semua ini. Gue juga yakin kalau lo pasti bakal ketemu sama Rian lagi," tutur Nino.

"Gue gak berani jujur kalau gue suka dia," lirih Devina.

"Ciaelaaaah. Cewek mah tinggal duduk, diem, berdoa, sambil nungguin jodoh. Gak perlu pusing-pusing ungkapin perasaan. Yang pusing itu cowok, Dev. Mesti mikir dulu gimana cara ungkapinnya. Gimana cara ngelamarnya. Gimana cara minta restu ke orang tuanya." Panjang banget ceramahnya kaya jalan tol.

"Hmmm."

📎

'Saat gundah tengah melanda, teman akan selalu ada di dekat kita.'

- FRAGILE -
   [De - An]

📎


FRAGILE Where stories live. Discover now