🏸 FRAGILE - 19 🏸

Start from the beginning
                                        

Belajar berhijab, belajar mengerti sekitar, dan belajar untuk tidak terlalu berharap pada manusia, itulah yang tengah dia lakukan. Jika Rian tahu Devina nya yang dulu telah berubah menjadi lebih baik lagi, mungkin dia akan sangat bersyukur. Jujur, hal ini adalah harapan Rian sejak dulu. Devina berhijab. Sayang, dia tidak mengetahui semua ini.

"Fajar! Woy! Bukain gue pintu!" mendengar namanya dipanggil, Fajar langsung bangkit dari duduknya.

"Tunggu, itu suaranya Jombang, kan?" gumam Fajar. "Anjir! Bul, Bul, matiin itu laptopnya!" pekik Fajar.

"Woy! Fajar!" cowok itu semakin takut. Untung saja dia sudah mengunci pintu kamar sebelum mengikuti panggilan skype dengan Devina.

"Ibul, matiin," ucap Fajar pelan.

"Kenape, sih?"

"Ada Jombang." Dengan cepat, Ibul meminta izin untuk mengundurkan diri dari perkumpulan kabinet. Eh, dari teman-teman maksudnya.

Setelah membuka pintu, Fajar terkejut sekaligus mendengus kesal. Padahal jelas-jelas tadi itu suara Rian, tapi kenapa malah Vito yang berada di depan pintu kamarnya?

"Kok elo? Bukannya tadi si Jombang yang teriak-teriak minta dibukain pintu?" tanya Fajar.

"Idiiih enak aja, orang gue yang teriak dari tadi."

"Mau ngapain? Suka banget gangguin gue ngeliat bidadari sama Ibul."

"Nih, ada titipan dari Kenas tadi." Vito memberikan dua buah kresek pada Fajar.

"Wiiih baik juga tuh anak. Makasi Vito ganteng udah anterin dedek Fajar makanannya. Udah ah, pergi sono! Gue mau liat bidadari sama nonton drakor dulu," kata Fajar. Cowok itu tidak memperdulikan protes dari Vito dan kembali duduk di atas kasur miliknya.

🎶     🏸     🎶

Di lain tempat, Rian tengah bersama Winda di salah satu cafe.

"Rian, kamu beneran cinta gak sih, sama aku?" tanya Winda. Rian sudah menduga kalau pertanyaan inilah yang akan dilontarkan oleh Winda.

Daripada salah menjawab dan membuat Winda curiga, lebih baik Rian menjawabnya dengan senyuman. Semoga Winda bisa yakin akan hal itu.

"Kamu jawab pertanyaan aku pake senyum karena kamu bohong kan, selama ini?"

"Bohong? Maksudnya?" Rian mencoba terlihat biasa-biasa saja meski hal itu tidak bisa dia lakukan.

"Selama ini kamu pura-pura, kan? Kamu pura-pura cinta sama aku karena kamu gak mau liat Devina takut. Karena kamu juga gak mau ngeliat aku terus-menerus mengancam Devina. Iya, kan?"

Akhiri semua ini, bagaimana pun hasilnya nanti, batin Rian.

"Iya, gue pura-pura selama ini. Sekarang, lo udah tau kalau gue pura-pura. Terserah lo mau ngelakuin apa aja ke gue. Asal, jangan sakitin Devina sedikit pun. Gue gak mau dia semakin takut cuma gara-gara ancaman dan tindakan nekat dari lo."

"Aku gak akan ngelakuin apapun karena selama ini, aku pura-pura juga."

WHAT?

"Maksudnya?"

"Ya, saat aku tau kalau kalian ketemu lagi setelah bertahun-tahun lamanya, entah kenapa semua ide itu muncul. Aku tau kalau dari dulu, hati kamu cuma milik Devina. Aku juga sadar kalau aku gak mungkin merebut posisi Devina di hati kamu. Tapi, aku sedikit ragu akan hal itu. Aku ragu kalau kamu masih punya perasaan sama ke Devina setelah kalian berpisah."

"Untuk tau apa kamu masih punya perasaan yang sama atau enggak ke Devina, akhirnya aku memilih menjalani rencana itu. Jujur, sampai sekarang, aku memang masih berharap ke kamu. Tapi setelah melihat semuanya sejak pertama kali kalian ketemu lagi, rasanya gak mungkin buat kembali merebut kamu dari Devina."

"Okey, aku minta maaf karena dulunya aku pernah nyakitin Devina. Cuma, kamu pasti ngerti gimana seorang remaja yang lagi jatuh cinta dan masih mencari jati dirinya. Dia gak akan ngerti apapun. Dan dia, pasti akan melakukan apapun untuk mendapatkan semua yang dia inginkan. Semua itu terjadi sama aku waktu kita SMA dulu. Sekarang, aku sadar semua itu salah."

"So, is this just the prank for you?"

"No! Ini bukan prank. Ini cuma cara aku buat mastiin apakah kamu masih cinta atau enggak sama Devina. Aku juga mau ngeyakinin diri aku kalau hati kamu cuma buat dia. So, aku minta kamu buat jemput Devina ke Singapura. Tolong kasih surat ini ke dia juga. Maaf atas perlakuan aku selama ini. Aku harap, kita masih bisa berteman."

📎

Gak tau mau bilang apa. Sumpah, aneh banget part ini. Maaf kalau gak nyaman 🙏

Adek kasih fotonya Kak Reza Pahlevi aja deh di sini biar agak adem. Entar kalau fotonya Ibul sama Chico malah bawaannya kesel 😂

📎

FRAGILE Where stories live. Discover now