A Papa For Sarada

-PROLOG-

. . .

Aku tak pernah membayangkan akan memiliki seorang anak dalam usiaku yang semuda itu sebelumnya. 20 tahun adalah usia yang masih rentan dengan segala hal yang berkaitan dengan dunia. Aku masih belum banyak tahu mengenai banyak hal. Aku bahkan tak tahu kalau berhubungan intim akan sesakit itu setelah mencobanya saat pertama kali. Kami memakai pengaman, tapi tentu saja itu tidak 100% aman. Terkadang resiko kebocoran pun bisa saja terjadi.

Hanya satu pria yang berhubungan intim denganku dulu. Kami melakukannya beberapa kali. Dari beberapa kali itu, aku tak tahu di kali ke berapa kondom yang dipakainya tidak lagi berfungsi sebagai pengaman. Karena sebulan setelahnya aku mendapat kabar kalau aku hamil saat aku memeriksakan keadaanku yang sakit disana sini pada dokter.

Hidupku rasanya seperti disambar petir di siang hari yang cerah saat itu. Entah bagaimana aku memberitahunya tentang ini. Dia pasti akan terkejut. Entah dia akan bertanggung jawab atau tidak. Tapi sejujurnya aku tak ingin mengecewakan Ayah. Hanya Ayah yang kupunya saat ini setelah Ibu tiada. Aku tidak ingin melihat wajah kecewa Ayah.

Dan semua sesuai dugaanku. Dia tidak mau bertanggung jawab saat aku mengatakan kalau aku hamil padanya. Dia menyuruhku menggugurkan kandunganku yang masih seumur jagung ini, tapi tentu saja aku menolak. Dan Ayah ... sangat kecewa padaku. Ayah tidak marah. Tapi aku tahu dalam hatinya, dia sangat kecewa padaku.

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk meninggalkan rumah dan berusaha hidup sendiri. Setelah kulalui itu semua, aku berhasil membesarkan anakku, Sarada hingga kini usianya sudah hampir mencapai lima tahun.

Tapi kini anakku ... tidak mengakui Ayahnya sendiri ...

"Paman bukan Papa Sarada. Papa Sarada itu ... Ini."

... Dan malah memilih orang lain untuk menjadi ayahnya ...

Ya Tuhan ... apa yang baru saja terjadi?

. . .

Don't forget to vote and comments! Your support it's means a lot to me!

. . .

11:50 a.m

Mon, 20/07/20