Our Story

88.6K 12.7K 4.6K
                                    


Jumpers peringatan part ini mengandung banyak gula. Jangan lupa pegangan dan minum air putih yang banyak ya

2000 bintang dan 3000 komentar untuk membuka kunci hati author alias part selanjutnya ya wkkwkwkwk

Untuk pengalaman lebih seru baca sambil putar lagu One Direction- Little things

"I won't let these little things slip out of my mouth. But if I do, it's you, oh it's you, they add up to. I'm in love with you and all these little things."

Jangan lupa follow ig: @gojack_in_love
Project "ngeless" bakalan jadi satu di sana
Juga info-info lainnya ehehe

Selamat membaca❤️

🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️🚴🏻‍♂️

"Demi apa?" Adel menatap tak percaya pemandangan di depan rumahnya.

Sesuai kesepakatan beberapa hari yang lalu, Adel dan Jack akan menghabiskan waktu bersama akhir pekan ini. Katanya mereka ingin membuat kelanjutan dari satu cerita di Monas. Tetapi Adel tidak pernah menyangka akan melihat pemandangan seperti ini lagi.

Jack datang ke rumahnya dengan mengenakan motor vespa andalannya dan helm fullface. Bukan hanya itu, Jack juga mengenakan jaket hijau dengan garis hitam seperti awal pertemuan mereka dulu.

"Kamu mau narik penumpang?" Adel terkekeh geli melihat penampilan Jack.

"Iya," Jack tersenyum. "Mbak Adel penumpang saya yang paling cantik."

Jack melepaskan helm, meletakkannya di sepion motor sebelum berjalan menghampiri Adel yang masih berdiri di depan pintu rumah. Jack langsung mengulurkan tangan memeluk tubuh mungil Adel.

"Ini ceritanya gimana, sih?" Adel balas memeluk Jack.

"Saya berubah pikiran tentang kelanjutan di Monas," Jack melonggarkan pelukannya. "Semalam saya sudah memikirkan judul yang lebih bagus."

Adel tertawa, gemas mengusap wajah Jack yang kebetulan hari ini tidak menggunakan kacamata. "Judulnya apa?"

"Go Jack in Love."

Jack menyelipkan poni panjang Adel ke belakang telinga. "Tentang perjalanan saya bertemu penumpang cantik, jutek, mandiri, dan tangguh. Perempuan yang berhasil membuat saya lupa ada rasa jenuh, lelah, dan sedih di bumi."

Bibir Adel tidak dapat menahan senyuman. "Belajar dari mana kata-kata kayak gitu?"

"Enggak tahu," Jack tertawa. "Rasanya saya jadi lebih puitis kalau lagi di dekat kamu."

"Halah," Adel mencubit gemas hidung bangir Jack. "Pagi-pagi udah nge-gas."

Jack terkekeh. "Maaf, remnya memang sudah saya buang dari kapan tahun."

Adel menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan kekasihnya itu. Masalahnya bukan ada rem atau tidak, hati Adel sungguh tidak kuat mendapat serangan mendadak bertubi-tubi dari Jack hampir setiap hari. Rasanya jantungnya jadi berdebar lebih cepat setiap sedang bersama dengan pria itu. Hanya seorang Jumardi Kariman a.k.a Marchellino Feraz Harianto yang bisa menghapus kata jenuh dari kamus hidup Adel. Pria itu seperti memberi warna tersendiri bagi Adel.

"Mau ke mana, nih?" Santi yang baru saja selesai sarapan langsung berjalan menghampiri Jack diikuti oleh Rudy di belakangnya.

"Selamat pagi om..tante.."Jack mencium punggung tangan Santi dan Rudy bergantian. "Saya ingin mengajak Adel pergi ke luar hari ini. Apa boleh?"

Sesuai Titik, Ya?  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang